Petualangan Astral: MERMAID

0
14

Petualangan Astral: MERMAID

Syrenka… Syrenka merupakan makhluk mitologi yang berasal dari kota Warsaw, Polandia. Sosoknya digambarkan sebagai gadis yang setengah bentuk badannya berupa ikan.

 

Sosok Syrenka dipercaya oleh warga setempat sebagai pelindung dari kota Warsaw. maka dari itu di tahun 1855, dibuatlah sebuah patung Syrenka yang dipahat oleh Konstanty Hegel dan ditempatkan di alun-alun kota tua Warsaw.

 

Patung tersebut menjadi landmark dan kebanggaan bagi warga kota Warsaw. Patung Syrenka dijadikan sebagai sebuah simbol keindahan dan keberanian. Menjadi simbol penghubung antara kota Warsaw dan sungai Vistula yang ada di dekatnya. Memiliki daya tarik bagi penduduk setempat serta wisatawan asing untuk mengunjunginya.

 

Kisah Melusine

 

Apa yang terbayang di benak kalian jika mendengar kata “Mermaid”? Kita mengenal Mermaid sebagai salah satu makhluk mitologi yang memiliki tubuh setengah manusia dan setengah ikan. Kata Mermaid sendiri menjadi sebuah istilah yang disematkan untuk makhluk mitologi ini yang berjenis wanita. Sementara untuk yang berjenis pria disebut dengan Merman. Dalam bahasa Indonesia, kita menyebut Mermaid dengan sebutan “putri duyung”.

 

Menariknya, masyarakat di berbagai belahan dunia memiliki cerita rakyat terkait dengan Mermaid. Jadi cerita tentang Mermaid bukan lagi menjadi sesuatu yang asing bagi masyarakat dunia. Bahkan cerita Mermaid sendiri sudah banyak dibuat menjadi film ataupun kartun.

 

Di antara sekian banyak cerita rakyat tentang Mermaid, entah mengapa aku paling suka dengan cerita Melusine yang merupakan cerita rakyat dari Prancis. Cerita bermula dari seorang bangsawan yang sedang berburu babi hutan bersama dengan putra tertuanya yang bernama Raymond. Saat hari semakin gelap, keduanya membuat api unggun agar bsa menghangatkan tubuh mereka.

 

Rupanya dari belakang pepohonan, seekor babi liar menyerang secara tiba-tiba. Terkejut dengan apa yang terjadi, sontak Raymond menghunuskan pedang kearah babi tersebut dan tak sengaja ujung pedangnya menusuk tubuh ayahnya sendiri, hingga pada akhirnya sang ayahnya pun meninggal.

 

Hati Raymond diliputi dengan perasaan yang campur aduk. Ia merasa sedih karena kehilangan seorang ayah yang begitu dicintainya. Selain itu ia pun merasa takut jika adik-adiknya akan menuduhnya sebagai pembunuh sang ayah. Mengingat mereka sangat iri kepada Raymond gara-gara ayah mereka yang terlalu mengistimewakan Raymond sebagai putra tertua di keluarga mereka.

 

Raymond pun meninggalkan jenazah ayahnya dan menaiki kudanya tanpa mengetahui ke mana dirinya harus pergi. Ia melarikan diri menuju ke arah hutan dan berhenti saat menemukan mata air yang di situ ada seorang gadis cantik berambut tebal dan gelap, mengenakan kain perak dan memiliki kulit yang seolah transparan. Raymond seolah melihat bidadari yang begitu mempesona.

 

Raymond pun melontarkan pertanyaannya, “Siapa kamu? Dari mana kamu berasal?”

 

Gadis itu pun menjawab, “Namaku Melusine. Jangan tanyakan asalku, sehingga aku tidak perlu berbohong kepadamu. Duduklah di sampingku dan mari kita berbincang-bincang.”

 

Raymond menuruti apa yang dikatakan Melusine. Selang beberapa saat, Raymond pun akhirnya menceritakan kesedihan dan kebingungannya yang saat ini dialaminya kepada Melusine.

 

“Kembalilah ke istana seolah tak ada apa pun yang terjadi,” saran Melusine, “tidak akan ada yang curiga bahwa kamu sedang bersama ayahmu saat ia meninggal. Adik-adikmu pasti akan percaya bahwa yang membunuh ayahmu adalah babi hutan itu.”

 

Raymond mulai merasa tenang mendengar saran dari Melusine.

 

Saat pagi datang, Raymond yang sudah terpikat dengan kecantikan Melusine sejak tadi malam mengungkapkan keinginannya untuk melamar gadis tersebut.

 

“Aku akan menerima lamaranmu dan setuju menjadi istrimu dengan satu syarat. Kamu harus membangunkan sebuah istana untukku di dekat mata air ini sehingga aku bisa menghabiskan waktu seharian setiap hari Sabtu sendiri di sini. Tidak boleh ada satu orang pun yang menggangguku pada hari itu, termasuk juga kamu.”

 

Raymond pun menyetujui syarat tersebut. Ia pun kembali ke istananya sesuai dengan saran yang diberikan Melusine. Dan ternyata memang semuanya baik-baik saja. Tak ada satu pun yang curiga bahwa Raymond yang membuat ayahnya terbunuh.

 

Singkat cerita, Raymond dan Melusine pun menikah. Sesuai kesepakatan, Raymond pun mendirikan sebuah istana khusus untuk Melusine yang diberi nama “Lusignan” oleh Melusine sendiri. Orang-orang menyebut istana ini dengan sebutan “Lady of Lusignan”.

 

Kehidupan mereka bahagia. Orang-orang pun sangat menyukai Melusine. Sesuai janji yang sudah disepakati oleh Raymond, Melusine diizinkan untuk menghabiskan waktu seharian penuh setiap hari Sabtu di istana pribadinya dekat mata air.

 

Raymond dan Melusine pun akhirnya dikaruniai empat anak. Hanya saja penampilan keempat anak mereka ini sangat aneh dan berbeda dari anak-anak pada umumnya. Anak yang pertama memiliki satu mata berwarna merah dan satunya lagi berwarna hijau. Anak kedua memiliki satu mata di tengah kepalanya. Anak ketiga memiliki cakar yang sangat panjang dan rambut yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Dan anak yang terakhir memiliki taring seperti babi hutan di rahangnya.

 

Raymond mulai merasa adanya keanehan pada diri Melusine. Sehingga ia pun sempat berpikir bahwa Melusine adalah seorang penyihir. Namun ia tetap bersyukur dengan kehidupan keluarganya karena anak-anaknya adalah anak-anak yang sangat baik. Di antaranya ada yang menjadi pendeta dan juga prajurit. Raymond pun tetap mencintai Melusine seperti sebelumnya.

 

Suatu hari, tepatnya pada hari Sabtu, salah seorang adik Raymond menanyakan keberadaan Melusine. Raymond pun menjelaskan bahwa istrinya tersebut sedang menyendiri di istana pribadinya. Sang adik pun mulai mempengaruhi kakaknya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya dilakukan oleh Melusine di setiap hari Sabtu di istananya.

 

“Kamu harus mengikutinya dan mulai mencari tahu apa yang dilakukan Melusine pada hari Sabtu. Karena sudah banyak orang yang menggosipkan macam-macam tentang dirinya. Ada yang bilang bahwa dia menemui pangeran lain di hari tersebut, sebagian yang lain mengatakan ia adalah seorang penyihir dan membuat ramuan-ramuan sihir di istananya.”

 

“Tidak, aku tidak akan pernah melakukannya. Dia akan meninggalkanku jika aku memata-matainya seperti itu,” ungkap Raymond. Ia pun meminta kepada adiknya tersebut untuk pergi meninggalkannya seorang diri. Namun pikirannya tetap memikirkan apa yang dikatakan oleh adiknya tadi.

 

Raymond pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke istana Lusignan pada hari Sabtu, di saat Melusine berada di istana tersebut. Pertama-tama ia masuk melalui pintu utama namun tak melihat keberadaan Melusine. Raymond memeriksa setiap ruangan, namun tetap saja tak berhasil menemukan istrinya. Hingga tersisalah sebuah ruangan kamar mandi yang belum diperiksanya. Pintunya terkunci sehingga ia pun mencoba untuk mengintip dari balik lubang kunci.

 

Raymond terkejut saat melihat tubuh Melusine yang setengah bagian bawahnya menjadi tubuh ikan dengan sisik-sisik berkilauan berwarna biru. Melusine berada di bak mandi, asyik bermain air. Raymond bergegas untuk segera meninggalkan istana itu dan bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak menceritakan apa yang telah dilihatnya tersebut kepada orang lain.

 

Beberapa waktu berlalu, Raymond bersikap seperti biasa seolah tak pernah mengetahui rahasia Melusine yang sempat ia lihat sebelumnya. Hingga tibalah hari yang begitu membuat keluarga mereka terguncang akibat sebuah peristiwa besar yang terjadi.

 

Anak mereka yang menjadi seorang prajurit (anak yang memiliki taring babi hutan di rahangnya) menyerang biara terdekat dan membunuh puluhan pendeta yang ada di dalamnya. Lebih nahasnya lagi, salah satu di antara pendeta yang terbunuh adalah saudara kandungnya sendiri.

 

Mendengar kabar ini Raymond merasa hatinya begitu hancur. Awalnya ia berpikir bahwa kejadian ini merupakan hukuman dari perbuatannya yang tak sengaja membunuh ayahnya sendiri. Namun kemudian ia mulai berpikir semuanya terjadi karena ulah istrinya yang secara diam-diam menyembunyikan sebuah rahasia besar dari semua orang.

 

Suatu ketika, Melusine yang melihat suaminya tampak gusar mencoba untuk menghiburnya. Namun Raymond malah meluapkan amarahnya pada Melusine, “Menjauhlah dariku wahai ular jahat!”

 

Melusine kaget mendengar kata-kata tersebut keluar dari mulut suaminya. Ia pun jatuh pingsan. Raymond kemudian tersadar bahwa ia secara tak sengaja menyakiti hati istrinya dengan mengungkapkan jati diri Melusine yang sesungguhnya. Hatinya benar-benar diliputi oleh rasa bersalah.

 

Raymond berusaha untuk menyadarkan istrinya. Saat Melusine tersadar, Raymond memeluk istrinya. Meminta maaf atas perbuatan yang baru saja dilakukannya. Namun Melusine merasa ia harus segera pergi dari tempat tersebut.

 

“Oh sayangku, sekarang aku harus meninggalkanmu, karena kamu telah mengetahui rahasia yang seharusnya tidak perlu kamu ketahui,” ujar Melusine sambil bergegas pergi.

 

Dengan meratap penuh kesedihan, Melusine meninggalkan jejak kakinya di batu terakhir yang ia injak. Di malam itu seorang pelayan melihat sosok bercahaya yang terlihat seperti Melusine dengan ekor ikan berwarna biru. Rupanya Melusine mendekat ke arah tempat ayunan atau buaian anak bungsunya. Saat fajar baru saja menyingsing, Melusine mencium anak bungsunya tersebut sebagai tanda perpisahan kemudian pergi untuk selamanya dari hidup Raymond dan anak-anaknya.

 

Membuktikan keberadaan Mermaid

 

Aku merasa cerita tentang Mermaid memiliki banyak kemiripan antara satu dengan yang lainnya. Kisah Melusine ini mirip dengan cerita Mermaid dari belahan dunia yang lain, seperti kisah Undine dari Jerman, Siren dari Yunani, Ningyo dari Jepang bahkan kisah asal-usul terbentuknya Danau Toba di Indonesia memiliki kemiripan dengan kisah Melusine.

 

Kemiripan kisah-kisah yang ada tentang Mermaid di berbagai penjuru dunia membuatku penasaran untuk membuktikan sendiri keberadaannya. Meski Mynthalla sudah pernah memberitahuku bahwa makhluk-makhluk mitologi yang dikenal manusia saat ini sebagian besarnya memang ada, aku ingin sekali membuktikannya sendiri dengan kemampuan astral projection yang kumiliki.

 

Niatku untuk menelusuri keberadaan Mermaid kuceritakan kepada teman-temanku di Salaka Minangka. Selang beberapa hari kemudian, saat aku sedang berolahraga lari pagi, tiba-tiba saja muncul sebuah kata dalam pikiranku, WARSAW. Awalnya kupikir itu hanya kata acak yang tak memiliki arti. Aku pun tak tahu makna di balik kata tersebut.

 

Saat aku mencari makna kata “Warsaw” di internet, rupanya itu adalah sebuah nama ibukota dari negara Polandia. Sramvita akhirnya memberitahuku bahwa dialah yang mengirimkan kata tersebut ke dalam pikiranku. Itu karena sebelumnya aku pernah mengeluh kebingungan harus mengawali dari mana untuk menelusuri tentang Mermaid.

 

Lagi-lagi aku terkejut saat mencari informasi legenda Mermaid dari kota Warsaw. Di sana ada legenda seorang Mermaid bernama Syrenka. Maka dari itu, aku pun memutuskan untuk menelusuri Mermaid ini dari legenda Syrenka asal Warsaw. Aku mengajak Sramvita dan Mynthalla untuk menemaniku dalam penelusuran kali ini.

 

Tempat pertama yang kukunjungi adalah patung Syrenka yang terletak di alun-alun kota tua Warsaw. Mynthalla memberikan beberapa informasi terkait dengan Mermaid dan lokasi di mana Mermaid biasa muncul di daerah Samudera Atlantik. Kami pun menuju ke sana saat hari menjelang malam.

 

Akhirnya kami menemukan tiga sosok yang kami cari-cari. Dua di antaranya adalah kakak beradik, sementara yang satu lagi kabur saat kami mendekat. Mereka terlihat ketakutan melihat saat melihat kami, namun Mynthalla menenangkan mereka.

 

“Kami tidak memiliki niat jahat kepada kalian. Jadi kalian tidak perlu takut kepada kami,” kataku ikut menenangkan mereka berdua.

 

“Namaku Vantrala. Siapa nama kalian?” tanyaku mencoba mengakrabkan diri.

 

“Namaku Marina,” jawab Mermaid remaja. Sementara adiknya yang laki-laki berada di belakang sang kakak masih tampak ketakutan.

 

“Apa betul namamu Marina?” Aku merasakan vibrasi kebohongan dari dirinya.

 

“Ya sebenarnya aku ingin sekali memiliki nama itu,” jawabnya polos.

 

“Bukankah itu nama gadis untuk manusia? Dari mana kamu tahu nama tersebut?”

 

“Aku seringkali mendengarnya dari cerita-cerita para orang tua.”

 

“Jadi, siapa namamu yang sebenarnya?” Aku tersenyum ke arahnya.

 

“Osiola.”

 

Sosok Osiola dalam visualku bertubuh setengah manusia di bagian atas dan setengah ikan di bagian bawahnya. Persis seperti yang diilustrasikan banyak orang. Hanya saja bentuk manusianya tidak seperti manusia biasa. kulitnya berwarna kehijauan. Hijau mint lebih tepatnya. Sementara bagian sisik tubuh ikannya memiliki warna kebiruan dan berkilau. Di antara sela-sela jari tangannya terdapat selaput. Kulit tubuhnya terlihat licin.

 

Cukup banyak informasi yang aku dapatkan dari Osiola terkait dengan Mermaid atau Merman. Mereka lebih senang untuk keluar dari air pada malam hari, karena merasa aman dari ancaman manusia yang memburu mereka dan terhindar dari terik matahari yang bisa membuat kulit mereka kering.

 

Terkait dengan warna kulit, mereka punya warna kulit yang beragam. Selain warna hijau ada pula yang berwarna abu-abu muda, putih dan juga biru.

 

“Jadi alasan kalian takut pada kami karena kalian menyangka bahwa kami akan memburu kalian, begitu?” Osiola mengangguk.

 

“Hmm, memangnya ada ya orang yang memburu kalian? Setahuku kebanyakan orang menganggap kalian hanya sebatas makluk khayalan yang tidak nyata.”

 

“Banyak sekali orang yang memburu kami. Makanya kami harus berhati-hati kepada manusia.”

 

“Apa yang mereka lakukan jika berhasil menangkap kalian?”

 

“Tentu saja mereka akan memakan kami. Mereka keliru dengan tipuan para pemburu itu yang mengatakan, jika manusia memakan daging kami, maka manusia bisa menjadi awet muda.”

 

“Begitukah? Jadi itu hanya akal-akalan mereka saja agar ada orang yang mau membeli dan memakan daging kalian?”

 

“Ya.”

 

Berburu Mermaid merupakan sesuatu yang amat sulit dilakukan. Maka dari itu, para pemburu menjual hasil buruan mereka dengan harga yang sangat tinggi.

 

“Sebenarnya kalian tinggal di mana? Apakah kalian tinggal di dasar laut?”

 

“Kebanyakan bangsa kami tinggal di gua-gua karang. Kini kami hidup menjauh dari manusia. Kami biasanya akan mencari pulau-pulau terpencil yang tak dihuni oleh mereka, sehingga kami bisa tinggal di sana.” “Apakah boleh aku mengunjungi tempat kalian tinggal?”

 

Osiola diam sejenak sebelum menjawab pertanyaanku, “Sepertinya aku tidak bisa membawamu ke sana.”

 

“Kenapa?”

 

“Aku takut jika kamu tahu tempat kami, maka akan ada manusia lain yang mendatanginya. Itu akan sangat membahayakan kami.”

 

Aku mengerti sepenuhnya dengan apa yang Osiola sampaikan. Alasannya tersebut memang sangat bisa kuterima. Namun aku tetap ingin mengetahui bagaimana kehidupan mereka yang sebenarnya. Aku meminta Sramvita untuk meminta izin kepada keluarga Osiola agar kami bisa mengunjungi tempat tinggal mereka.

 

Tanpa waktu yang panjang, Sramvita dan Osiola kembali setelah mendapatkan izin dari kakeknya Osiola.

 

“Kalian boleh mengunjungi tempat kami dengan syarat, kalian tidak boleh memberitahukan kepada siapapun di mana kami tinggal. Kalian harus berjanji tidak akan memberi tahu siapapun di mana rumah kami berada.”

 

Aku menyetujui syarat itu. Kami pun tiba di sebuah mulut gua sebuah karang yang ukurannya cukup besar. Di sana sudah menunggu kakeknya Osiola.

 

“Salam. Nama saya Vantrala. Salam kenal, Kek.” Aku menyapa sang kakek yang terlihat sangat ramah. Wajahnya sudah penuh dengan keriput.

 

“Maaf, Kek. Apakah bangsa kalian membutuhkan makanan? Apa yang kalian makan?”

 

“Kami memakan ikan-ikan kecil yang bisa kami makan,” jawab sang kakek. Ternyata mereka memakan ikan dalam keadaan mentah tanpa perlu dimasak terlebih dahulu.

 

“Bagaimana cara kalian berkembang biak?”

 

“Kami memiliki alat kelamin yang tersembunyi di antara sisik tubuh ikan kami. Seperti halnya manusia, pembuahan hanya terjadi jika terjadi pertemuan antara alat kelamin jantan dan betina. Proses pembuahan terjadi pada rahim betina. Bayi dikeluarkan dengan cara dilahirkan dan ukuran bayi bangsa kami pada umumnya hanya sebesar kepalan tangan manusia dewasa.”

 

Aku kagum dengan penjelasan yang diberikan sang kakek. Ia begitu menguasai apa yang dirinya sampaikan kepada kami.

 

“Lalu, bagaimana cara kalian bernapas?”

 

“Cara kami bernapas tidak ada bedanya dengan lumba-lumba. Kami bernapas dengan paru-paru dan tak bisa terus menerus berada di bawah air.”

 

“Apakah bangsa kalian memiliki kekuatan tertentu? Kekuatan yang bisa melindungi diri kalian dari ancaman bahaya misalnya?”

 

“Kami memiliki kemampuan hypnosonic, yaitu kemampuan mempengaruhi lewat suara. Namun sayangnya kemampuan tersebut sudah semakin jarang dimiliki. Aku sendiri tak terlalu tahu apa sebabnya.”

 

Mendengar penjelasan sang kakek barusan, mengingatkanku pada cerita pengalaman orang-orang yang bertemu dengan Mermaid. Mereka mengatakan, Mermaid memiliki suara yang merdu dan bisa membuat mereka terlena dengan suara tersebut. Mungkin ini yang dimaksud si kakek.

 

“Dalam banyak cerita rakyat, banyak diceritakan kisah Mermaid yang bisa berubah menjadi manusia seutuhnya. Ekor ikannya berubah menjadi kaki manusia bahkan sampai menikah dengan pria dari bangsa manusia. Apakah benar bangsa kalian bisa melakukan hal tersebut?”

 

“Itu pun kami dengar dari para leluhur kami sebelumnya. Secara pribadi, aku belum pernah melihat secara langsung ada kejadian seperti itu selama aku hidup.”

 

“Jadi kisah tersebut pun hanya sekadar legenda bagi bangsa kalian dan belum terbukti kebenarannya, begitu?”

 

“Ya, begitulah.”

 

Sepertinya kami harus menelusuri sendiri kebenaran dari cerita Mermaid yang mampu berubah menjadi manusia. Namun sebelum itu, aku merasa perlu untuk mengetahui kebenaran kisah Syrenka, Mermaid asal Warsaw, Polandia.

 

Aku meminta agar Krieva yang berada di basecamp Salaka Minangka menentukan target waktu dan lokasi agar kami bisa menemukan sosok Syrenka. Dengan portal ruang waktu portabel kami pun bisa dengan cepat berpindah tempat setelah sebelumnya berpamitan terlebih dahulu kepada Osiola dan keluarganya.

 

Kami tiba di kota Warsaw masa lalu. Tepatnya di tahun 1755. Aku melihat sesosok Mermaid dengan rambut putih lurus dan panjang. Rambutnya mirip sekali seperti alga berwarna putih. Di kota Warsaw terdapat sebuah sungai yang disebut dengan sungai Vistula. Rupanya Syrenka ini pernah terjebak dalam jebakan ikan yang dipasang di sungai tersebut. Namun para warga pada akhirnya membebaskan Syrenka begitu saja.

 

Nama Syrenka ternyata bukan nama sesungguhnya dari Mermaid tersebut. Nama itu diberikan para warga kepada sang Mermaid. Untuk membalas jasa kebaikan para warga Warsaw, Syrenka kerap kali melindungi warga kota Warsaw dari bahaya. Syrenka memiliki kekuatan hypnosonic yang disampaikan oleh kakeknya Osiola. Dengan kekuatan itulah Syrenka mampu melindungi warga.

 

Sebagai bentuk rasa terima kasih, sekitar 100 tahun kemudian, Syrenka yang sudah menjadi legenda, dibuatkan patung monumen di alun-alun kota tua Warsaw. Ini dilakukan agar generasi selanjutnya bisa mengenang jasa Syrenka yang begitu besar kepada para manusia warga Warsaw.

 

Di monumen patung tersebut, digambarkan Syrenka memegang tameng dan juga sebilah pedang. Namun tameng dan pedang itu hanya sebuah simbol. Bukan dalam maksud yang sebenarnya. Karena Syrenka tidak pernah memegang pedang dan tameng.

 

Pedang dan tameng merupakan simbolisasi yang diberikan para warga Warsaw untuk melambangkan perlindungan yang diberikan Syrenka kepada warga kota Warsaw. Jadi bukan dalam arti yang sesungguhnya bahwa Syrenka menggunakan kedua alat tersebut untuk melindungi warga.

 

Setelah selesai menguak kisah kehidupan Syrenka, kami pun mencoba menelisik kebenaran Mermaid yang bisa berubah menjadi manusia seutuhnya. Kami hanya sekilas memperhatikan seorang Mermaid yang pernah menyelamatkan seorang pria yang tenggelam dan jatuh cinta padanya.

 

Kemudian Mermaid ini dengan kemampuan hypnosonic-nya mempengaruhi sang pria tersebut untuk melihat tubuh si Mermaid menjadi gadis manusia pada umumnya. Padahal nyatanya, tubuhnya tetap seperti itu. Awalnya memang si pria ini pun menyukai sang Mermaid, namun pada akhirnya sang pria menyadari banyak sekali keanehan pada gadis yang menyelamatkan nyawanya tersebut. Sehingga ia pun meninggalkan Mermaid tersebut.

 

Kesimpulan yang kudapatkan dari penelusuranku membuktikan keberadaan Mermaid yang benar-benar nyata eksistensinya. Mereka ada dan termasuk makhluk berdimensi tiga, sehingga bisa dilihat dan disentuh tubuh fisiknya. Bahkan jika kita mendengar cerita para jamaah haji asal Indonesia zaman dulu, banyak yang memberikan kesaksian melihat Mermaid saat mereka berada di kapal laut. Karena dulu, untuk berangkat haji dari tanah air ke tanah suci Mekah, lebih murah menggunakan kapal laut dan pesawat terbang yang masih terbatas.

 

Apakah sekarang kalian percaya dengan keberadaan Mermaid? Percaya atau tidak, kalian sendiri yang berhak menentukannya.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!