SENDANG SINANGKA:
Diburu Orang Tertindas dan Teraniaya
Kalau anda sekarang merasa menjadi orang yang tertindas atau teraniaya, sehingga diperlakukan semenamena oleh bos, atasan, pimpinan maupun siapa saja, cobalah melakukan ritual membasuh wajah di Sendang Sinangka. Air sendang ini memiliki daya linuwih memulihkan hati kaum penindas dan penganiaya…
Lokasi Sendang Sinangka ini berada di sebelah timur ibukota Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Desa Nglaroh, Kecamatan Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah. Suasana di sekitar sendang keramat itu terasa sejuk sehingga nyaman jika untuk beristirahat atau sekedar melepas lelah. Bahkan mampu menentramkan hati yang sedang dilanda kegalauan. Kerimbunan di tanah perbukitan tersebut, juga didukung dengan tumbuhnya pepohonan besar, seperti pohon beringin, duwet maupun pohon bulu yang mengayominya (melindunginya).
“Nama Sendang Sinangka ini merupakan nama yang langsung diberikan oleh Raden Mas Said,” kata Mulyanto.
Mulyanto, selaku ketua paguyuban Sendang Sinangka ini mengatakan, Raden Mas (RM) Said adalah nama kecil dari Pangeran Sambernyawa, pendiri Pura Mangkunegaran dengan gelar KGPAA (Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo) Mangkunegara I. RM Said hidup pada masa keemasan Paku Buwana (PB) II yang berkuasa di Keraton Kartasura. Namun PB II waktu itu bersekutu dengan penjajah Belanda. Sehingga hal inilah yang membuat RM Said muda melarikan diri meninggalkan Keraton Kartasura. Dalam pelariannya juga bersarna dengan dua adiknya, RM Ambiyo dan RM Sabar.
Selain 3 pemuda ini tidak setuju dengan rajanya yang bersekongkol dengan penjajah Belanda, pihak kerajaan, sehingga dianggap sebagai pembangkang kerajaan, juga diperlakukannya tidak adil sebagai pangeran (cucu raja) dengan saudara-saudaranya yang lain. Dengan demikian menurut pendapat ketiga bersaudara perlakuan dan kebijakan raja tersebut sudah menyimpang dari angger-angger (peraturan) kerajaan, sebab sudah tidak lagi hangayomi (melindungi) hangayemi (membuat tentram) dan hanguripi (mensejahterakan rakyat).
Langkah meninggalkan kerajaan itu sebagai sikap protes dari RM Said beserta punggawa kerajaan yang tidak sepaham termasuk RNg Kudonowarso dan Rangga Panambang yang diikuti 40 prajurit yang disebut Punggawa Baku Petang Puluh Jaya. Sesampai di Desa Nglaroh, Kecamatan Selogiri, Wonogiri mereka menyusun kekuatan dengan warga setempat, sekaligus menempuh laku spiritual. Secara kebetulan di Nglaroh itu banyak terdapat sendang yang berair jernih, di antaranya Sedang Sitetes, Sendang Sinangka, Sendang Siwani dan Sendang Silanang dan Sendang Pancuran.
Semua nama sendang tersebut memiliki sejarah masing-masing yang satu sama lainnya saling berkaitan. Seperti halnya Sendang Sinangka di latar belakangi dengan kisah. Konon pada waktu itu RM Said bersama pengikutnya tersebut sampai di Sendang Sinangka setelah turun dari Sendang Sitetes yang semula untuk kungkum.
Dengan perut lapar dan dahaga yang begitu kuat, sehingga ketika mereka melihat ada dua buah nangka yang cukup besar tergeletak di tepi sendang dengan aroma yang harum, sehingga mengundang nasfunya untuk segera memotong dan menyantapnya. Apalagi setelah didekati, ternyata buah nangka itu sudah cukup matang. Namun meski berkali-kali buah nangka itu dicoba untuk dipotong, ternyata senjata apapun yang digunakan untuk membelahnya tidak mempan.
Mengetahui kejadian itu, maka RM Said lantas berwudlu dengan air sendang yang ada di dekatnya. Setelah itu mengambil tempat untuk manekung (bersemadi) memohon petunjuk kepada Sang Khalik untuk mengatasi masalah tersebut. Singkat cerita, dalam semadinya tersebut, RM Said mendapatkan firasat (petunjuk) atau wangsit gaib.
Bahwa buah nangka tersebut baru bisa dibelah dan dinikmati, asalkan pedang atau senjata tajam itu, terlebih dulu diasah di batu hitam yang terletak tidak jauh dari sana. Benar saja, seusai pedang itu diasah di batu gilang (batu hitam) tersebut, buah nangka itu mudah saja dibelah, selanjutnya dibagi kepada semua pengikutnya. Berpijak dari kejadian itu, batu gilang itu dinamakan watu kosek (batu pengasah) dan sendang yang airnya untuk berwudlu itu dinamakan oleh RM Said Sendang Sinangka.
Mungkin karena RM Said melakukan laku spiritual, belum mendapatkan strategi penyerangan untuk mengalahkan musuhnya, Kompeni Belanda, maka dia bersama pengikutnya tinggal di sana sampai berbulan-bulan lamanya, sembari terus melakukan olah kanuragan dan laku kungkum, semadi dan tafakur di Sendang Sinangka. Karena tempat itu dirasa dipenuhi rasa kedamian, bahkan batu kosek yang ada di sana bukan saja mampu untuk mempertajam senjata yang diasah, tetapi juga menimbulkan aura perlindungan bagi orang yang memegangnya.
Jika pada waktu siang menjelang RM Said menggembleng pengikutnya dengan ilmu kanuragan, sementara pada malam harinya bermunajad kehadlirat Tuhan YME untuk memohon keadilan, atas rakyatnya yang tertindas, teraniaya, juga hak-haknya tidak dipenuhi. Selanjutnya RM Said kembali mendapatkan wangsit, ilham melalui mimpinya. Dalam mimpi itu, mengisyaratkan semua harapan dan keinginannya itu bakal tercapai, kendati harus melalui perjuangan panjang. Salah satunya, menghentikan kekejaman penjajah di bumi pertiwi ini.
Hingga pada suatu malam RM Said bertemu, bersembunyi dan berlindung pada seorang janda tua, setelah melakukan penyerangan terhadap musuh-musuhnya yang dirasa lebih kuat, persenjataannya lebih lengkap, serta prajuritnya juga lebih banyak. Sejenak kemudian, ketika RM Said dan pengikutnya beristirahat, janda tua itu menyajikan bubur yang barus saja dimasaknya. Melihat bubur itu disuguhkan, maka RM Said dan semua prajuritnya kembali ingin segera menyantap, karena memang kondisi tubuh mereka penuh luka dan kelaparan.
Maka dengan serta merta bubur itu disendoknya dan dimasukkan mulutnya, tanpa mempedulikan posisi bubur yang berada di piring. Karuan saja mereka memutahkan lagi bubur itu karena kepanasan. Pada kesempatan itulah janda itu mendekat dan memberi contoh cara makan bubur.
“Kalau kalian mau makan bubur panas itu harus disisir dari pinggir, sehingga bubur itu makin lama makin berkurang dan habis disantap seluruhnya, sehingga bisa menjadi kenyang dan memuaskan yang menyantapnya,” kata janda tua tersebut.
Dari nasihat janda tua itulah RM Said yang memiliki kecerdasan otak dan cepat tanggap dengan berbagai isyarat, maka mampu memaknai bahwa apa yang diberitahukan dari janda tua itu adalah strategi perang atau penyerangan terhadap musuh. Artinya, dalam melakukan penyerangan itu harus lewat pinggir. Menghabisi penjaga, prajurit yang berada di daerah-daerah. Dengan demikian kekuatan musuh semakin lama semakin berkurang. Nah, ketika sudah sampai di tengah atau pusat, tentunya lebih mudah mengalahkannya, karena kekuatan prajurit sudah dilumpuhkan.
Strategi perang itu terus saja dilakukan, sehingga atas sepak terjang RM Said tersebut mampu membuat gemetar dan ketakutan musuh-musuhnya. Ibaratnya jalma mara, jalma mati (siapapun musuhnya yang berada di hadapannya pasti akan mati di tanganya). Untuk itulah RM Said kemudian dijuluki Pangeran Sambernyawa. Bahkan sampai PB II saat itu sudah memindahkan pusat pemerintahan dari Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta, perjuangan RM Said terus saja berlangsung. Baru, setelah melalui perjalanan perjuangan yang panjang RM Said pun akhirnya mampu mengenyam masa jaman keemasan dengan mendirikan kadipaten di sebelah utara Kraton Surakarta.
Kerajaan itu lantas diberi nama Pura Mangkunegaran, dengan gelar KGPAA Mangkunegara I. Meski dia sudah menjadi penguasa Pura Mangkunegaran, kata Mulyanto, dia masih sering mendatangi Sendang Sinangka untuk mendapatkan ketentraman dan kedamaian atas problematika yang dihadapi waktu itu. Untuk itulah sampai sekarang ini banyak peziarah yang datang kesana, baik dari kalangan pelajar, mahasisiwa, pejabat, pegawai negeri dan peziarah berprofesi lain.
Bagi pelajar dan mahasiswa kesana bertujuan untuk mendapatkan ketajaman berfikir, sehingga mampu mengerjakan pelajaran yang disampaikan pengajarnya. Sementara bagi karyawan dan pegawai negeri serta pejabat meryalani ritual di watu kosek dan Sendang Sinangka sermata-mata bertujuan untuk menaikkan derajat dan pangkat. “Mereka berziarah ke sini dengan cara dan tujuan masing-masing,” kata Mulyanto lagi.
Para peziarah datang di area Sendang Sinangka paling banyak pada malam-malam tertentu, seperti pada malam Selasa kliwon dan Jum’at Kliwon. Bahkan sendang ini juga ada yang meyakini memiliki aura positif bagi para calon kepala daerah maupun calon anggota legislatif yang tengah berkompetisi. Namun semua itu hanya merupakan jalan atau sarana untuk mendapatkan solusi dari apa yang sedang dihadapi sehingga ketentuan tetap berada di tangan Tuhan. Untuk itu masalah percaya atau tidak, juga sangat tergantung dengan masing-masing personil dan juga terserah pada individu masing-masing.
Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!