Kisah Mistis: GUNA-GUNA SUKU LAUT

0
30

Kisah Mistis:
GUNA-GUNA SUKU LAUT

TAK DISANGKA, PERKAWINAN FERRY DENGAN ARINI MENGUNDANG DENDAM MEMBARA BAGI PIHAK KETIGA. FERRY YANG PELAUT TULEN SELALU SAKIT JIKA SEDANG BERLAYAR, SAMPAI-SAMPAI BERTERIAK HISTERIS DENGAN WAJAH KETAKUTAN. PADAHAL DIAGNOSA DOKTER MENUNJUKKAN IA SEHAT WALAFIAT, INIKAH SANTET KHAS SELAT SUNDA…?

KISAH NYATA ini dialami oleh Ferry, seorang pekerja di kapal cargo milik sebuah perusahaan asing.

Dengan gaji yang terbilang lumayan Ferry memang termasuk seorang pria terbilang sukses. Di usianya yang ketiga puluh tahun, dia bahkan sudah menjadi nahkoda kapal. Sebagai pucuk pimpinan di atas kapal dia tergolong cukup besar, Wajah tampan dan tinggi, semuanya genap di Ferry. Tak pelak, menjadi senjata untuk mencuri hati wanita. Ferry menjatuhkan pilihan ke Arini gadis dari keluara sederhana pemilik kedai kecil di pelabuhan Gantung, sebuah kota kecamatan di wilayah Pulau Bangka, Sumatera Selatan.

Dua kali dalam sebulan kapat yang dikomandani Ferry sandar di pelabuhan Gantung untuk mengambil muatan pasir kuarsa. Ketika itulah Ferry meluangkan waktu untuk bertemu dengan Arini.

Hubungan asmara kedua sejoli ini Meman telah direstui oleh orang tua kedua belah pihak bahkan hampir semua penduduk di pulau yang tergolong kecil itu telah mendengarnya. Tegasnya, hampir semua penduduk di Gantung memaklumi jika gadis manis yang bersahaja itu adalah calon istri Ferry.

Warung nasi yang dikelola orangtua Arini memang cukup laris, dan yang singgah di kedai itupun silih berganti. Kebanyakan mereka adalah para pelaut. Pesona dan kehalusan tutur kata Arini, serta sikapnya yang selalu ramah kepada siapa pun, agaknya juga telah menjadi daya tarik tersendiri bagi kedai nasi sederhana itu.

Namun, tanpa Arini sadari, seorang pemuda dari Suku Laut yang kerap singgah di warungnya diam-diam juga menaruh hati padanya. Setiap kali singgah ke warung orang tuanya, pria ini selalu berusaha menarik perhatian Arini. Tetapi gadis yang ramah dan supel ini hanya menganggap pemuda Suku Laut itu tak lebih sebagai pelanggan biasa yang harus dilayaninya sebagaimana pengunjung yang lain. Apalagi hati dan cinta Arini telah tertambat kepada Ferry.

Setelah lima tahun merajut benang kasih, Ferry membawa Arini ke hadapan penghulu. Pesta pernikahan mereka pun berlangsung meriah untuk ukuran kota Gantung yang kecil itu. Hampir seluruh warga, tak terkecuali Santori (bukan nama sebenarnya), si pemuda dari Suku Laut itu ikut menyaksikan pernikahan mereka. Bahkan pada puncak pesta pernikahan, Santori nampak berdiri agak bersembunyi di antara pepohonan yang tumbuh di halaman umah Arini dalam jarak beberapa meter dari ursi pelaminan. Hatinya menjadi hancur manakala menyaksikan sang gadis impiannya luduk bersanding dengan pemuda lain. Dia membayangkan, betapa bahagia hatinya andai jang berdampingan dengan Arini adalah dirinya. Bukan Ferry!

Tapi, itu hanyalah sepenggal harapan yang tak mungkin akan terwujud. Dan, demi membayangkan hal ini muka Santori pun terasa nemanas, Dia ingin menangis. Tapi untuk apa? Apakah dia harus merebut Arini?

Sebenarnya, Santori masih ingin berada di tempat itu untuk menikmati orgen tunggal yang memeriahkan acara pesta itu. Namun hati keci nya kian menjerit, dia benar-benar sanggat pahit melihat gadis tercinta yang hadir di mimpi-mimpinya bersanding dengan pria lain.

Dengan perasan hancur, Santori beranjak meninggalkan tempat tersebut. Namun, dia pergi dengan membawa niat busuk. Ya, di hatinya tumbuh dendam yang membara kepada Ferry yang telah merebut gadis yang selalu didambakannya.

Apa yang terjadi kemudian?

Sekitar seminggu setelah pernikahannya, Ferry memboyong Arini ke sebuah kota kecil berhawa sejuk di Jawa Barat. Kehidupan pengantin baru ini pun begitu harmonis meski Arini kerap ditinggal berlayar hingga berbulan-bulan lamanya. Tapi, sejak awal Arini sudah siap dengan risiko menjadi seorang isteri pelaut.

Beberapa bulan kemudian, Arini mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Bertepatan dengan hamilnya Arini, maka, terjadilah sesuatu yang aneh pada diri Ferry. Tiap kapalnya sedang berlayar di lautan bebas, entah karena sebab apa, tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit. Bukan sakit biasa, namun sakit yang amat menyiksa. Bahkan, untuk mengatasi rasa sakitnya itu, terkadang Ferry seperti kesetanan dan membentur-benturkan kepalanya ke dinding kapal sambil berteriak memanggil-manggil nama seseorang. Karuan saja anak buahnya dibuat panik, heran dan bingung.

Anehnya, apabila kapal bersandar di pelabuhan, rasa sakit itu hilang dengan sendirinya. Penyakit apa sebenarnya yang diderita oleh Ferry? Padahal dia tak pernah mengalami ini sebelumnya. Hasil diagnosa dokter bahkan mengatakan bahwa Ferry sehat-sehat saja. Tetapi rasa sakit yang menyiksa itu datang lagi setiap kali kapalnya berada di tengah lautan bebas.

Sampai suatu ketika, kapalnya baru dalam hitungan jam meninggalkan pelabuhan Boom Baru, Palembang. Aneh, tiba-tiba Ferry menjerit sambil memegang kepalanya dan sesekali membenturkannya ke dinding kapal sambil berteriak-teriak memanggil nama yang sama.

Kali ini kondisi Ferry sangat mengkhawatirkan, sehingga mustahil dia ikut dalam pelayaran. Maka, atas inisiatif Mualim (wakil kapten bagian mesin) kapal terpaksa memutar haluan, kembali menuju pelabuhan Boom Baru Palembang. Petugas medis yang dihubungi melalui radio SSB (single side band) telah stand by di pelabuhan, ketika kapal bersandar. Nahkoda kapal yang malang itu kemudian dilarikan ke rumah sakit.

Setelah tiga hari menjalani perawatan di rumah sakit, Ferry dinyatakan sembuh dan kembali bekerja seperti biasa. Tetapi kali ini kelakuan Ferry menjadi lebih aneh lagi. Setiap menjelang maghrib dia berteriak-teriak memanggil nama tertentu, dan matanya nanar menatap orang-orang di sekelilingnya.

Begitulah berulangkali terjadi. Anehnya, peristiwa itu terjadi ketika kapal berada di tengah lautan.

Untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan, ABK (Anak Buah Kapal) terpaksa mengikat nahkodanya bila penyakit anehnya sedang kumat. Ketika sadar Ferry pun bercerita, bahwa dirinya merasa telah didatangi oleh mahkluk-mahkluk menyeramkan yang memukuli kepalanya dengan berbagai alat. Aneh, memang!

Suatu hari ketika kapal bersiap hendak meninggalkan pelabuhan Belawan, mendadak kapten kapal yang tengah menanti kelahiran anak pertamanya ini berteriak meraung-raung sambil memegangi kepala dan membenturkannya ke dinding kamar.

Mengingat kondisinya sangat mengkhawatirkan, Ferry pun dirawat di rumah sakit terdekat untuk menjalani pemeriksaan. Setelah seminggu dirawat, tim dokter yang menanganinya juga tak berhasil mendeteksi penyakitnya. Bahkan kondisinya bertambah parah. Hampir setiap saat Ferry meracau tak tentu arah. Sesekali dia berteriak sambil matanya melotot dan tangannya menunjuk-nunjuk ke arah sudut bangsal rumah sakit. Mimik wajahnya penuh rasa ketakutan dan tak mengenal setiap orang yang menjenguknya. Bahkan istrinya pun tak lagi dikenalinya.

Ferry baru tenang setelah dokter memberinya suntikan penenang, tetapi itu pun tak berlangsung lama. Begitu pengaruh obat penenang hilang, Ferry kembali mengamuk, berteriak-teriak histeris dengan wajah ketakutan.

Beberapa hari setelah dirawat kondisi Ferry kian memburuk. Berbagai upaya yang dilakukan oleh tim dokter untuk menyembuhkan penyakit yang dinilai aneh itu belum juga berhasil. Menurut seorang dokter yang menanganinya, dari hasil diagnosis justru Ferry dinyatakan sehat wal’afiat. Hal itu bisa dibuktikan dari hasil rontgen, tes laboratorium serta sederet diagnosa lainnya.

Setelah keadaannya kian parah, kenyataan menunjukkan, kini lelaki gagah itu tak ubahnya mayat hidup. Ya… tinggal kulit membungkus tulang. Melihat kondisi Ferry yang semakin hari kian memburuk, pihak keluarga pun memutuskan untuk meminta bantuan seorang paranormal yang memiliki daya linuwih serta mampu mendeteksi apakah penyakit yang diderita Ferry murni penyakit biasa atau karena adanya faktor X.

Salah seorang anggota keluarga membicarakan rencana ini dengan salah seorang dokter yang merawat Ferry. Sang dokter dengan tegas menolak usulan itu.

“Itu artinya kalian tidak percaya lagi pada dokter yang merawatnya di sini. Kami masih terus berusaha untuk menyembuhkan penyakit Pak Ferry. Tolong jangan ada pihak-pihak lain yang ikut campur tangan. Soalnya, jika terjadi sesuatu dengan pasien kamilah yang harus bertanggung jawab. Tetapi jika Bapak memaksa juga, silakan bawa pulang keluarga Bapak ini,” kata sang dokter dengan nada tinggi.

Dengan sabar keluarga yang masih termasuk paman Ferry menjelaskan pada sang dokter jika rencana untuk mendatangkan paranormal itu bukan berarti tidak percaya lagi pada kemampuan para dokter di rumah sakit. Sebagai manusia biasa, memang tak ada salahnya berikhtiar mencari upaya lain untuk menyembuhkan penyakit Ferry.

Namun alasan apa pun yang dikemukakan sang paman tetap saja ditolak oleh dokter. Urun rembuk yang semula berlangsung baik-baik itu berubah menjadi pertengkaran kecil antara keluarga pasien dengan tiga dokter yang merawat Ferry. Untunglah sebelum pertengkaran sengit itu berlanjut lebih melebar lagi, dokter lain datang menengahi, sehingga akhirnya pihak keluarga diizinkan mendatangkan seorang paranormal ke rumah sakit.

Dalil umum mengatakan bahwa maut, jodoh, dan rezeki manusia memang sudah ada yang mengatur. Dan sebagai manusia kita hanya memiliki kewajiban untuk berusaha, tetapi keputusan akhir tetap berada di tanganNya. Demikianlah yang terjadi pada Ferry. Hanya selisih sepuluh menit sebelum sang paranormal tiba di rumah sakit, Ferry telah dipanggil oleh Sang Khalik. Innalillahi wainna ilaihi rajiun…

Untuk memastikan apakah Ferrry benar-benar sudah meninggal, jenazahnya tetap disemayamkan di ruang perawatan. Sepuluh menit setelah Ferry berpulang kepangkuanNya, paranormal yang ditunggu itu pun datang dan membuka kain penutup jenazah.

“Maaf, saya terlambat. Saya terlambat…!” Ujar sang paranormal seolah menyesali yang ditujukan pada dirinya sendiri. Setelah sejenak mengamati jenazah Ferry, sang paranormal meminta pada seluruh keluarga yang hadir dh tempat itu untuk sedikit menjauhi jenazah.

Meski diliputi berbagai tanda tanya, semua yang hadir mengikuti saja petunjuk sang paranormal. Beberapa saat lamanya sang paranormal memejamkan mata, mulutnya nampak berkomat-kamit, sementara tangan kanannya menyentuh paha jenazah Ferry, Dia kemudian meminta izin kepada tim dokter dan paramedis serta keluarga yang hadir di ruangan itu agar diperbolehkan menyingkap kain penutup jenazah bagian bawah mulai dari pangkal paha hingga ujung kaki.

Dengan perlahan, paranormal itu pun memegang pangkal paha jenazah Ferry sambil mulutnya tetap berkomat-kamit, Tiba-tiba semua yang berada di ruangan itu terkejut ketika sang paranormal berteriak, “Oh, jadi semua ini akibat ulah kalian. Dasar Santet Laut keparat. Sekarang mau kemana kalian, hah? Hmm… akan aku musnahkan kalian semua!”

Saat mengucapkan kalimat-kalimat itu mata sang paranormal melotot dan nampak nanar, menegangkan.

Aneh! Dan memang tak mungkin bisa diterima oleh akal sehat. Tiba-tiba saja kaki jenazah bergerak menghentak sebanyak tiga kali. Dan dengan gerakan refieks sang paranormal langsung menangkap telapak kaki jenazah. Semua yang hadir dan menyaksikan peristiwa itu bagaikan terhipnotis ketika secara jelas melihat sejumlah Bulu Babi, tali pancing yang kusut, ijuk berujung runcing serta cairan berwarna kuning kecoklatan yang menebarkan bau amis menyengat keluar dari seluruh ujung kaki jenazah Ferry. Dari kepala jenazah keluar remukan kulit kerang dan sejumlah Bulu Babi hitam nan tajam. ‘Sampah-sampah’ tak lazim yang keluar dari jenazah Ferry itu ketika dikumpulkan ada satu baskom berukuran sedang.

“Benda-benda keparat inilah yang membunuh almarhum, tukas sang paranormal yang kemudian bertanya pada salah seorang keluarga almarhum apakah benda-benda lakn itu akan dikembalikan lagi pada orang yang telah mengirimnya atau tidak?

Seluruh anggota keluarga akhirnya berembug dan kemudian dicapai kata sepakat agar sebaiknya benda-benda laknat itu dimusnahkan saja.

“Biarlah, siapa pun yang mengirimkan benda-benda ini pada almarhum anak saya akan mendapat balasan dari Yang Maha Kuasa ujar Herdiansyah, ayah almarhum yang dengan ikhlas merelakan kepergian putranya itu.

Demikian kekejaman sebentuk ilmu hitam. Apakah pembunuhan keji ini dilakukan oleh Santori, mengingat apabila sedang kalap Ferry selalu memanggil-manggil nama ini? Hanya Allah SWT-lah yang mengetahuinya.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!