Kisah Mistis: AZIMAT KESELAMATAN DIRI

0
18

Kisah Mistis: AZIMAT KESELAMATAN DIRI

Sabtu siang itu, tanpa diduga-duga atau mungkin memang sudah menjadi kebiasaan, dua SMU yang sudah sejak lama memang menjadi musuh bebuyutan, bertemu di ruas jalan Gajah Mada. Akibatnya sudah dapat diduga. Tanpa perlu di komando, para pelajar itu langsung saling baku hantam hingga memacetkan arus lalu lintas. Batu, pentungan bahkan senjata tajam pun tampak saling bersliweran diantara mereka. Benda-benda itu bagai malaikat maut yang tengah menari-nari mencari mangsanya. Tampaknya, tak ada lagi rasa takut atau iba pada hati mereka. Tekadnya hanya, siapapun lawan yang di hadapinya harus jatuh…

 

Sementara itu, para pedagang, masyarakat setempat atau yang kebetulan lewat, tak ada yang mau melerai. Mereka enggan untuk terlibat ataupun melibatkan diri pada tawuran pelajar yang hampir tiap hari terjadi di Jakarta.

 

Pada saat yang demikian genting, terdengar teriakan lantang yang menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya. “Semua teman-teman, mundur… mundur…mundur. Masuk ke dalam..!”

 

Bagai kerbau di cocok hidung, mereka pun mundur. Dan berjalan dengan teratur menuju ke sekolahnya yang letaknya kebetulan tak jauh dari arena tawuran tadi. Dan untuk beberapa saat, rombongan penyerang menghentikan pengejarannya. Mereka benar-benar terkesima. Dan anehnya, teriakan atau tepatnya perintah itu bukan ke luar dari mulut seorang guru, tetapi dari Surya, sebut saja begitu, yang kala itu dipercaya sebagai Ketua OSIS di sekolahnya.

 

Begitu taman-temannya masuk kedalam, dengan sigap Surya mengunci pintu gerbang dari luar. Masih dalam hitungan detik, di kejauhan, sambil berteriak-teriak dan mengacung-acungkan pentungan atau senjata tajam, bahkan ada satu dua yang melempar dengan batu tampak rombongan penyerang yang penasaran mendekati sekolahnya. Dengan wajah tenang dan ampuh, lelaki kerempeng berkulit putih, berwajah ganteng dan jagoan basket itu berjalan menuju kerumunan pelajar yang menyerang ke sekolahnya. Perbuatannya yang dianggap kelewat nekad itu, sudah barang tentu membuat hati semua teman-teman sekolah maupun gurunya menjadi dag, dig, dug. Tetapi apa daya mereka, pintu gerbang di kunci oleh Surya dari luar. Mereka pun tak berdaya.

 

Kecemasan yang ada di dalam sekolah kian memuncak tatkala mereka melihat Ketong, sosok yang belakangan ini menjadi momok bagi para pelajar di Jakarta Pusat mulai menampakkan diri. Dengan lagaknya yang jumawa, sang jagoan yang terkenal keganasannya itu memainkan ikat pinggang berkepala besi di tangan kanannya. Benda itu adalah senjata andalan Ketong. Konon, ia banyak menjatuhkan jagoan-jagoan SMU bahkan beberapa preman kelas atas, dengan senjatanya yang khas itu.

 

Dan tanpa perlu berbasa-basi lagi, begitu berhadapan, Ketong langsung mengayunkan senjata andalannya ke wajah Surya. Anehnya, Surya seolah enggan untuk menghindar. Dengan tabah ia menerima kepala ikat pinggang yang terbuat dari besi itu menghajar wajahnya. “A.. aa… ah!” Hanya teriakan itulah yang terdengar dari dalam sekolah.

 

Dan tak lama kemudian, terdengar sorak kemenangan tatkala Surya memalingkan wajahnya ke arah sekolah. “Hore……!”

 

Melihat lawannya tak jatuh, Ketong pun menjadi penasaran. Dengan membabi buta ia menyerang Surya dengan Sabetan yang bertubi-tubi. Tak kenal ampun. Dan anehnya, Surya pun hanya diam. Tidak membalas sama sekali! Ia seolah akan memberi pelajaran kepada Ketong, sang jagoan yang jumawa itu. Hanya saja, tangan kanan Surya tampak tergetar, seolah terasuki oleh kekuatan tak kasat mata.

 

Dan pada saat yang tepat, seiring dengan sabetan ikat pinggang Ketong yang tak mengenai sasarannya, pukulan Surya dengan deras mampir ke wajah sang jagoan. Tepat pada dagunya. Ketong langsung terpental sejauh tiga meter dan langsung tak sadarkan diri. Keempat teman dekat sang jagoan langsung menyerang Surya. Tetapi apa lacur? Seiring dengan Surya mengibaskan tangan kanannya, tubuh keempat teman sang jagoan terpental. Mereka seolah terdorong oleh suatu kekuatan yang maha dahsyat. Dan sisanya, langsung menjatuhkan berbagai benda yang mereka bawa. Dengan wajah penuh ketakutan dan menghiba, mereka menatap Surya seolah memohon pengampunan atas ulahnya.

 

“Angkat tuh jagoan, juga empat temen lu. Gua cuma mau pesen, elu-elu boleh reseh ama sekolah lain, tapi jangan ama sekolahan gua,” demikian kata Surya.

 

Tanpa banyak bicara, dengan wajah menunduk mereka pun mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Surya. Sorak sorai kemenangan terdengar membahana dari dalam sekolah tatkala Surya membuka kembali pintu gerbang dan langsung masuk ke kelasnya. Temanteman dan bahkan para guru mengikutinya dari belakang. Mereka memberi selamat atas tindakan yang dilakukan oleh sang Ketua OSIS, sambil dengan diam-diam mengamati wajah Surya yang terkena sabetan kepala ikat pinggang yang terbuat dari besi, Aneh! tak ada luka, bahkan lecet barang sedikitpun!

 

Dan ketika pulang, Andi, sahabat karibnya, langsung saja bertanya, “sur! gua kagak sangka kalo elu punya simpenan ilmu nyang begitu hebat. Kalo boleh tau, elu belajar di mana sih?”

 

Surya hanya tersenyum. Tak menjawab. Karena pertanyaan itu diulang-ulang sampai beberapa kali, akhirnya, Surya pun tak sampai hati. “Asal elu tahu aja, gua dapat ini semua dari Kyai Pamungkas,” jawabnya sambil memperlihatkan sebuah bungkusan yang terbalut dengan kain hitam.

 

“Wow! jimat. Elu pake puasa segala? Tanya Andi penasaran.

 

“Enggak. Cuman ada syarat khusus yang harus gua kerjain tiap malam Jum’at Legi atau Selasa Kliwon, terus ada sedikit amalan yang harus gue baca untuk sehari-hari,” jawab Surya.

 

“Ngomong-ngomong, ade pantangannya kagak?” Potong Andi.

 

“Pokoknya elu jangan ngelanggar larangan agama dan negara, itu aja,” ungkap Surya.

 

Kembali kedua sahabat itu berjalan beriringan sambil berdiam diri. Wajah Andi tampak berkerut tanda ia sedang berpikir keras. “Eh! ngomong-ngomong Kyai Pamungkas sodara lu?” Tanyanya tiba-tiba. “Bukan, tapi dia nganggep siapa aja nyang ditulungnya sebagai sodara. Kalo elu penasaran, kapan-kapan gua ajak ke rumahnya di daerah Condet, antara Rindam dan PGC,” imbuh Surya.

 

Surya pun menerangkan dengan gamblang kepada sahabatnya tentang pribadi Kyai Pamungkas. Sosok yang selama ini dianggapnya begitu lengkap. Sebab selama ini, Kyai Pamungkas dapat berlaku sebagai orang tua, guru, kakak, sahabat bahkan teman.

 

Andi hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya saja. Ia sadar, apa yang dikatakan oleh Surya itu benar adanya. Buktinya, Surya mampu mengatasi keganasan Ketong bahkan menundukkannya berkat ajimat yang diberikan oleh Kyai Pamungkas. Dan bukan hanya itu, Surya adalah sosok yang disegani dan sekaligus disayangi oleh teman dan para guru di sekolahnya.

 

Berdasarkan kejadian Sebenarnya dan diceritakan oleh Tri Surya di Jakarta. Wallahu alam bissawab. ©️


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!