Kisah Mistis: HANTU CANTIK PULAU GALANG

0
27

Kisah Mistis: HANTU CANTIK PULAU GALANG

Pesawat Lion Air Boeing 737-900 ER mendarat mulus di bandara internasional Hang Nadim, Batam, Jumat Kliwon 23 Desember 2011. Beberapa saat kemudian penumpang turun dan aku berada diantara ratusan ratusan orang itu. Aku segera keluar lorong dan masuk ke ruang tunggu. Di sana sudah berdiri Anita Juarti, 32 tahun, janda muda beranak dua, menungguku untuk menemaniku pergi ke Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau.

 

Anita cerai mati karena suaminya, Handono, mengalami kecelakaan laut di Selat Singapura tiga tahun yang lalu. Handono menyetir speed boat 60 PK dan bertabrakan dengan tongkang pengangkut minyak di laut Melayu itu. Anita diminta oleh travel biro Indo Batam untuk menemaniku. Aku telah membayar uang jasa Anita via travel terbesar di Riau Kepulauan tersebut.

 

Untuk itu, aku tidak segan-segan meminta bantuan Anita tentang keperluan apapun. Sebab Anita adalah pekerja professional Indo Batam yang mengantarkan tamu manapun yang membutuhkan guide. Selain ahli bahsa Inggris, Perancis dan Belanda, Anita juga ajaib, menguasai beberapa bahasa daerah di Indonesia sekaligus. Dia mahir berbahasa Jawa, Sunda, Batak dan Bugis.

 

“Anita itu kecerdasannya di atas rata-rata. Dia pintar dan cekatan. Ketika sekolah di Akademi Pariwisata, dia selalu bea siswa karena kecerdasannya yang di atas ratarata. Dia bisa belajar bahasa Bugis hanya menggunakan waktu seminggu. Dia langsung bisa bicara aktif dan luwes,” kata Bu Hernita, 53 tahun, direktur travel Indo Batam, kepadaku.

 

Yang membuat aku terkagum, Anita sangat ramah, bersahaja dan wajahnya cantik sekali. Pikirku, pastilah banyak pria yang memperbutkannya. Karena kecerdasan dan kecantikannya, maka pastilah banyak lelaki yang mau meminangnya. Tapi, aku tidak mau bertanya hal pribadi kepada Anita. Rasanya tidak etis dan tidak pantas apabila aku mempertanyakan sesuatu yang sifatnya privasi.

 

Aku seorang professional. Anita pun professional. Bedanya, Anita professional di bidang jasa guide, jasa wisata, sedangkan aku professional bidang biro jasa perbankan yang menilai agunan yang diajukan calon nasabah bank. Kali ini, aku bekerja meneliti untuk Bank Central London yang ada di Jakarta.

 

Tugas Anita menyetir mobil dan menjadi penunjuk jalanku di Pulau Galang. Pulau yang hingga kini masih banyak orang Vietnam yang menjadi warga Riau Kepulauan.

 

Dulu, tahun 70-an, Pula Galang menjadi tempat penampungan pengungsian Perang Vietnam. Warga Vietnam yang takut perang, menghindar ke daerah Indonesia dengan perahu. Pak Harto sebagai presiden, menyediakan Pulau Galang untuk menampung ribuan pengungsi itu, sebagai tanda kemanusiaan.

 

Anita menyetir Honda Jazz warna merah menuju timur Batam. Mobil mulus itu dikemudikan dengan baik oleh Anita, menaiki jembatan panjang yang anggun menuju seberang Pulau Batam. Kami memasuki kampung demi kampung yang akhirnya melesat hingga ke Pulau Galang.

 

Tanah yang menjadi anggunan PT. Monita Jaya Raya Corporation itu berjumlah 40 hektar. Tanah kosong yang ditumbuhi alang-alang panjang. Berikut beberapa bangunan ambruk bekas rumah-rumah petani setempat yang mengelola lahan berpindah. Tanah dibakar dan ditanami singkong, kacang dan jagung. Setelah tidak subur, ditinggalkan lagi dan mencari lahan baru lagi.

 

Dengan tersendat-sendat mobil sedan melintasi belukar tajam. Beberapa kali body sedan itu mengegesek pohon patah dan baret catnya.

 

“Waduh, bisa lecet nih cat mobilmu yang bagus. Baret karena duri yang tajam di lahan ini,” kataku, setengah menyesal.

 

“Ah, enggak apa-apa Pak, biasa itu. Nanti kalau catnya baret, dicat lagi oleh perusahaan. Ya, resiko masuk medan berat ini, yaaa… beginilah keadaannya,” ungkap Anita.

 

Anita membantu aku mencari penunggu tanah kosong itu. Kami menemukan pekerja penunggu tanah itu dan Haji Nasir Hamdan, menerangkan keadaan tanah itu. Tanah sudah dibuatkan sertifikat oleh Badan Pengelola Pertanahan Nasional, BPPN dan sah dililiki oleh Tan Jim Ham, pemilik perusahaan P.T. Monita Jaya Raya, perusahaan besar Jakarta yang sedang dinilai oleh perusahaanku, biro apraisal Cindai Abadi.

 

Berdasarkan laporanku inilah maka Bank Central London akan mengeluarkan kredit besar senilai Rp 890 milyar. Jika laporanku tidak menyatakan layak, maka pinjaman bank itu tidak akan keluar. Artinya, agunannya tidak layak dan tidak sesuai aturan perbankan hal jumlah kredit yang akan dikucurkan. Selain tanah berhektar-hektar, diagunkan juga oleh Tan Jim Ham, sebuah pulau di Banten Selatan yang sudah dibelinya. Satu villa mewah di Pucak Pass, Cianjur Jawa Barat dan tanah di Pulau Chrismast di Australia. Semuanya aku yang berangkat menilai dan tiga temanku lain dari biro jasa apraisal tempatku bernaung.

 

Entah kenapa, mobil Honda Jazz yang dikemudikan Anita mogok. Sementara hari sudah menjelang magrib di Pulau Galang. Anita menelpon perusahaan dan Indo Batam Travel akan mengirim sopir menjemput. Bos di Batam berjanji akan mengirim mobil double gardan, gardan ganda untuk menarik Honda Jazz yang mogok. Hati Anita berbunga-bunga karena selamat dari masalah besar. Sebab Anita harus bersama anaknya yang ulang tahun malam itu. Dia sudah berjanji mau ajak anak-anaknya dan anak tetangga untuk makan-makan di Nagoya Plaza, Batam. Jika kemalaman di Pulau Galang, semua acara itu batal dan anaknya akan menangis.

 

Setelah menunggu tiga jam, Daihatsu Taft gardan ganda datang dengan tali temali. Sedang Honda Jazz ditarik dan kami meluncur ke bengkel terdekat untuk diperbaiki.

 

Sementara itu, aku terparsa mencari penginapan karena pekerjaanku belum selesai. Tak jauh dari bengkel aku menemukan hotel dan check in untuk menginap di situ. Sementara Anita aku ijinkan pulang karena urusan keluarga. Urusan anaknya yang berulang tahun. Tapi, Anita berjanji akan datang besok pagi dengan kendaraan yang lain. Malam itu Anita buru-buru pulang dengan Daihatsu Taft bersama sopir perusahaan, pak Darman Santoso.

 

“Besok pagi saya ke sini lagi menemani Bapak,” janji Anita.

 

Malam itu akui tak dapat tidur. Bayanganku jauh kepada Anita yang ramah dan jelita. Mungkinkah, aku jatuh cinta kepadanya? Pikirku, kalaupun aku jatuh cinta, ya wajarlah. Aku seorang bujang tua umur 45 tahun, sementara Anita adalah janda muda beranak dua. Bayanganku merambah wajah dan sosok tubuh Anita. Kulitnya yang kuning langsat, hidungnya yang bangir dan rambutnya yang terurai panjang.

 

“Anita..” bisikku, malam itu.

 

Rasanya aku ingin hari buru-buru pagi. Aku ingin segera bertemu Anita yang wangi. Wangi Elizabeth Arden dan parfum Maribeth yang semerbak.

 

“Cepatlah datang Anita,” bisikku, sambil menepuk bantal beberapa kali, memanggil namanya yang anggun, Anita Juwita Hapsari.

 

Jam di dindin kamar hotel Barokah Inn tempatku menginap, menunjuk di angka 12 malam. Hingga tengah malam aku tak dapat tidur dan aku membayangkan Anita. Kupandangi terus wajahnya yang ku foto di handphone, kamera 12 megapixel yang tajam. Tanpa sengaja aku memotret dirinya menyamping, ketika aku sedang memotret lahan yang jadi agunan bank Central London.

 

Hingga pagi, aku tak dapat tidur. Namun, aku teringat pesan ibuku, almarhumah, bahwa jika kau tak dapat tidur, ambillah air wudhu dan sembayanglah. Aku lalu ke kamar mandi mengambil wudhu dan sholat tahajud. Sementara sholat isya, telah aku lakukan pada pukul 21.00 sebelumnya, saat acara TV Indonesia Lawyer Club di TV One.

 

Setelah sembahyang sunnah tahajut, aku berdoa tentang kesuksesanku di Pulau Galang. Aku juga memintakan kesehatanku kepada Tuhan agar aku sehat-sehat saja, sembuh dari penyakit gula, diabetes dan darah tinggiku yang cukup parah. Terakhir, aku berdoa untuk teman baruku, Anita, agar dia bahagia bersama dua anaknya dan sukses dalam tugas-tugasnya di perusahaan travel besar Indo Batam Travel.

 

Setelah berdoa dan zikir, aku tertidur. Aku terbangun subuh dan melakukan sholat subuh berjemaah di mesjid dekat hotel. Habis sholat subuh, aku mencari sarapan di sekitar mesjid. Ada jualan bongkol ketan dan rendang sapi. Aku makan ketan dan rendang sapi pagi itu. Rasanya lezat sekali karena sedang lapar.

 

Habis sarapan aku kembali ke hotel dan mencatat apa yang telah aku amati dari observasi kemarin. Kucatat semua yang kuketahui dan ukuran tanah, batas tanah dan tanaman apa yang ada di dalam tanah itu.

 

Sedang asyik aku mencatat, tiba-tiba dari jendela kamar aku mendengar klakson nyaring dari luar hotel. Sebuah sedan putih jenis Toyota Corona Crown masuk pekarangan hotel. Seorang wanita cantik turun dari pintu kanan dan keluar menuju lobby hotel. Wajah wanita itu tidak asing lagi di mataku. Dialah Anita Juwita Hapsari yang jelita. Bajunya warna ungu muda dengan celana jean ketat warna biru.

 

“Oh Anitaku,” bisikku, dalam hati. Aku segera turun tangga menuju lobby. Tapi aku menggunakan sarung kala itu. Aku berbalik lagi ke kamar memakai celana panjang, kaos dan menyisir rambut agar kelihatan rapih.

 

Belum sempat aku melangkah keluar kamar, Anita Juwita Hapsara muncul di depan pintu.

 

“Boleh Anita masuk Pak?” tanyanya, cespleng.

 

“Ya… ya… boleh masuk, silakan. Tapi maaf… berantakan,” kataku, basa basi. Aku agak kagok karena kaget dan syok, di mana wanita jelita itu masuk ke kamarku.

 

“Maaf ini lancing, masuk ke kamar bapak tanpa ijin,” desinya.

 

“Oh enggak apa-apa, saya malah senang, eh… ya gembira kau telah datang untuk menemani ku ke Pulau Galang lagi pagi ini,” imbuhku, sedikit gelagapan.

 

Anita Juwita Hapsari mengeluarkan biskuit dari tasnya.

 

“Anita bawa biskuit untuk sarapan pagi. paling tidak untuk sekadara ganjal perut sebelum makan benaran di rumah makan nanti,” bujuk Anita Juwita Hapsari, lembut lunglai, kepadaku.

 

“Oh, tadi saya sudah sarapan bongkol ketan di sebelah mesjid. Bongkol ketan dengan bumbu rending daging sapi,” seruku, sok curhat, bahwa aku bisa makan di pinggir jalan dan di kaki lima.

 

“Bapak makan di emperan mesjid?” Tanyanya. “Iya, kenapa rupanya?” kataku. “Tidak, saya hanya kagum saja, bahwa pekerjaan Bapak berkelas elite tapi Bapak masih mau makan di pinggiran mesjid,” pujinya.

 

Sementara Anita duduk membaca koran, aku pamit mandi ke kamar mandi. Aku memainkan shower dan menyabut diriku dengan rata. Gosok gigi juga mencuci muka dengan pembersih wajah. Pembersih wajah khusus untuk kaum lelaki. Setelah mandi dan menghanduki tubuhku hingga kering, aku memakai pakaianku di kamar mandi. Rasanya tidak sopan dan tidak pantas bila aku berganti pakaian di kamar, yang berarti di depan Anita Juwita Hapsari. Maka itu, aku siapkan semua pakaian dalam dan luar di kamar mandi, hingga aku keluar telah rapih dengan parfum Paris Saint Germany yang aku gunakan, Berikut deodorant special for mens, khusus lelaki yang berbau sangat maskulin.

 

Ketika sudah keluar kamar mandi dan siap kerja, aku berbasa basi kepada Anita. “Bagaimana tadi malam, jadi makan-makan dalam rangka ulang tahun si kecil?” tanyaku.

 

“Oh, jadi pak, walau agak kemalaman, tadinya rencana mau makan di Nagoya Plaza, tapi keburu tutup dan akhirnya kami makan-makan sea food di Pasar Jodoh,” katanya.

 

“Pasar jodoh? Memangnya di situ daerah tempatnya mencari jodoh?” pancingku.

 

“Bukan Pak, bukan tempat mencari jodoh, tapi namanya aja Pasar Jodoh, enggak tau kenapa nama itu dipakai. Mungkin, dulunya ada banyak orang yang ketemu jodoh di sana, maka dinamakan Pasar Jodoh. he… he…” jawab Anita Juwita Hapsari, sambil tertawa manis.

 

“Anita tidak berminat mencari jodoh lagi setelah beberapa tahun Kangmasnya meninggal dunia,” sorongku, memancing.

 

“Ada niat sih Pak, mau menikah lagi demi anak-anak. Tapi sejauh ini belum ada yang cocok,” tandas Anita, serius.

 

“Bapak sudah punya anak berapa?” Tanya Anita, mengalihkan omongan.

 

“Oh, saya, maaf, bujang tua. Saya pernah pacaran, sangat mencintai, tapi di luar dugaan, pacar saya jatuh cinta dengan pria lain dan aku ditinggal nikah dengan pria lain itu dan kini bermukim di Sydney, Australia sudah punya dua anak juga. Maka itu, saya memilih hidup jomblo dan jadi bujangan setua ini,” kataku, jujur, sambil tertawa kecut.

 

“Bagaimana kalau bapak menikahi aku? Aku baru kenal sama Bapak, tapi aku yakin dengan indera ke enamku, bahwa Bapak orang baik dan bisa mencintai anak-anakku dan aku,” ungkapnya.

 

Anita berdiri dan aku menjabat tangannya. “Anita serius? Bila serius, aku akan segera meminangmu dan kita menikah. Ke mana aku pergi untuk melamarmu? Di mana ayahmu, ibumu dan kakak adikmu?” tanyaku, penasaran.

 

Sebelum sempat menjawab, Anita menjatuhkan kepalanya di pelukanku.

 

Tanganku secara reflek membelai rambutnya dan kami bermesraan. Di sinilah iblis datang dan kami melakukan hubungan terlarang. Anita memberikan kemesraan nya kepadaku dan aku pun memberikan kemesraan untuk Anita yang sudah tiga tahun lebih menjanda. Hubungan itu sangat hangat dan aku bahagia sekali pagi itu.

 

Tidak berapa lama kemudian, pukul 09.45 pagi, Anita raib. Dia menghilang entah ke mana. Kucari di sana sini, dia tidak terlihat. Mobil yang dibawa pun Toyota Crown putih juga tidak terlihat di parkiran hotel. Aku tanya kepada semua orang hotel di lobby dan parkiran, tidak ada wanita masuk. Tidak ada mobil warna putih yang parkir. Batinku terguncang hebat, siapa wanita yang berwajah Anita yang jelita itu dan membawa sedan Toyota crown warna putih yang sebenarnya tidak ada itu?

 

Beberapa saat kemudian, aku ditelepon oleh perusahaan Indo Batam Travel Corp. Mereka mengabarkan siang ini aku akan ditemani lelaki dari perusahaan, namanya Firmansyah Adullah. Anita dikabarkan tewas dalam kecelakaan Ialu lintas di Pasar Jodoh. Dia meninggal di mobil pukul 23.00 tadi malam, sementara dua anaknya dan anak-anak tetangga yang dibawa, masuk rumah sakit. Duh Gusti, siapakah wanita yang tidur denganku pagi? Roh atau arwahnya Anita yang mati tapi malam?

 

Aku terguncang. Aku membatalkan tugasku siang itu lalu pergi buru-buru ke rumah sakit. Aku melihat jenazah Anita yang dimandikan untuk dimakamkan besok paginya. Sementara itu, anak-anak Anita yang terbaring sakit, ditangani serius oleh tim dokter. Aku menangis di depan jenazah Anita dan menangis pula melihat dua anak kecil, anak Anita yang telah menjadi yatim piatu.

 

Kini, dua anak Anita, Gibras Gilgaptar dan Tania Gilgaptar, aku angkat anak dan hidup bersamaku. Keluarga Anita memberikan mereka kepadaku dan aku adopsi dua anak itu. Aku merasa keduanya seperti anakku sendiri dan sekarang satu masuk SD yang satu lagi masih di TK.

 

Namun, setiap malam Jumat, arwah Anita datang dan bersamaku dan anak-anak kami. Arwah Anita datang persis berwajah Anita, bertubuh Anita dan kami bisa berkasih-kasihan sebagaimana manusia dengan manusia. Bukan seperti dengan arwah. Semangat cintaku begitu bergelora dan Anita pun dapat berinteraksi dengan anak-anak kami dengan bahagia. Keadaan ini aneh dan musykil, tapi demikian adanya dan nyata. Mungkin, hanya semangat, bukan fakta. Tapi, itulah pengalaman supramistis aku yang ganjil dan aku nikmati hingga hari ini. (Kisah supramistik John Harmain dan Henny Nawani). ©️


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!