Panggonan Wingit: BIAWAK MISTERIUS PULAU RAKIT INDRAMAYU
LELAKI SENJA YANG BERNAMA DARTIM ITU SUDAH PULUHAN TAHUN MENGASINGKAN DIRI DI PULAU RAKIT. SEJAK ISTERI MENINGGAL DUNIA, DIA PUN BERMUKIM PULAU ITU. ANEH, KETIKA ITU, PULUHAN EKOR BIAWAK MENJADI TEMAN BAGI DARTIM…
RUMAH di Pulau Rakit itu tak seberapa megah. Namum punya daya tarik tersendiri. Bukan karena pernak-pernik ornamennya, namun karena keberadaan binatang berkeliaran di sekelilingnya. Binatang pemakan daging itu dengan santai jalan-jalan di depan rumah maupun halaman belakang rumah, pemilik rumah itu adalah Dartim, 60 tahun. Dia sama sekali tidak ferganggu dengan keberadaan Biawak-biawak itu, malah dia anggap teman, pengganti hati yang kosong sepeninggal istrinya. Tamatan SR (setara SD) ini menduda sejak ditinggal mati istrinya beberapa tahun silam.
Secara administratif, Pulau Rakit masuk wilayah hukum Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Dan jika ditarik garis lurus, jarak dari kota kabupaten menuju pulau tersebut sejauh 14 kilometer, bisa ditempuh dalam perjalanan dengan menggunakan perahu tempel berkecepatan sedang.
Di Kabupaten Indramayu, selain Pulau F juga terdapat dua pulau lainnya. Masing-masing adalah Pulau Karang Rakit Utara dan Pulau Gosong Tengah. Tapi, di antara ketiganya, Pulau Rakitlah yang paling tersohor. Pasalnya di atas punggung pulau seluas 50 hektar itu terdapat ratusan jenis flora dengan dominasi tumbuhan bakau, puluhan jenis fauna, amphibi dan reptil yang merupakan kekayaan alam. Kini, fauna di pulau tersebut diperkaya dengan kehadiran puluhan ekor biawak ya datang secara misterius.
Jangankan orang luar pulau, Dartim sendiri tidak tahu persis dari mana habitus binatang itu sebelum muncul di sekeliling rumahnya, padahal, sudah puluhan tahun ia mukim di Pulau Rakit.
Sebelumnya, Dartim hanyalah seorang nelayan yang bermukim di desa Pantai. Tapi karena abrasi, Dartim pun kehilangan rumah dan putra semata wayangnya. Karena itulah, ia memutuskan untuk membangun rumah di Pulau Rakit sekaligus memboyong istrinya.
Suami-istri itupun hidup mengasingkan diri di atas pulau yang tak berpenghuni itu pulau ini mereka tidak punya tetangga. Yang mencengangkan, meskipun istrinya, Darin sudah meninggal dunia, pria pemburu ikan ini masih terus bertahan tinggal di sana.
Sewaktu penulis mengunjunginya, rumah yang berada persis di bibir pantai itu tampak senyap sebab saat itu pemiliknya masih berada di rawa-rawa untuk mengangkat puluhan perangkap ikan yang dipasangnya. Baru menjelang pukul 09.00, Dartim muncul dari timbunan rumpun bakau sambil menenteng bubu di bahu kirinya. Bubu itu nyaris penuh berisi ikan hasil jebakan semalam.
Sambutan yang diberikan pun biasa bila dilihat dari ekspresi wajahnya datar-datar saja. Setelah menyapa dengan kalimat pendek, Dartim melanjutkan langkah menuju pintu dapur rumahnya. Tanpa diminta, penulis berusaha mengekor di belakangnya.
Tutup bubu itupun dibuka dan ikan-ika itu ditumpahkan ke wadah.
Tidak terlintas ambisi dalam jiwa laki-laki berkulit cokelat tua ini untuk memiliki perabotan elektronik modern semacam pesawat TV, radio maupun handphone. Dia seakan-akan sedang hidup di abad pertengahan, ketika manusia masih menjalani kehidupan primitif.
Penulis langsung mengenalkan diri sekaligus memaparkan misi investigasi ke Pulau Rakit itu. Seperti pada awal pertemuan tadi, dalam menanggapi perkenalan pun respon yang ditunjukkan juga tetap sama. Tanpa ekspresi.
Tanpa mengganti pakaian yang lembab dan kaki sebatas lutut bersaput lumpur, Dartim menyiapkan pisau dan perkakas dapur Beberapa ekor ikan sebesar lengan dikeluarka dari dalam pasu untuk disiangi.
Ikan-ikan itupun cukup dipanggang di atas bara batok kelapa sebagai teman nasi. Pagi itu penulis masih sempat mencicipi gurihnya ikan rawa pulau terpencil. Rasanya, lumayan maknyuus…
Sepanjang siang, Dartim mengisi waktu untuk berbincang-bincang seputar pengalaman supranaturalnya selama tinggal di atas pulau itu. Dan dari sederet pengalaman gaib, yang membuatnya heran adalah kemunculan koloni biawak secara misterius. Biawak sebanyak puluhan ekor itu seolah muncul dari dasar bumi.
“Sekitar dua jam sebelum terbenam matahari, dari hutan bakau akan muncul puluhan biawak. Binatang-binatang itu hanya keliaran di sekeliling rumah, lalu hilang lagi ke dalam hutan bakau pada saat suasana remang-remang,” urai Dartim.
Seperti yang dituturkan, sekitar pukul 16.0 WIB, secara serempak dari celah rumpun baka muncul puluhan ekor biawak berbagai ukuran. Biawak di sekeliling rumah Dartim terlihat jinak. Entah kalau dalam jarak dekat.
Pemandangan memukau itupun tidak dilewatkan penulis untuk diambil gambarnya dengan menggunakan kamera digital. Ada ya aneh. Di antara puluhan biawak itu ada satu ekor yang posturnya paling besar. Jika ditimbang, mungkin beratnya setara dengan berat seekor kerbau betina hamil tua. Postur tubuhnya panjang, dari kejauhan menyamai panjang badan perahu penyeberangan.
Keheranan itupun tak berlangsung lama, Dartim yang berdiri di sebelah menjelaskan bahwa biawak berpostur paling besar itu merupakan inang atau induk dari puluhan biawak yang ada. Inang biawak itu berjenis kelamin betina, dan puluhan lainnya merupal anak-anaknya. Lalu, kemanakah pejantannya?
“Waduh, jangan tanya sejauh itu, Pak!” Jawab Dartim.
Dua jam terasa sangat singkat untuk menikmati pemandangan luar biasa menakjubkan atas hilir mudiknya puluhan ekor biawak di sekitar rumah itu. Beberapa menit lagi matahari tenggelam di garis samudera. Seperti saat munculnya tadi, mereka serempak memasuki celah rumpun hutan bakau dan lenyap menyisakan kesunyian.
Bermalam di pulau terpencil, bagi sebagian masyarakat pasti punya kenangan yang tersendiri. Di sini terasa steril dari seluruh deru nadi kehidupan yang berbau metropolis. Tak nafsu maksiat dan hura-hura. Yang ada, hanya aroma kesunyian malam dan kemurnian alam.
Momen inilah yang paling tepat untuk menggali kisah nyata dari mulut keriput Dartim tentang berbagai hal yang misterius. Bahkan bagi sebagian orang dia dianggap abnormal.
Sejatinya, yang menyita perhatian dan menjadi magnet kuat hingga menarik penulis untuk singgah ke pulau terpencil itu bukan lantaran keputusan Dartim untuk mengasingkan diri. Melainkan, ada peristiwa apa di balik munculnya koloni biawak di tempat tinggalnya. Sebab, kabar angin yang berpusat di kota kabupaten Indramayu, keberadaan Dartim bertalian erat dengan jelmaan siluman penguasa Pulau Rakit. Siluman di tempa maujud menjadi binatang reptil ganas pemakan daging itu hanya semata-mata untuk mengabdi pada Dartim.
Keberadaan penguasa gaib Pulau Rakit itu bukan merupakan hal yang baru, melain sudah menjadi buah bibir di kalangan setempat. Bahkan, saking populernya sampai muncul istilah Badai Rakit yang biasa disingkat sebagai “Barak” . Serangan Barak ini bukan main-main. dari puluhan perahu nelayan terseret, bahkan pecah berkeping-keping dihantam Barak. Meski secara fisik berupa badai disertai ombak besar, tetapi kalangan nelayan ya sesungguhnya, hal itu ulah tangan-tangan penguasa Pulau Rakit.
“Sudah bukan rahasia lagi, masyarak Indramayu amat suka menghubungkan berbagai peristiwa dengan hal-hal gaib, mungkin tidak ada hubungannya sama saya.” kata Dartim.
Benang merah antara Barak, biawak dengan penguasa gaib Pulau Rakit sangat sulit untuk ditemukan. Apapun yang dikatakan orang, Dartim yakin sekali kalau biawak yang berjumlah puluhan ekor itu sesungguhnya penghuni habitat hutan yang sudah ada jauh-jauh hari.
Dalam hal melestarikan potensi alam, secara naluri sudah lama ia terapkan. Salah satu buktinya, malam ini dia tidak memasang perangkap ikan di rawa dengan alasan masih ada sisa dari hasil tangkapan malam sebelumnya. Hal ini sangat luar biasa dan sebuah bukti betapa ambisi tidak pernah tumbuh di dada Dartim. Ia tidak punya ambisi menangkap ikan sebanyak-banyaknya untuk dijual ke pasar di pusat kota Kabupaten. Baginya, yang penting kebutuhannya untuk memertahankan hidup sudah tercukupi dan tersedia di sekelilingnya. Apapun yang kini dijalani, menurut keyakinannya sudah digariskan Allah dan sudah tercatat semenjak dia masih di dalam kandungan sang ibu.
Begitu juga kemunculan koloni biawak, diyakininya sudah merupakan ketetapan Allah yang susah dikejar dengan menggunakan nalai rasio manusia. Apalagi rasio seorang Dartim yang memang sangat terbatas.
Betapa tidak, binatang-binatang haus daging segar itu muncul di saat Dartim berada pada puncak kebimbangan antara terus bertahan di pulau terpencil itu ataukah pulang ke kampung halamannya.
Bagi Dartim, tidak mudah menetapkan pilihan yang oleh orang lain mungkin bukan sesuatu yang perlu pertimbangan matang. Sebab saat itu, persisnya lima bulan setelah kepulangan istrinya ke sisi Tuhan, Dartim tidak punya teman untuk tetap bertahan di pulau yang terpencil itu. Tapi di sisi lain, dia enggan pulang kampung sebab di kampungnya sudah tidak punya lahan meski hanya sekadar untuk membangun gubuk.
Pada saat batinnya galau dan terus menimbang-nimbang untuk menemukan keputusan, entah dari mana datangnya, sore itu di sekeliling rumahnya dipenuhi oleh sekawanan biawak. Mulanya ia sempat panik! Sebab dia tahu persis betapa binatang yang berkeliaran di sekelilingnya itu jenis pemakan daging dan bukan binatang piaraan.
Ketika koloni biawak itu muncul, Dartim dalam posisi berdiri di bibir pantai dengan tatapan mata kosong dan tengah berupaya menyeberangi pantai hingga tiba di desa kelahirannya. Upayanya itu tentu saja mustahil bisa berhasil, mengingat titik terjauh pandangan mata manusia tidak memungkinkan melampaui jarak 14 kilometer.
Lamunannya langsung buyar saat pendengarannya menangkap ada suara langkah berat di belakangnya dalam jumlah banyak. Didorong oleh rasa penasaran, Dartim pun membalikkan badannya. Saat itulah jantungnya terasa mau copot. Betapa tidak, puluhan ekor biawak sudah melingkari dirinya sambil menjulur-julurkan lidahnya yang bercabang.
Dia berharap saat itu sedang bermimpi buruk. Tapi walau telah berkali-kali menggigit bibir bawahnya, dia masih merasakan sakit. Tapi bagaimana mungkin kenyataan itu begitu saja terjadi di sekelilingnya? Dan perasaannya mengatakan bahwa sebentar lagi puluhan biawak itu pasti bakal berebut mencicipi daging tubuhnya yang sudah renta…
Saat itu, rasa takut sudah menguasai setiap denyut nadinya. Dia bahkan merasa sudah tidak memiliki tenaga meski hanya sekadar mengangkat telapak kaki dari tanah yang dipijaknya. Akibatnya, ia tetap membatu ketika binatang-binatang itu bergerak menghampirinya.
Dalam pikirannya sudah terbayangkan lambaian tangan sang istri yang menyambut kedatangan dirinya untuk bersama-sama di alam barzah. Bahkan dartim amat yakin, beberapa detik lagi rohnya bakal bergabung dengan istri tercinta bersamaan dengan terkoyak-koyak tubuhnya akibat disantap binatang lapar itu.
Prasangka buruk Dartim ternyata tidak terbukti. Kejadian berikutnya sukar dipecahkan ilmuwan manapun di muka bumi ini. Betapa tidak, puluhan biawak itu berebut menjilati kaki dan lutut Dartim tanpa berupaya mencabik dagingnya. Bahkan yang menakjubkan, setiap kali usai menjilati kaki Dartim, biawak bersangkutan langsung bergerak memasuki rapatnya hutan bakau hingga akhirnya tempat itu kembali lengang.
Hari-hari berikutnya, koloni biawak itupun kembali muncul tiap kali menjelang terbenamnya matahari. Tapi saat itu mereka tidak berupaya menjilati kaki Dartim lagi, melainkan hanya berkeliaran hilir-mudik di sekeliling rumah. Meski masih gamang, Dartim berupaya menghampiri koloni tersebut. Ternyata, biawak-biawak itu sangat jinak bahkan seolah ingin bersahabat dengannya.
Kehadiran puluhan biawak itu berangsur-angsur mengisi rongga kesunyian di dada Dartim. Kini dia merasa punya teman baru, sehingga keputusanpun sudah bulat diambil. la tetap bertahan tinggal di Pulau Rakit sampai kelak ajal menjemputnya untuk bersatu kembali dengan sang istri di sisi Tuhan.
Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!