Panggonan Wingit: KAROMAH WALI DI MASJID AL-ALAM MARUNDA CILINCING

0
35

KAROMAH WALI DI MASJID AL-ALAM MARUNDA CILINCING

Masjid Al Alam terletak di pantai Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Masjid ini sering disebut Masjid Si Pitung, Masjid Al Alam 2 dan Masjid Al Auliya. Catatan sejarah menyebutkan masjid ini dibangun Fatahillah pada 1527.

Dikisahkan, ketika itu Fatahillah bersama pasukannya yang berasal dari Banten datang ke Marunda untuk menghadang armada Portugis yang akan mendarat di lokasi itu. Selain diiringi pasukannya, Fatahillah juga ditemani beberapa Waliyullah yang memiliki karomah tinggi.

Fatahillah tidak menempatkan pasukannya hanya di satu tempat. Sebagian pasukannya dikonsentrasikan dibeberapa lokasi yang berjauhan. Tujuannya tak lain, agar memermudah pengintaian seandainya armad Portugis tidak persis mendarat di Marunda.

Seluruhnya ada 7 lokasi. Tetapi hanya 4 lokasi saja yang hingga kini diketahui keberadaannya, yaitu di kawasan Pasar Baru (sekitar 25 km dari Masjid Al Alam 2), Masjid Al Alam 1 (sekitar 3 km dari Al Alam 2) dan di daerah Bojong (10 km dari Masjid Al Alam 2). Sedang Fatahillah yang dikenal pula sebagai pendiri kota Jakarta, bermarkas di Marunda.

DIBANGUN DALAM SEHARI 

Ketika itu, Marunda dan juga lokasi lain yan ada di sepanjang pantai masih berupa kawasan yang banyak ditumbuhi pepohonan, hutan bakau dan tidak berpenghuni.

Sebagaimana kebiasaan umat Islam saat berada di tempat yang baru dan tidak berpenghuni, maka, mula pertama yang dilakukan adalah membangun sarana ibadah. Ketika itulah, secara bersama-sama dibangun masjid pada 7 lokasi berbeda yang sekaligus dijadikan tempat konsentrasi pasukan.

Tentu saja proses pembangunannya masjid sangat sederhana, namun tetap memenuhi syarat sebagai sarana beribadah, Proses pembangunan di 7 lokasi itu dipimpin para Waliyullah dan diselesaikan dalam satu hari.

Pembangunan masjid yang hanya sehari di kalangan generasi sekarang. Sebagian menganggapnya mustahil terjadi atau mitos belaka. Sebagian yang lain menganggap karena karomah para Waliyullah itu. Sebenarnya pembangunan masjid dalam satu hari itu lumrah saja, mengingat jumlah pasukan Fatahillah sangat besar. Karomah yang muncul justru terjadi setelah dibangunnya masjid ini.

MODEL MASJID DEMAK 

Arsitektur bangunan Masjid Al Alam mirip Masjid Demak. Pola atap yang berbentuk joglo dengan 4 buah pilar (soko guru) bulat di dalam masjid mengambil model masjid Wali Songo, tetapi dalam ukuran yang lebih kecil. Bangunan utama Masjid Al Alam hanya berukuran 8 x 8 meter, dengan ruangan yang dapat menampung sekitar 100 orang. Bentuk mihrab agak sempit seukuran badan dan menjorok ke dalam tembok. Letaknya berada di sebelah kiri mimbar. Sedangkan tinggi plafon masjid sekitar 2 meter dari lantai ruang dalam. Beberapa bagian dari masjid ini bukan aslinya. Sekitar 27 cm dan hiasan jendela di bagian iman. Menurut cerita di dalamnya terdapat lubang disisi tembok yang pada masanya digunakan untuk mengintai musuh, di bagian Selatan masjid, terdapat lantai yang dilapisi ubin merah. Dulunya lantai ini merupakan kolam yang digunakan untuk mencuci kaki sebelum memasuki Masjid. Pola ini mengingatkan pada arsitektur Masjid Agung Banten lama. Bedanya, kolam di Masjid Agung Banten lama terletak di bagian depan halaman masjid.

“Dulunya di sini memang kolam. Buktinya ada sumur di samping masjid,” kata Sambu (69 thn), takmir masjid, sambil menunjuk sumur yang airnya asin.

Di bagian Barat dan Utara masjid terdapat pemakaman. Di antara yang dimakamkan adalah para pengurus masjid pada masa lalu, seperti Al Habib Abdul Halim Hay. Sekitar 29 meter di luar areal tembok masjid atau tepatnya pantai Marunda, kini dimanfaatkan warga menjadi tempat rekreasi.

Bangunan pendopo yang berada di sebelah Timur masjid dibangun 12 tahun lalu. Bangunar iniuntuk menampung jamaah yang kerap membludak. Di samping itu, peziarah juga memanfaatkan pendopo berukuran 10 x 109 meter ini untuk istirahat.

Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid Al Alar pemah dijadikan markas pasukan Sultan Agun dari Mataram, sebelum menyerbu Batavia pada 1628-1629. Ketika itu pasukan dipimpin Tumenggung Bahurekso.

Legenda Betawi yang identik dengan masjid ini adalah Si Pitung. Dikisahkan, dalam pelariannya dari kejaran pasukan Kompeni Belanda, Pitung bersembunyi di kawasan ini. £ tinggal di rumah Haji Syafiuddin yang berjaral sekitar 100-meter dari masjid.

KAROMAH WALI 

Sejak lama sebagian masyarakat percaya Masjid Al Alam memiliki karomah para Waliyullah. Hal Itu ditunjukkan dengan banyaknya peziarah yang datang, terutama malam Jumat kliwon, Selasa Kliwon atau pada hari-hari besar Islam. Umumnya mereka melakukan tirakat dengan hajat tertentu.

“Mereka datang dari berbagai daerah dan ada yang bermalam beberapa hari. Kalau malam Jumat Kliwon jumlahnya mencapai ratusan, kata Ramli (55 thn), takmir masjid. Pada bulan Ramadhan pengunjungnya semakin membludak. Peziarah yang datang dari dearah yang jauh biasanya menginap. Bahkan ada yang tinggal hingga beberapa minggu. Peziarah itu sengaja datang dari jauh, selain untuk melihat situs bersejarah juga mengharapkan berkah dari para wali.

“Di samping beribadah shalat dan puasa, kegiatan mereka di sini beritikaf, berzikir dan berdoa, memohon keridhaan Allah,” ujar Ramli.

Beberapa peziarah yang penulis temui mengungkapkan hal serupa. Seperti penuturan Joko yang berasal dari daerah Subang.

“Saya sudah lama ingin meljhat masjid ini. Tapi baru sekarang kesampaian” ujarnya.

“Apa yang membuat Anda ingin tahu masjid ini?” Tanya penulis.

Dia menuturkan, cerita seputar Masjid Al Alam diperoleh dari teman-temannya yang lebih dulu mengunjungi masjid ini. Mereka datang untuk melakukan tirakat karena ada hajat tertentu.

“Hajat teman saya itu terkabul. Karena itulah saya tertarik dan ingin tirakat di sini,” kilah Joko.

Penuturan Joko dibenarkan Ramli yang memang sering mendengar hal semacam itu.

“Cerita-cerita aneh sudah biasa bagi masyarakat di sini,” kata Ramli.

Lebih jauh dia mengatakan, orang-orang yang pernah melakukan tirakat biasanya mengalami peristiwa aneh, seperti mimpi kedatangan sosok berjubah putih atau mendapatkan benda-benda tertentu.

“Istri saya pun pernah mengalami peristiwa aneh, kilahnya sambil tersenyum. Tetapi dia menolak menceritakan keanehan itu.

Menurutnya, peziarah yang bermalam cenderung tidak akan pulang sebelum mendapatkan mimpi atau petunjuk gaib. Mereka tetap bertahan sampai benar-benar yakin mengalami hal aneh.

“Karena itulah saya sering menasihati mereka agar tidak terlatu berharap kejadian aneh. Lebih baik tirakat dengan keikhlasan saja. Mudahmudahan hajatnya kabul, ujarnya.

Bahkan Ramli mengatakan, sehari sebelum menjelang Pilkada DKI Jakarta, calon wakil gubernur Prijanto pun datang pada tengah malam dan sempat berzikir beberapa lama. Syukurlah, keesokan harinya dia memenangkan Pilkada bersama, Fauzi Bowo. Beberapa hari kemudian, seseorang yang mengaku utusan Prijanto datang dengan membawa seekor kambing untuk disantap masyarakat sekitar.

“Dulu saya sering mendengar peziarah yang tirakat mendapatkan benda-benda secara gaib,” kata Sambu (60 thn) menambahkan. Pernah ada sebuah tongkat yang datang secara gaib. Kini tongkat itu digunakan saat khatib berkhotbah di hari Jumat.

“Tongkat itu datang ke masjid melalui air. Seolah-olah seperti ular yang berjalan, ujarnya.

Kisah lain seputar adanya batu-batu mulia yang bisa diperoleh secara gaib sebagaimana dituturkan Surmino.

Suatu malam dia bermimpi kedatangan sosok gaib yang memberi petunjuk terdapat batu Merah Delima dan Blue Safir di Masjid Al Alam. Keesokan harinya, Surmino datang ke masjid itu dan melakukan tirakat pada malamnya. Tetapi upayanya tidak berhasil. Batu mulia yang diharapkannya tidak diperoleh.

“Saya tidak berhasil. Mungkin ada orang lain yang lebih dulu mendapatkan, kilahnya.

Ramli dan Sambu mengaku belum pernah mendengar peziarah mendapatkan Merah Delima atau Blue Safir. Tetapi batu cincin seperti akik banyak yang mendapatkannya. Uniknya, Ramli dan Sambu mengenakan batu cincin Blue Safir di jari kirinya.

Pengalaman aneh lainnya juga pernah dialami Surmino saat tirakat. Tiba-tiba, dalam pandangan batinnya dia melihat seekor kuda berukuran raksasa yang berada di lautan di sebelah Barat masjid. Binatang aneh itu diduga pengawal gaib masjid ini.

Kisah gaib juga dituturkan Farhan yang menjadi juru kunci Rumah Pitung. Suatu malam, saat dirinya sedang asyik berzikir, tiba-tiba dihadapannya terlihat gumpalan sinar putih kemilau melayang-layang. Pemandangan aneh itu hanya beberapa detik saja, sebelum akhirnya sinar putih seukuran bola kasti itu lenyap dari pandangan.

“Tentu saja saya tersentak kaget melihatnya,” kata Farhan mengenang kejadian itu. Keanehan yang hanya berlangsung beberapa detik itu membuatnya takjub. Hingga kini dia tidak mengerti hakikat dari penampakan itu, Meski ada yang mengatakan, sinar itu sejenis makhluk gaib.

Kisah lain seputar Masjid Al Alam adalah seputar selamatnya masjid ini dari gelombang besar (tsunami) sebagai dampak meletusnya Gunung Krakatau pada 1883. Catatan sejarah memang menunjukkan letusan Krakatau sangat dahsyat dan meliputi areal yang luas. Mungkin saja gelombang besar itu sempat menerjang wilayah pantai Marunda. Namun Masjid Al Alam tetap kokoh hingga kini. Semua itu adalah berkat karomah para Waliyullah.

Disela-sela kunjungan, penulis menyempatkan pula shalat tahijjatul masjid. Usai shalat dan berzikir sebentar, sebuah bisikan halus terdengar di telinga kanan. Misteri sedikit tercenung mendengar nasihat dari suara halus yang mirip suara pria tua itu.

Keberadaan Masjid Al Alam yang sudah berusia ratusan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Tetapi perhatian Pemda terhitung kurang atau malah tidak ada sama sekali. Namun, takmir masjid dengan ikhlas merawatnya. Padahal masjid Ini tercatat sebagai cagar budaya yang patut dilestarikan.

RUMAH PITUNG 

Sekitar 100 meter dari Masjid Al Alam terdapat cagar budaya lain, yaitu rumah berbentuk joglo. Dulunya rumah ini milik seorang juragan kaya bernama Haji Syafiuddin. Juragan ini berjasa besar dalam merawat dan melestarikan Masjid Al Alam. Makamnya berada di dalam Masjid Al Alam.

Di rumah joglo inilah, sosok jagoan Betawi yang bernama Pitung bersembunyi dari kejaran pasukan Kompeni Belanda.

Dikisahkan, sepak terjang Pitung yang kerap merampok tuan tanah dan orangorang kaya, membuat gerah Kompeni hingga berupaya menangkapnya. Pitung pun lari demi menyelamatkan dirinya.

Mantri Farban (35 thn). Juru kunci rumah Pitung, rumah ini merupakan tempat pertemuan Pitung dengan teman-temannya dari Rawa Belong, Kemayoran dan Tanah Abang. Seperti Ronda, Jampang dan Mirah.

“Mereka juga berkumpul di Masjid Al Alam untuk mengasah ilmu agama dan kanuragannya, kata Farhan yang masih keturunan Haji Syafiudin.

Rumah kayu bercat merah tua tersebut tidak memiliki ornamen apapun, serta tidak ada barang peninggalan yang berhubungan dengan Pitung. Yang masih asli adalah bentuknya dan beberapa bagian pintu serta gerendelnya. Di tempat kosong itulah orang Betawi memelihara semangat hidup dan kebanggaan dirinya.

Rumah ini dibeli Pemda Betawi sekitar 1972 dari ahli waris Haji Syafiudin guna dijadikan cagar budaya. Pada masa sekarang, rumah ini selain dijadikan objek wisata, juga dimanfaatkan-para pelajar untuk melakukan kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka.

Ketika penulis menanyakan kisah-kisah gaib seputar rumah ini, Farhan hanya tersenyum.

“Secara pribadi saya tidak terlalu. percaya hal-hal semacam itu. Tetapi memang banyak pengunjung yang menceritakan kisah gaib,” ujarnya.

Dia mengisahkan, pernah ada orang yang bermalam di rumah ini mengaku bertemu sosok berjubah putih dan saling berkomunikasi. Sosok berjubah itu diyakininya Si Pitung.

Meski banyak yang percaya rumah ini dihuni makhluk gaib, tetapi Farhan tidak ingin rumah ini dijadikan tempat melakukan ritual. Itulah sebabnya dia melarang pengunjung menginap.

“Saya khawatir bangunan akan cepat rusak, mengingat bahannya dari kayu, ujarnya memberi alasan yang cukup rasional.

Sebelum penulis meninggalkan situs bersejarah ini, Farhan mengatakan bahwa dirinya masih mengijinkan rumah ini dimanfaatkan pengunjung untuk acara-acara keluarga pada siang hari.

Sebagaimana saat itu penulis saksikan, ada sekitar 10 orang dari sebuah keluarga yang sedang melakukan acara selamatan di salah satu ruangan rumah.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!