Ngaji: PERJALANAN SPIRITUAL ASY-SYIBLI
KARENA KEGILAANNYA TERHADAP ALLAH, MAKA SUATU KETIKA DICARINYA TEMPAT DI MANA SINGA-SINGA LAPAR BERKUMPUL. LALU, DIA PUN MELOMPAT KE TENGAH-TENGAH GEROMBOLAN BINATANG BUAS ITU. ANEH SEKALI, SEMUA SINGA MALAH BERLARIAN MENINGGALKAN DIRINYA…
ASY-SYIBLI termasuk salah seorang sufi dan wali Allah yang sangat besar dan sangat terkenal. Namun karena tingkah lakunya yang eksentrik, menyebabkan dia pernah dikirim ke sebuah rumah sakit gila. Ya, dia dianggap kurang waras.
Pada mulanya, Syibli adalah seorang gubernur di propinsi Demavend. Kemudian, mengapa dia kemudian memilih jalan tasawuf, kisahnya sebagai berikut ini:
Pada suatu waktu, sebagai gubernur, Asy-Syibli dipanggil khalifah ke Baghdad untuk suatu tugas tertentu, bersama seorang gubernur lain dari propinsi Rayy.
Setelah menerima tugas dimaksud, khalifah memakaikan jubah kehormatan kepada AsySyibli dan Gubernur Rayy. Untuk melaksanakan tugas tersebut, mereka pun segera pulang.
Di tengah perjalanan pulang, karena cuaca yang buruk Gubernur Rayy terserang flu. Ketika dia bersin, tanpa sadar dia mengusapkan jubah kehormatan pemberian khalifah ke hidung dan mulutnya.
Rupanya, perbuatan Gubernur Rayy ini sempat diketahui oleh salah seorang telik sandi khalifah yang terus memata-matai perjalanannya. Oleh si telik sandi perbuatan ini langsung dilaporkan kepada khalifah.
Mendengar laporan dari telik sandi kepercayaannya, sang khalifah sangat murka. Dia lalu memerintahkan seorang utusannya untuk pergi menemui Gubernur Rayy, sekaligus meminta agar jubah kehormatan itu dilepas. Tak hanya itu, Gubernur Rayy kemudian juga dikenai hukuman cambuk, bahkan dipecat dari jabatannya.
Peristiwa yang menimpa Gubernur Rayy, yang secara kebetulan sempat bersama-sama menghadap khalifah dengannya, sempat pula didengar oleh Asy-Syibli. Dan, peristiwa ini pul. yang kemudian membuka mata hati Asy-Syibli.
“Seseorang yang mempergunakan jubah anugrah seorang manusia sebagai saputangar dianggap patut dipecat dan disiksa. Dan oleh karena itu terlepaslah jubah dinasnya. Bagaiman pula halnya dengan seseorang yant mempergunakan jubah anugerah Raja Alam Semesta sebagai saputangan? Apakah yang akan ditimpakan kepada dirinya?” Renungnya.
Berhari-hari renungan ini mengganggu jiwanya. Karena itulah kemudian Syibli memutuskan untuk menghadap khalifah. lalu di hadapan sang khalifah dengan lantang dia berkata, Wahai Pangeran, engkau sebagai seorang manusia tidak suka apabila jubah anugerahmu diperlakukan secara tidak hormat, dan semua orang mengetahui betapa tinggi nilai jubahmu itu.
Raja Alam Semesta telah menganugerahkan kepadaku sebuah jubah kehormatan di samping cinta dan pengetahuan. Betapakah Dia akan suka, apabila aku menggunakannya sebagai saputangan?”
Setelah berkata demikian, tanpa menunggu reaksi sang khalifah ditinggalkannya istana khalifah yang megah itu. Bahkan, Asy-Syibli menanggalkan jabatannya sebagai gubernur. Dia akhirnya bergabung dengan murid-murid Khair An-Nassaj, tokoh sufi yang terkenal pada masa itu.
Di tengah-tengah komunitas Khair An-Nassaj, Asy-Syibli mengalai sebuah pengalaman yang aneh, yang tidak diceritakan bagaimana detilnya. Namun dikisahkan, karena pengalaman aneh ini Khair kemudian mengirim Syibli kepada Junaid. Asy-Syibli pun diterima dengan tangan terbuka oleh Junaid Al-Baghdadi.
“Engkau dikatakan sebagai seorang penjual mutiara. Berilah atau juallah kepadaku sebutir,” kata Syibli kepada Junaid Al-Baghdadi, di suatu ketika.
“Jika kujual kepadamu, engkau tidak akan sanggup membelinya. Sedangkan jika kuberikan kepadamu, karena begitu mudah mendapatkannya, engkau tidak akan menyadari betapa tinggi nilainya. Oleh karena itu lakukanlah seperti yang telah aku lakukan,” jawab Junaid.
“Sekarang sadarilah nilai dirimu, karena dirimu ini tidak ada artinya dalam pandangan orang lain. Janganlah engkau membenci mereka dan janganlah segan kepada mereka. Untuk beberapa lamanya engkau pernah menjadi bendahara dan untuk beberapa lamanya engkau pernah menjadi gubernur. Sekarang kembalilah ke tempat asalmu dan berilah Imbalan kepada orang-orang yang pernah engkau rugikan,” perintah Junaid pula.
Syibli kembali ke Demavand, tempat dia dulu berkuasa sebagai seorang gubernur. Sesuai dengan harapan Junaid AlBaghdadi, dia pun segera menemui orang-orang yang pernah dirugikan olehnya. Lalu kepada mereka diberikannya imbalan sebagai ganti rugi.
Setelah semua orang diberinya ganti rugi, ternyata masih tersisa satu orang yang pernah dirugikannya, namun orang tersebut tidak diketahui ke mana perginya.
“Aku telah membagi-bagikan uang seratus ribu dirham kepada semua orang yang pernah aku rugikan. Tetapi dengan mengingat orang itu, batinku tetap tidak menemukan kedamaian.” Demikian kata Syibli pada dirinya sendiri.
Setelah empat tahun berlalu, Syibli kembali kepada Junaid.
“Masih ada sisa-sisa keangkuhan di dalam dirimu. Mengemislah engkau selama setahun lagi,” kata Junaid.
Syibli kembali menjadi pengemis. Semua hasil perolehannya diserahkannya kepada Junaid, dan Junaid membagi-bagikannya kepada orang-orang miskin. Sementara Syibli, dibiarkannya kelaparan.
Setahun kemudian Junaid berkata: “Kini kuterima engkau sebagai sahabatku tetapi dengan satu syarat, yaitu engkau harus menjadi pelayan bagi sahabat-sahabatku yang lain?”
Maka setahun pula lamanya Syibli menjadi pelayan sahabat-sahabat Junaid. Setelah itu, Junaid bertanya, “Syibli, bagaimanakah sekarang pandangamu terhadap dirimu sendiri?”
“Aku memandang diriku ini sebagai orang yang terhina di antara makhluk-makhluk Allah,” jawab Syibli.
“Jika demikian, sempurnalah keyakinanmu!” Kata Junaid.
Pada saat Syibli telah memperoleh kemajuan dalam menapaki keyakinannya, dia sering membawa banyak gula. Setiap anak yang dijumpainya disuapi dengan gula, dan setelah itu dia berkata kepada kepada si anak, “Sebutlah Allah.”
Kepada setiap anak atau orang yang menyebutkan “Allah” Syibli memberi hadiah berupa uang emas. Tetapi dibelakang hari, api cemburu menggelora di dalam dadanya. Dihunusnya sebuah pedang dan berserulah dia, “Setiap orang yang menyebut Allah akan kupenggal kepalanya dengan pedang ini!”
“Dahulu engkau memberikan gula dan emas, tetapi mengapa sekarang engkau akan memenggal kepala kami hanya sebab menyebutkan Allah?” Kata orang-orang, heran.
“Dahulu kukira mereka menyebut nama-Nya karena pengalaman dan pengetahuan yang sebenarnya. Tetapi kini sadarlah aku bahwa mereka menyebutkan nama-Nya tanpa sepenuh hati dan karena kebiasaan semata. Aku tidak rela nama-Nya diucapkan oleh lidah-lidah yang kotor,” jawab Syibli.
Setelah itu, di setiap tempat yang ditemuinya dituliskannya nama Allah. Sampai suatu waktu, ketika melakukan hal tersebut di suatu tempat, tiba-tiba terdengar olehnya satu suara yang mengatakan, “Berapa lama lagikah engkau menyibukkan dirimu dengan sebuah nama? Jika engkau benar-benar seorang pencari, bangkit dan carilah Yang Mempunyai Nama itu!”
Kata-kata tersebut sangat mempengaruhi dirinya. Dia sama sekali tidak dapat merasa damai dan tenang seperti sedia kala. Sedemikian kuatnya rasa cinta menguasai dirinya, sedemikian dalamnya dia tenggelam dalam gejolak mistik, sehingga dia tidak dapat menahan diri dan mencebur ke sungai Tigris.
Tetapi anehnya, air sungai malah menyongsong tubuhnya dan melemparkannya ke pinggir. Kemudian dia meloncat ke dalam bara api, namun nyala api tidak dapat membakarnya.
Karena terus gagal menghabisi dirinya, maka dicarinyalah suatu tempat di mana singasinga lapar berkumpul, dan melompatlah dia ke tengah-tengah gerombolan binatang buas itu. Aneh sekali, semua singa malah berlarian meninggalkan dirinya.
Akhirnya, dari puncak sebuah gunung, Syibli terjun, namun angin menyambut tubuhnya dan mendaratkannya dengan empuk. Atas semua kejadian di luar batas nalar itu, maka kegelisahannya kian menjadi-jadi.
“Alangkah celaka seseorang yang tidak diterima air maupun api, bahkan oleh binatang-binatang buas maupun gunung-gunung, serunya.
Tapi seketika itu juga terdengarlah olehnya suara yang mengatakan, “Seseorang yang diterima oleh Allah tidak diterima oleh yang lain-lainnya.”
Sementara itu, orang-orang yang sempat menyaksikan kelakukannya menyangka bahwa Syibli telah gila. Mereka segera meringkus dan merantai Syibli, lalu membawanya ke rumah sakit gila.
“Menurut penglihatan kalian, diriku ini gila dan kalian waras. Semoga Allah menambahkan kegilaanku dan kewarasan kalian, sehingga karena kegilaan ini aku semakin dekat kepada-Nya, dan karena kewarasan itu kalian semakin jauh dari Allah,” jawab Syibli.
Khalifah yang berkuasa ketika itu mengirimkan seseorang untuk menyembuhkan Syibli. Para penjaga rumah sakit datang dan secara paksa mendorongkan obat ke dalam mulutnya. Syibli buru-buru mencegah, “Tidak perlu kalian bersusah payah. Penyakit ini bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan oleh obat.”
Akhirnya, karena tidak terbukti gila, bahkan sangat waras, Syibli dilepaskan kembali.
Demikianlah sekelumit kisah tentang AsySyibli, salah seorang tokoh sufi yang sangat terkenal, yang meninggal pada tahun 334 H/846 M dalam usia 87 tahun. Semoga pembaca yang budiman dapat mengambil hikmahnya. (Disarikan dari sumber terpilih). Wallahu a’lam bissawab. ©️.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!