Petualangan Astral: REINKARNASI
Reinkarnasi… Merupakan sebuah kepercayaan bahwa seseorang yang telah mengalami fase kematian bisa terlahir kembali ke dunia pada kehidupannya yang lain sesuai karmanya.
Filsafat yang terkadung dalam kepercayaan ini adalah agar orang-orang menyadari bahwa nasib yang didapatkannya berdasarkan apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Reinkarnasi sendri sangat dikenal dalam ajaran Buddha dan juga Hindu.
Terlepas dari berbagai konsep yang ada terkait dengan reinkarnasi, terdapat banyak bukti di lapangan menunjukkan orang-orang yang mampu dengan baik mengingat apa yang pernah dialaminya sebelum terlahir menjadi dirinya di kehidupannya saat ini. Hal inilah yang membuat orang-orang semakin penasaran dengan adanya kehidupan masa lalu (past life) yang dianggap merupakan bagian dari kehidupannya sendiri.
Sejak tahun 2019, di saat kesadaran spiritualku mulai bangkit, aku jadi semakin sering mempertanyakan ulang tentang kehidupan. Hal yang cukup membuatku merasa bingung adalah konsep reinkarnasi. Dalam agama keyakinanku, konsep reinkarnasi tak pernah ada. Bahkan mungkin secara eksplisit bertentangan dengan apa yang ada di dalam kitab suci yang kuyakini.
Sementara itu terdapat beberapa fakta di lapangan, ada orang-orang yang mampu dengan baik mengingat kehidupan masa lalu sebelum ia terlahir di kehidupannya saat ini. Dan banyak di antaranya masih di usia kanak-kanak.
Di antara sekian banyak fenomena yang membuktikan bahwa reinkarnasi ada adalah hal yang terjadi pada seorang anak laki-laki bernama Luke Ruehlman. Ia lahir pada tahun 2010 dari pasangan orangtuanya yang bernama Nick dan Erica. Keluarga kecil ini tinggal di kota Cincinnati, Amerika Serikat.
Luke seringkali menyebut nama “Pam” ketika ia bermain di usianya yang masih 2 tahun. Erica, ibu dari Luke, merasa heran dengan nama tersebut, karena tak ada satu pun yang mengajari Luke nama tersebut. Bahkan acara-acara TV pada saat itu pun tak ada yang yang menyebut “Pam” di dalamnya.
Gelagat Luke dianggap aneh oleh kedua orangtuanya karena anak tersebut memiliki banyak ketakutan pada hal-hal yang memang bisa membahayakan dirinya. Padahal, baik Erica maupun Nick tak pernah mengajarkan hal-hal tersebut. Di antara ketakutan yang paling membuat Luke histeris adalah ketinggian dan juga api.
Sebagai orangtua, Erica dan Nick mencoba untuk memberikan pengertian pada anak mereka. Bahwasanya apa yang Luke kira akan membahayakan dirinya sebenarnya tak sebahaya yang ia kira. Mereka berdua sebenarnya sempat berpikir dengan banyaknya ketakutan yang Luke miliki terhadap halhal yang membahayakan, tentu itu sangat menguntungkan. Karena Luke seolah sudah tahu semuanya tanpa ada yang mengajarinya.
Seiring berjalannya waktu dan Luke sudah semakin besar, Luke semakin sering menunjukkan sikap yang aneh. Saat Erica menggunakan anting, Luke mengatakan bahwa dirinya pun pernah menggunakan anting dulu.
Perkataan pertama Luke yang membuat Erica sangat terkejut adalah perkataan Luke yang mengatakan kepada ibunya, bahwa sebelum jadi bayi, ia memiliki rambut berwarna hitam. Erica merasa bingung dengan perkataan putranya tersebut. Karena warna rambut Luke adalah pirang. Dan apa maksud dari perkataannya bahwa dulu sebelum ia menjadi bayi, dia memiliki rambut berwarna hitam?
Semua tanda tanya Erica terhadap Luke, putranya sendiri, semakin menjadi-jadi saat ia menonton bersama Luke, berita tentang gedung yang terbakar. Luke menjerit histeris ketakutan melihat apa yang ia saksikan di televisi. Erica mencoba menenangkannya dan mengatakan bahwa itu hanya sebuah acara bohongan.
Luke pun baru membuka diri lebih jauh terhadap ibunya bahwa ia pernah mati gara-gara terjun menyelamatkan diri dari sebuah gedung hotel yang terbakar di Chicago. Dengan meyakinkan, Luke memberikan banyak informasi tambahan tentang kehidupan masa lalunya. Termasuk nama ayahnya yang bernama Robinson serta warna kulitnya yang hitam manis.
Dengan berbekal beberapa kata kunci inilah Erica kemudian mencari informasi di internet. Dirinya sangat terkejut saat ia menemukan fakta peristiwa kebakaran di hotel Paxton Chicago yang terjadi pada tanggal 17 Maret 1993 dan menelan beberapa korban meninggal. Salah satunya adalah seorang wanita Afrika-Amerika, berambut hitam, berkulit hitam manis yang bernama Pamela Robinson atau biasa dipanggil dengan nama “Pam”.
Di internet, terdapat foto Pamela Robinson. Ia pun mencoba untuk menguji Luke dengan mencetak foto tersebut dengan foto-foto wanita lainnya. Ia meminta kepada Luke untuk melihat satu per satu foto yang telah dicetaknya dan bertanya apakah ada di antara foto tersebut yang Luke kenal.
Dan lagi-lagi hal yang mengejutkan terjadi. Luke menunjuk foto Pamela Robinson dengan tepat seraya mengatakan, “Aku mengenali yang ini. Ini Pam.”
Erica menceritakan semua ini pada suaminya, Nick. Namun Nick tidak percaya begitu saja. Mereka berkonsultasi pada Dr. Stevenson, seorang psikolog yang menangani Luke dan memberikan simpulan adanya kemungkinan proses reinkarnasi pada diri anak tersebut. Nick makin merasa bahwa semua ini terlalu gila. Mengingat karena ia memang tidak percaya dengan adanya reinkarnasi, bahkan Tuhan sekalipun.
Di sisi lain, Erica tak berhenti di situ. Ia mencoba mencari keluarga mendiang Pamela Robinson. Erica berhasil menemui mereka, kemudian meminta foto mereka untuk diperlihatkan kepada Luke. Ajaibnya, Luke dengan tepat menyebutkan satu per satu namanama dari setiap anggota keluarga Pamela Robinson.
Kisah Luke Ruehlman didokumentasikan dalam film dokumenter “The Ghost Inside My Child” yang viral pada tahun 2014-2015. Artikel berita tentangnya tesebar ke seluruh dunia, termasuk juga Indonesia.
Ya, kisah seperti Luke ini hanya satu di antara sekian banyak kejadian yang mirip dialami oleh Luke. Sehingga mampu menguatkan bukti bahwa reinkarnasi benar-benar ada. Tapi benarkah itu merupakan reinkarnasi? Apa jangan-jangan ada teori lain yang sebenarnya bisa menjelaskan bahwa itu bukanlah reinkarnasi?
Cukup banyak aku mengumpulkan referensi baik yang mendukung maupun yang menolak terkait konsep reinkarnasi. Merasa bingung dengan pertentangan referensi yang kubaca dan saling bertolak belakang, kuputuskan untuk meneliti sendiri. Hal pertama yang kulakukan adalah mengakses Akashic Record milikku sendiri dan menemui Shana’al.
Shana’a adalah seseorang yang menjadi penjaga di Akashic Record pribadiku. Mungkin aku bisa mendapatkan informasi yang berarti dari apa yang ingin kuteliti saat ini.
“Shana’a, menurutmu apakah bisa orang yang sudah mati kemudian ia bisa hidup kembali di kehidupan yang lain sebagaimana orang mengenalnya dengan istilah reinkarnasi. Aku ingin tahu perspektifmu akan hal itu.”
“Sebelum bicara lebih jauh pembahasan yang kamu tanyakan, akan lebih baik jika kita mengetahui terlebih dulu seperti apa manusia sebenarnya,” ujar Shana’a.
“Ok, setuju. Silakan,” ujarku siap untuk menyimak.
“Manusia utuh terdiri dari beberapa perangkat. Di antaranya ada tubuh fisik, jiwa dan juga ruh. Saat manusia mati, jiwa dan ruh akan keluar dari tubuh fisiknya. Kematian pada hakikatnya adalah terlepasnya ruh serta jiwa dari tubuh fisiknya. Bukan kehancuran atau hilang musnahnya entitas tersebut secara keseluruhan. Hanya tubuh fisiknya saja yang hancur.”
“Kesadaran dan akal melekat pada jiwa, sementara memori atau ingatan melekat pada ruh. Saat ruh keluar dari tubuh fisik, ingatan diri akan menyatu dengan semesta atau jagat makro. Ingatan tersebut akan kembali melekat pada ruh manusia yang akan terlahir ke dunia dan tersimpan pada pikiran bawah sadarnya.”
“Ingatan orang lain yang sudah lebih dulu mati menempel pada ruh manusia baru yang akan lahir? Bagaimana bisa?”
“Ingatan ini memerlukan wadah untuk menampungnya. Dan ruh adalah penampungnya. Ingatan yang awalnya berada di alam semesta akan tertarik dengan ruh manusia yang akan lahir karena memiliki frekuensi yang sama.”
“Hmm, itu berarti ingatan atau memori mencari wadah yang tepat atau satu frekuensi dengannya. Dengan begitu ia akan melekat kembali pada ruh dari entitas yang berbeda dari sebelumnya.”
“Benar sekali.”
“Lantas ke mana jiwa dan ruh orang yang sudah mati pergi?”
“Jiwa dan ruh akan menjalani perjalanan selanjutnya. Menuju dimensi selanjutnya, di luar dimensi dunia.”
“Apakah ruh yang akan melanjutkan perjalanannya sudah tidak memiliki ingatan yang melekat padanya?” Jujur saja, aku masih cukup bingung dengan hal baru seperti yang Shana’a sampaikan ini.
“Sebagian besar ingatan masih melekat pada ruh. Sebagian kecil lainnya yang menyatu dengan semesta seperti yang telah kukatakan tadi.”
“Nah, kita kembali ke pertanyaan awal. Bagaimana mungkin seseorang mengaku bahwa dia telah menjalani proses reinkarnasi dengan melihat past life yang ia lihat entah dari mimpinya atau orang yang membaca kehidupan masa lalunya?”
“Memori atau ingatan orang lain yang sudah lebih dulu mati, kemudian melekat pada ruh orang tersebutlah yang memberikan gambaran past life. Karena ingatan ini berada di bawah sadarnya, di mana di situ pulalah tempat tersimpannya emosi, ia akan merasa gambaran ingatan tersebut merupakan ingatan dirinya sendiri di masa lalu. Padahal sejatinya ingatan itu milik orang lain. Orang yang berbeda, entitas yang berbeda dengan dirinya.”
“Terlebih jika ingatannya tersebut begitu kuat dan disadari oleh seseorang di saat dirinya masih sangat kecil. Kemampuan akal mereka belum terbentuk secara sempurna, sehingga pengaruh ingatan orang lain tersebut membuat dirinya seolaholah merasakan secara nyata apa yang dirasakan orang lain. Kemudian menganggap ingatan tersebut adalah ingatan dirinya sendiri.”
Aku menganggukkan kepala. Rasa-rasanya aku bisa memahami perspektif Shana’a mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam proses reinkarnasi. Penjelasan Shana’a tersebut bisa diterima oleh akalku.
Setelah mendapatkan penjelasan dari satu perspektif, aku mencoba untuk mendapatkan perspektif dari yang lain. Aku menemui guru Abimana di Innercore Kendan dan menanyakan beberapa pertanyaan yang serupa dengan apa yang kutanyakan kepada Shana’a.
Secar garis besar, informasi yang kudapatkan dari Shana’a dikonfirmasi kebenarannya oleh guru Abimana. Artinya di sini, Shana’a dan guru Abimana memiliki perspektif yang sama terkait reinkarnasi. Namun ada satu pertanyaan yang belum sempat kutanyakan pada Shana’a dan baru teringat saat aku menemui guru Abimana.
Guru Abimana tengah duduk saat aku datang menemuinya. Terhidang manisan ladoo yang kemudian beliau tawarkan kepadaku. Aku pun memakannya beberapa.
“Guru, untuk apa ingatan orang lain yang sudah meninggal lebih dulu, melekat kembali pada yang masih hidup?”
“Nak, ketika ada seorang anak terbentuk di janin, kau telah tahu bahwa ia mewarisi setengah sifat dari ayahnya dan setengah lagi dari ibunya. Mengapa harus seperti itu?” Guru Abimana malah bertanya balik kepadaku dengan pertanyaan tersebut. Aku tak bisa menjawab, jadi kuputuskan untuk diam dan menunggu penjelasan selanjutnya dari beliau.
“Alasan yang sama mengapa ingatan orang yang lebih dulu mengalami kematian melekat kembali pada orang yang akan menjalani awal kehidupan. Ini adalah satu di antara rahasia penciptaan.”
Jujur saja saat mendengar jawaban tersebut, bulu kudukku berdiri. Tubuhku merinding mendapatkan sesuatu pelajaran yang baru dalam hidupku.
“Itulah yang membuat manusia berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tidak akan pernah ada manusia yang sama persis 100Y6 dengan manusia yang lainnya. Maka dari itu, setiap manusia pada dasarnya unik, karena masing-masing dari mereka berbeda satu sama lain. Meskipun mereka lahir dari orangtua yang sama.”
“Selain mewarisi sifat dari kedua orangtuanya, setiap manusia mendapatkan ingatan orang lain yang akan juga mempengaruhi mereka untuk berpikir, bersikap maupun bertindak. Aku yakin kau telah memahami hal itu.”
Untuk menjelaskan apa yang guru Abimana sampaikan di akhir tersebut, akan kukaitkan dengan pengalamanku mengakses beberapa memori yang kurasa sedikit banyak mempengaruhi diriku untuk berpikir, bersikap atau bertindak.
Sebelum membahas memori yang pernah kuakses di dalam diri, aku ingin menyampaikan terlebih dahulu sesuatu. Ingatan orang yang sudah mengalami fase kematian yang kemudian melekat pada ruh orang yang akan mengawali kehidupan, selanjutnya ingatan tersebut akan terintegrasi dengan DNA.
Mungkin akan ada orang yang menyangkal bahwa DNA sama sekali tidak bisa menyimpan memori. Namun pada faktanya, ternyata DNA sangat mampu menyimpan memori. Yaniv Erlich bekerja sama dengan Dina Zielinski dari New York Genome Center, melakukan penelitian terhadap DNA dan memberikan pernyataan mengejutkan.
Satu gram DNA ternyata mampu menyimpan data 215.000.000 giga byte. Sehingga DNA disebut-sebut akan menjadi tempat penyimpanan memori menggantikan perangkat penyimpanan memori yang ada saat ini.
Kembali pada topik memori past life, aku sendiri berhasil mengakses beberapa memori kehidupan masa lalu yang ada pada diriku. Saat aku mencoba mengakses data memori tertua, aku melihat sosok Zhao Ming yang dikenal sebagai penasihat di sebuah kerajaan dataran China, di tahun 146 SM.
Beberapa kisah hidupnya telah kulihat dalam memori DNA-ku. Ia adalah orang yang begitu bijaksana, mencintai kesederhanaan, serta tak pernah membeda-bedakan orang dari status atau jabatan. Zhao Ming? sangat dikagumi oleh banyak orang, termasuk oleh sang raja sendiri. Bahkan bisa dikatakan, kemakmuran yang berhasil dicapai oleh kerajaan tersebut merupakan hasil dari keputusankeputusan tepat sang raja berdasarkan masukan dari Zhao Ming.
Saking mengagumkannya sosok Zhao Ming ini, menantunya sendiri yang bernama Minn Er, diamdiam telah jatuh hati pada ayah mertuanya sendiri.
Padahal ia sudah memiliki suami yang bernama Dong Tzu, yang merupakan anak satu-satunya dari Zhao Ming. Bahkan sudah memiliki seorang putri cantik berusia dua tahun bernama Xiao Pao.
Di saat Zhao Ming tewas terbunuh untuk menyelamatkan nyawa sang raja yang saat itu diincar oleh orang-orang tak dikenal saat berada di kereta kuda, Minn Er merasa hidupnya pun telah ikut hancur. Minn Er sempat mengatakan kepada Zhao Ming sebagai ayah mertuanya, “Seandainya saja aku lebih dulu bertemu dan jatuh cinta dengan ayah, aku akan lebih memilih menikahi ayah daripada menikah dengan Dong Tzu.”
Malangnya, setelah Minn Er merasa dirinya hidupnya tak lagi memiliki arti setelah kematian Zhao Ming, ia memutuskan untuk mengakhiri nyawanya sendiri dengan loncat dari sebuah tebing dekat sebuah air terjun, tanpa memikirkan nasib suaminya dan juga putrinya yang masih kecil.
Kurasa dari sosok Zhao Ming inilah yang membuatku senang sekali membuat tulisan-tulisan atau guotes bijak tentang kehidupan. Selain itu sifatku yang sangat terbuka dengan perbedaan, menilai suatu hal dari beberapa pandangan dan perspektif merupakan “warisan” yang diberikannya kepadaku. Inilah yang guru Abimana maksud, bahwa ingatan orang lain yang berada pada diri seseorang bisa mempengaruhi cara ia berpikir, bersikap maupun bertindak.
Hal lain yang membuatku semakin yakin bahwa ingatan orang lain ini bisa mempengaruhi diri seseorang adalah saat aku merasa beberapa kali dikecewakan oleh klien, bahkan klien yang sudah sangat aku percayai. Aku membuka jasa di dunia kepenulisan dan publikasi karya pernah beberapa kali tak dibayar oleh segelintir klien yang bekerja sama denganku.
Pekerjaan yang diminta oleh mereka telah selesai kulakukan sampai akhir, namun saat kuminta pembayaran jasa, mereka menghilang entah ke mana.
Karena awalnya kupikir tak masalah jika mereka baru memberikan uang jasanya di akhir setelah aku menyelesaikan pekerjaanku. Namun itu malah membuatku malah kehilangan hakku.
Aku mencoba meneliti apakah cara berpikirku yang seperti itu dipengaruhi oleh memori past life atau tidak. Ternyata aku pun melihat sebuah memori seorang pria berkebangsaan Jerman yang baru turun dari kereta kuda. Ia baru saja tiba di rumahnya. Saat itu musim dingin dan suasana sekitar cukup gelap karena akan menjelang malam.
Pria bermantel tebal itu pun membuka pintu masuk utama dari rumahnya dan duduk dengan ekspresi yang penuh dengan rasa kesal. Sang istri mendekat menghampirinya dan mengatakan bahwa di rumah sudah tak ada lagi bahan makanan yang bisa mereka makan. Sementara itu, mereka memiliki seorang anak yang perlu mereka berikan makan.
Sang pria mengaku bahwa hasil kerja kerasnya selama beberapa waktu tak dibayar. Ia marah, namun juga kecewa pada dirinya sendiri yang mudah percaya begitu saja kepada orang lain. Dia tak berpikir orang lain tersebut akan menipunya seperti itu dan hanya memeras tenaganya saja tanpa membayarkan apa yang seharusnya menjadi haknya.
Dari memori itulah aku kemudian berpikir, bisa jadi aku memiliki sikap yang selama ini ada pada diriku terpengaruh dari memori orang tersebut. Hingga akhirnya aku dengan sadar memutuskan untuk mengubah sistem pembayaran pada usaha jasa yang kumiliki. Sehingga aku hanya akan mengerjakan apa yang diminta oleh para klien saat mereka membayarkan uang jasanya di awal secara tunai.
Kupikir, dengan adanya memori tersebut, membuatku belajar agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan apa yang diperbuat oleh orang itu. Beruntungnya, klien-klien yang bermasalah seperti itu masih bisa dihitung jari. Bahkan kepada orang yang kupercayai sekalipun, aku menerapkan sistem yang sama. Tak ada lagi sistem pembayaran di akhir. Semuanya kuatur agar mereka membayarkannya di awal sebelum aku mulai mengerjakan apa yang mereka pinta.
Dan memori terakhir yang akan kuceritakan dalam catatan ini adalah memori seorang anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan down syndrome. Nama panggilannya adalah Jeko. Ia lahir dari pasangan orangtua yang kaya raya. Kurasa Jeko ini hidup di sekitar tahun 1982-1986.
Orangtua Jeko sepertinya pejabat penting pemerintahan daerah di satu wilayah di Indonesia. Memiliki rumah dan kendaraan yang sangat bagus untuk tahun-tahun tersebut. Sayangnya, kedua orangtua Jeko sepertinya malu memiliki anak seperti Jeko yang memiliki kebutuhan khusus. Maka dari itu, mereka mencari seorang pengasuh yang bisa merawat Jeko seharian penuh. Sementara itu kedua orangtuanya seringkali pergi ke luar dan jarang sekali ada di rumah.
Jeko diasuh oleh seorang wanita yang bernama Ibu Kasih. Beliau bisa menilai bahwa orangtua Jeko terlalu mengabaikan anak mereka dan jarang sekali terjalin komunikasi di antara mereka. Ia menyadari bahwa Jeko adalah anak yang sangat minim sekali mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Maka dari itu, ia pun menggantikan posisi mereka untuk menjadi orangtua dari Jeko.
Ibu Kasih benar-benar menyayangi Jeko layaknya putranya sendiri. Dialah yang selalu mengantar Jeko ke sekolah, bahkan bermain di rumah.
Jauh sebelum aku menelusuri memori Jeko ini, aku beberapa kali mendapatkan mimpi yang serupa setiap tahunnya. Setiap mimpinya bisa kuingat dengan jelas meski sudah bertahun-tahun berlalu. Dalam mimpi-mimpi tersebut, aku menjadi seorang siswa Sekolah Dasar yang mengalami keterlambatan belajar. Rasanya sulit sekali untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang diujikan oleh guru di sekolah, padahal pikiran sadarku menyadari bahwa semua soal itu mudah sekali.
Aku seolah diberikan izin untuk merasakan Point of View dari anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dan kesulitan dalam menyerap pelajarang yang diberikan oleh para guru di sekolah. Sehingga aku bisa mengerti apa yang sebenarnya dirasakan oleh anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah saat mereka belajar.
Kembali ke cerita Jeko, akhirnya Jeko meninggal dunia karena sakit di usianya yang masih sangat muda, masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ibu Kasih sebagai pengasuhnya cukup berat untuk merelakan kepergian Jeko. Setelah Jeko tiada, beliau berhenti sebagai seorang pengasuh anak dan merintis sebuah yayasan yang bergerak di bidang sosial, terutama untuk membantu anak-anak yang berkebutuhan khusus.
Tiap kali aku mengingat Ibu Kasih dari memori yang tersimpan dalam DNA-ku, aku selalu meneteskan air mata. Bisa kurasakan ketulusan dan kemurnian cinta pada sosok Ibu Kasih. Kurasa Jeko pun bisa merasakan hal yang sama, meski ia kini tak lagi ada di dunia. Namun aku sungguh sangat bersyukur, bisa mengenal sosok luar biasa tersebut dari memori Jeko yang melekat pada diriku.
Rupanya, mimpi-mimpi yang selama ini kulihat, serta memori kehidupan Jeko itulah yang menuntunku saat ini menjadi seorang pengajar di sekolah yang memiliki kelas inklusi di dalamnya. Aku mengenal beberapa anak berkebutuhan khusus yang mengalami slow learning. Bahkan ada juga yang menderita disleksia. Secara lahiriah, mereka tampak biasa saja. Namun ternyata mereka begitu berjuang untuk bisa memahami apa yang dipahami teman-teman mereka yang normal.
Dari pemahamanku, past life yang kita lihat sebenarnya adalah pelajaran yang begitu berharga untuk kita dalam menjalani kehidupan sebagai diri kita saat ini. Melihat past life pun menurutku harus dilakukan secara bijak. Karena bisa jadi terdapat past life yang ada pada diri kita yang malah membuat kita menjadi diliputi ketakutan saat menyikapinya dengan tidak tepat.
Bahkan pernah ada orang yang tak memiliki tujuan pasti ingin mengetahui past life yang ada pada dirinya dan ia belum siap untuk menerima apa yang ia lihat. Ia malah mendapatkan trauma baru dari pengalaman yang bukan berasal dari pengalaman dirinya sendiri. Sehingga, bukannya menjadi pribadi yang lebih baik, namun malah sebaliknya.
Inilah simpulanku tentang reinkarnasi dan past life. Meski simpulanku ini bertolak belakang dengan apa yang dipahami orang yang sangat percaya akan adanya reinkarnasi, aku tetap menghormati mereka dengan apa yang mereka yakini. Di sini pun kita samasama belajar untuk menghormati apa yang diyakini oleh orang lain, tanpa harus memaksa orang lain mengikuti apa yang kita yakini.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!