Psikologi: MINDER KARENA MISKIN
Aku nggak kaya, nggak bisa beli Iphone 13…
Keinginan kita banyak, tapi sayangnya alat pemuas kebutuhannya jarang.
Ya, premis ini tentu tidak berlaku jika kamu anak artis, anak pejabat, anak miliarder, atau anak tentara dengan jabatan tinggi.
Karena dari kecil kamu nggak akan merasakan susah untuk mengusahakan sesuatu.
Kamu yang biasa-biasa saja pasti pernah merasakan susah, bukan?
Susahnya mencari pekerjaan.
Susahnya bekerja dengan lingkungan yang toksik. Susahnya tanggung jawab pekerjaan.
Susahnya mencari hari libur untuk sekadar me time. Susahnya menabung.
Susahnya makan fancy karena harus berhemat.
Semuanya terasa susah.
Zaman sekarang, ukuran kaya itu dilihat dari apanya sih? Besar rumahnya? Banyak asetnya? Gawainya harus dalam lingkungan Apple? Selera musiknya harus musik jenis jazz? Sarapannya harus sereal atau English breakfast? Parfumnya harus Chanel? Atau bagaimana?
Atau justru tidak dari semua yang disebutkan di atas?
Orang harus bertanya bagaimana rasanya mandi pakai gayung? Harus nggak paham apa bedanya nasi bungkus yang karetnya satu dan yang karetnya dua? Harus minta bantuan orang ngupas buah salak?
Ya, nggak ada yang salah menjadi orang kaya dan orang biasa aja. Mereka yang terlahir kaya memang dari kecil dihadapkan dengan lingkungan orang kaya, terbiasa makan English breakfast, dan memakai tas Hermes mungkin sesuatu yang biasa saja. Begitu juga dengan orang biasa saja. Mereka menjalani hari hari mandi pakai sabun rasa buah-buahan. Ya memang itu yang dihadapkan dalam hidup mereka.
Masalahnya adalah ketika dua dimensi ini bertemu dan bersinggungan.
Mereka yang biasa saja akan ingin terlihat “kaya” dan menertawakan orang kaya yang mencoba melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang biasa. Mereka ingin mendapatkan gaya hidup yang serba mudah seperti orang kaya karena selama ini ya susah selalu.
Pertanyaannya sekarang: Apakah kamu lelah menjadi orang biasa?
Ya, asumsi saya, kamu adalah orang biasa.
Sayangnya kamu terlalu kreatif.
Kamu membuat kelompok-kelompok. Mereka yang kaya adalah mereka yang sukses. Mereka yang kaya adalah mereka yang menang. Padahal, kalah dan menang bukan diukur dari kaya arau tidaknya seseorang.
Ada kejadian-kejadian yang berproses antara kalah dan kemenangan yang akan menjadi kalah. Pengalaman ini pasti pernah menerpa kamu dan teman-teman kamu, walaupun tidak semuanya. Kalian lulus dari akademi bersama-sama, namun layaknya sup primordial yang didinginkan, terjadilah seleksi alam yang berbeda-beda di antara kalian. Perjuangan mencari pekerjaan pada dasarnya juga dapat didikotomikan menjadi menang dan kalah. Sukses dan tidak sukses. Itu hanya di pikiran kamu.
Itu hanya di pikiranmu saja.
Mengapa kamu terlalu iri dan menginginkan semua itu?
Mengapa kamu tidak bisa menerima dirimu apa adanya?
Kalau ingin dikejar oleh kekayaan, menurutku kamu harus berbagi lebih banyak. Bagaimana kita tiba-tiba diberi harta yang berlimpah, kalau memberi saja kita pelitnya bukan main.
Bayangkan, tukang parkir saja yang paling gampang. Sesebel apa kamu ketika tiba-tiba ia datang menghampirimu seraya tidak melakukan apa-apa dan protes ketika hanya kamu beri seribu rupiah?
Bayangkan, bagaimana sikapmu dengan para pemusik jalanan atau mereka yang datang meminta-minta padamu. Nggak usah jauh-jauh, pramuniaga toko minimarket yang bertanya, “Dua ratusnya boleh buat donasi, Kak?” Begitu saja kamu tidak pernah terusik untuk memberi.
Kamu selalu mencari nominal paling rendah di dompetmu untuk kamu bagikan kepada orang-orang di luar sana.
Tapi, kamu mengharap tiba-tiba rezeki datang dari langit?
Well, jawabannya ya mungkin bisa saja rezeki datang dari langit jika memang kamu sedang hoki. Namun, kombinasi tersering yang mungkin akan terjadi adalah sebaliknya.
Eits… Harap dibedakan antara iba dan sayang. “Aduh kasian banget sih dia kok panas-panas nggak pake sandal…” kemudian kamu berikan duit yang lebih banyak. Tidak ada yang salah dalam memberi, semuanya akan kembali kepadamu dalam bentuk yang berbeda atau senilai. Suatu saat nanti. Jika kamu memberi berlandaskan rasa iba, maka, kasian dirimu terkontaminasi oleh rasa iba itu. Dan, biasanya itu tidak mengenakkan. Awalnya kita tidak mau memberi terlalu banyak, tapi akhirnya kita harus memberi lebih banyak. Ending-nya, nyesel kenapa tadi ngasih banyak ya. Selalu begicu. Kecuali jika hartamu banyak, itu bukan scbuah masalah. Jika kamu memberi berlandaskan rasa sayang dan cinta sesama manusia, kamu akan lebih bijak dalam memberi. Apa yang kamu beri sebesar apa pun itu tidak akan menggoyahkan dirimu. Tidak akan kamu ingat ingat lagi karena memang kamu lakukan atas dasar rasa sayang, Tidak memberi pun sebenarnya juga bisa jadi rasa sayang karena dengan begitu dia akan sadar untuk mengubah pekerjaannya. Ya, jika semua orang tidak memberi sih, lebih tepatnya.
Anyway dear, rezeki nggak selamanya dalam bentuk uang kok. Walau memang, uang itu yang paling gampang untuk merepresentasikannya. Mungkin kamu nggak sadar, tapi keschatanmu sekarang, di mana kamu bisa membaca tulisan nyaman, juga sebuah rczrki yang harus kamu syukuri. Begin juga misalnya kamu berada di keluarga yang sangat mencintaimu dan sangar mendukungmu. YOU must be grateful for that reason. Banyak orang di luar sana yang cerhimpit utang, susah membayar, dan akhirnya mencari kekayaan dengan cara instan. Banyak orang di luar sana yang pergi dari rumah karena keluarganya carut-marut penuh masalah. Banyak orang di luar sana yang menderita karena sakitnya, baik itu fisik maupun psikis. Kadang, di sini, di citik ini, kamu harus menyadari bahwa, cukup Itu lebih indah.
“Aku ingin punya rumah mode industrial…” “Aku ingin pergi ke Korea Selatan…” “Aku ingin punya ponsel Iphone 13…” “Aku ingin…” “Aku ingin…” Apa salahnya mempunyai keinginan? Everybody deserve that. Memang tidak ada salahnya kamu berkeinginan dan berckspckrasi. Namun, hal ini dapat menimbulkan penderitaan dalam hidupmu. Kamu yang seharusnya penuh oleh catu daya universal dan cinta kasih, tiba-tiba harus menderita hanya garagara apa yang kamu ekspekrasikan gagal total. Banyaknya rasa ingin dan ekspektasi tidak membuat kamu berhenti sejenak dan menyadari apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupmu. Terus ingin itu, ingin ini. Makin lama hal itu akan membuat kamu menjadi orang yang serakah. Karena kamu paham mencari uang itu tidak gampang, sekalinya kamu punya uang, kamu berambisi untuk terus-mencrus mengumpulkan pundi-pundi dan menjadi culas. Keserakahan menyebabkan perbuatan menumpuk-menumpuk harta kekayaan dan upaya mempertahankannya dengan cara apa pun. Ingat, cara apa pun.
Padahal, satu-satunya jalan bagi mereka yang berada di puncak kemewahan adalah hanya menjadi miskim. Kemewahan dan harta yang berlimpah tidak abadi. Meski begitu, tak mudah memberikan pemahaman itu kepada mereka yang mempunyai kekayaan materi tanpa kekayaan batin, kecuali mereka mengalami persoalan besar dan mulai berpikir apa yang terjadi. Nah, irulah mengapa kamu tidak perlu khawatir dengan kondisi finansial kamu sekarang.
Kaya akan identik dengan uang. Uang yang banyak.
Jika disuruh memilih, orang yang memiliki satu lembar uang seribu rupiah akan merasa tidak sukses dan menderita dibandingkan dengan orang yang mempunyai uang seratus ribu rupiah. Sama-sama satu lembar uang, hanya berbeda nominal. Satu lembar kertas seberapa pun kumalnya dia, asal tidak robek, nilainya masih ada.
Coba kalau kertas itu hilang, kamu berjam-jam mencarinya sampai ketemu seakan-akan duniamu runtuh.
Coba kalau kertas itu tercuci, kamu pun emosi dan mulai menyalahnyalahkan orang lain.
Coba kalau kertas itu jatuh dari dompetmu, kamu akan memulai penderitaan dengan meminta utang kepada orang lain. Kertas yang bahkan tidak menjamin apa pun untuk nilai yang ada di atasnya itu membuat orang buta dan melegalkan segala cara untuk mendapatkannya.
Ada mereka yang dari pagi buta hingga sore hari mencurahkan semua waktunya berjualan atau menjadi kuli panggul di pasar, apa itu salah? Tentu saja tidak.
Apa pun kertas-kertas uang yang kamu hasilkan, orang tidak akan peduli itu datangnya dari mana. Lalu, pernahkah kamu menyadari bahwa di hidupmu yang sementara ini, kertas kertas itu hanya akan timbul tenggelam dalam rekening kita? Digit-digit angka di rekening koran kita akan bertambah dan berkurang dan bahkan bisa hilang mendadak. Orang yang terlalu serakah dengan uang dan kertas-kertas berharga lainnya akan sangat menderita jika kertas-kertas itu hilang. Apa pun yang sudah dilekatkan dengan kata ganti kepunyaan, akan membawa penderitaan, entah sekarang atau di masa depan.
So, mulailah berbagi… Mulailah bederma… Dermakan. Bederma tidak akan membuat kamu miskin. Setidaknya ada bagian dari dirimu yang akan ikut bahagia, ketika orang lain bahagia karena apa yang kamu berikan. Kamu punya uang selembar seratus ribu hari ini yang rencananya akan kamu habiskan untuk makan bakso. Coba saja berikan uang itu kepada orang yang kebetulan kamu temui di jalan. Mereka mungkin jarang-jarang mendapatkan uang dengan nominal sebesar itu dalam satu hari. Percaya saja, bahwa nilai seratus ribu itu pasti akan kembali di masa depan, cepat apaupun lambat, baik dengan nominal yang sama atau secara kumulatif sama. Namun, jangan perhitungan dengan mekanisme semesta ini.
Memang sih kamu nggak kaya, nggak bisa beli Iphone 13… Namun, hatimu lebih kaya daripada itu semua… Yang salah itu adalah ketika kamu merasa masih belum bagus secara finansial, namun kamu tidak mau mose en dari kondisi tersebut. Kamu takut berhubungan atau membuka hubungan dengan orang baru karena kamu merasa kamu mpgak kaya-kaya banget dibandingkan dengan mereka. Kamu takut pacaran dengan orang yang lebih tajir, karena merasa mungkin nggak march dengan siyle dan preferensinya. Kamu takut menikah karena belum punya penghasilan yang stabil untuk membangun mahligai rumah tangga kelak.
Well, come om… Aku selalu percaya bahwa pikiran itu mempunyai saru kekuatan yang dahsyat jika kita memfokuskannya. Se, kalau kamu terus berpikiran, “Aku nggak punya duit”, “Aku miskin”, “Aku nggak bisa jadi sukses”, dan pikiran negarif lainnya yang berhubungan dengan finansial, ya selamanya akan begicu. Mungkin terlihar gaib ya. But, it works for me.
Katakan: Aku makmur. Aku berkelimpahan.
Katakan itu dengan berserah total kepada Tuhan.
Apa itu berserah? Berserah tentu saja bukan menyerah.
Menyerah berarti dirimu berhenti berusaha. Menyerah adalah karena egomu yang akhirnya kalah.
Berserah berarti memasrahkan segala hal yang terjadi padamu kepada mekanisme semesta, atau kepada Tuhan. Egomu sudah tiada. Apa yang terjadi ya terjadilah.
Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!