Psikologi: TIDAK PERLU MENJADI ORANG LAIN
Proses kekaguman kita pada orang lain bisa jadi baik, tapi bisa jadi juga tidak baik. Apa sebabnya? Sikap kekaguman yang berlebihan tak urung juga bisa membuat kehilangan jati diri kita yang sesungguhnya. Kalau memang sosok yang kita kagumi memang sosok yang benar-benar patut diteladani, maka hal ini tidak akan menjadi masalah. Sayangnya hal ini akan berbanding terbalik jika figur yang kita idolakan hanya membuat kita sekadar ikut-ikutan.
Contohlah keberadaan public figure yang sering muncul di media massa. Belum iagi ditambah dengan selebriti-selebriti dunia maya yang gencar mempromosikan produk ini dan itu untuk dibeli. Mereka yang ngefans sekadar ngefans pasti mudah tergiur untuk membeli barang: barang yang ditawarkan oleh tokoh idolanya tanpa memfilter apakah produk tersebut benar-benar dibutuhkan atau tidak. Ingin mencoba untuk membentengi diri agar tidak ikut-ikutan, tapi nyatanya orang-orang di sekitarnya juga melakukan hal yang sama. Sehingga ia merasa tidak percaya diri jika tidak melakukan hal serupa. Seperti merasa jadi manusia yang ketinggalan zaman. Padahal sejatinya tanpa produk-produk tersebut mereka tetap bisa hidup normal tanpa kendala.
Problem semacam ini biasa disebut dengan fenomena konformitas. Mereka seolah merasa kerdil jika tidak sama dengan khalayak pada umumnya. Padahal mereka sendiri belum tentu paham dengan apa esensi dari yang kebanyakan orang lakukan. Mereka hanya tidak mau menjadi berbeda. Berbeda sering dianggap aneh dan sulit untuk diterima. Sehingga akhirnya mereka memilih untuk menyamakan diri dengan yang lainnya.
Padahal seperti yang sudah kita bahas di bab-bab sebelumnya, menjadi berbeda bukanlah sebuah kesalahan. Justru masing-masing dari kita memang sudah diciptakan berbeda dengan manusia yang lainnya. Sekalipun ada dua orang yang kembar identik, mereka tetap memiliki otentisitas sikap, watak, dan pemikiran yang berbeda. Itulah anugerah Tuhan yang diberikan kita untuk selanjutnya dikelola agar bisa memberi kebermanfaatan bagi diri sendiri juga orang lain.
Terlebih lagi jika mayoritas manusia hari ini sudah mudah digiring pada hal-hal yang populer tanpa esensi. Mereka hanya bisa mengikuti trend tanpa memahami alasan apa pentingnya mengikuti trend tersebut.
Contoh kecil, ada orang yang begitu sukses menjalani bisnis pakaian. Kemudian banyak orang merasa bisnis pakaian sebagai bisnis yang menjanjikan. Akhirnya banyak orang berlomba-lomba untuk berbisinis di bidang yang sama. Bisnis yang mulanya menjanjikan lama kelamaan hanya menjadi jamur di musim hujan. Banyak penjual yang mengambil dari tempat yang sama dan persaingan harga terjadi di mana-mana. Akhirnya nilai jual menjadi rendah sebab terlalu banyak penawaran sementara jumlah permintaan tetap. Belum sempat untuk mencicipi suksesnya berwirausaha, mereka yang hanya sekadar ikut-ikutan berbisnis ini justru bingung untuk mengembalikan modal.
Contoh lain, ada orang yang memiliki potensi dan akhirnya mendapatkan keberhasilan di dunia musik. Namanya dikenal oleh banyak orang. Penampilannya dinantikan.
Kerja kerasnya pun diapresiasi bagus secara materi dan immateri. Akhirnya orang-orang di sekitarnya merasa dunia musik adalah ladang yang bagus untuk menggali pundi rupiah. Mereka pun berbondong-bondong untuk mengikuti jejak serupa. Padahal mungkin potensi mereka sesungguhnya tidak di sana. Hanya karena ingin mendapatkan hal-hal yang saya sebutkan tadi, mereka mencoba sesuatu yang mereka belum tahu dasarnya.
Akhirnya, alih-alih mereka mendapatkan kesuksesan yang sama, mereka justru harus berjuang dari pagi sampai pagi lagi untuk sesuatu yang belum tentu mereka sukai. Mereka merasakan lelah untuk mengejar prestasi yang sebenarnya tidak ditakdirkan untuknya. Bukannya mendapat apresiasi, cacian dan kritikan pedas justru mengalir dari sana sini. Itu semua terjadi karena mereka hanya melakukan sesuatu yang didorong dari terbesitnya keinginan semu agar menjadi seseorang yang sama berkualitasnya dengan sosok yang mereka kagumi. Padahal sebenarnya potensi yang mereka miliki berseberangan dan tidak menemukan titik temu kesamaan.
MAKA DARI ITU, SEYOGYANYA KITA TIDAK PERLU MENJADI ORANG LAIN HANYA UNTUK MERAIH SUATU KEBERHASILAN, PENCAPAIAN, ATAU PENGAKUAN ORANG LAIN. KITA MUNGKIN BOLEH MENELADANI KEBAIKAN ORANG LAIN, MAU BELAJAR DARI PENGALAMAN PAHIT ORANG LAIN, TAPI TIDAK BIJAK JIKA SEMUA YANG ADA DALAM DIRI ORANG LAIN ITU KITA AMBIL DAN TELAN MENTAH-MENTAH UNTUK DITERAPKAN DALAM KEHIDUPAN KITA.
Terlebih lagi, jalan perjuangan setiap orang untuk meraih keberhasilan sudah ditakdirkan berbeda. Kadar masalah dan ujian yang dihadapi pun sudah disesuaikan Tuhan menurut kapasitas masing-masing manusia. Sehingga kita tidak bisa mengadaptasi tindakan atau keputusan orang lain dalam menyelesaikan masalah kita. Sebab mereka tidak mengalami apa yang kita alami, begitu pula sebaliknya. Kita mungkin bisa bertanya saran dari orang lain untuk menghadapi masalah kita, tapi kita tidak bisa bergantung pada mereka saat kita harus menyelesaikan masalah yang kita hadapi.
Apa pun yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada kita harus kita yakini sebagai sesuatu yang terbaik. Tuhan tidak pernah salah alamat. Kita sudah mendapatkan pesan terbaik dari-Nya tanpa perlu banyak membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Rumput tetangga mungkin terlihat lebih hijau, tapi belum tentu sama suburnya dengan rumput kita sendiri.
JADI INTINYA, KITA BOLEH MENGAGUMI SOSOK TERTENTU JIKA KITA NILAI MEREKA MEMILIKI NILAI PLUS DALAM KEHIDUPANNYA.
Kita pun diizinkan untuk meneladani beberapa hal yang mereka lakukan untuk diadaptasi ke dalam kehidupan kita. Namun, yang perlu kita garis bawahi adalah kita perlu mengolah dan menyesuaikan apa yang ingin kita teladani untuk selanjutnya kita terapkan dalam kehidupan kita. Kira-kira sesuai atau tidak, pantas atau tidak, cocok atau tidak. Segala pertimbangan harus tetap dilakukan agar kita tidak menjadi manusia copy paste hanya karena ingin meniru keberhasilan dari orang lain. Bahkan murid yang meneladani gurunya saja bisa melakukan pembaharuan, masa iya kita yang mengaku kekinian hanya bisa menjadi manusia tukang duplikat.
SEJAK SEKARANG MARI KITA TANAMKAN PRINSIP UNTUK BERHENTI MENJADI MESIN FOTOKOPI. MANTAPKAN HATI KITA BAHWASANYA MENJADI BERBEDA ADALAH SEBUAH FITRAH. DENGAN TIDAK MENGIKUTI APA YANG KEBANYAKAN ORANG LAIN LAKUKAN DAN KATAKAN, BUKAN BERARTI KITA ADALAH MANUSIA YANG KETINGGALAN ZAMAN.
Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!