Petualangan Astral: CANDI BOROBUDUR

0
14

Petualangan Astral: CANDI BOROBUDUR

CANDI… Candi merupakan bangunan kuno yang terbuat dari batu sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja, atau tempat bagi pendeta Hindu Buddha di zaman dahulu.

 

Indonesia memiliki banyak sekali candi yang tersebar di berbagai pelosok Nusantara. Diperkirakan terdapat lebih dari 2.000 candi dan mungkin jumlahnya akan terus bertambah seiring berjalannya waktu.

 

Candi Borobudur merupakan candi yang sempat menjadi salah satu dari “7 Keajaiban Dunia” dan hingga saat ini menjadi tempat berkumpulnya para penganut Buddha dari seluruh dunia untuk melakukan perayaan hari raya Waisak, serta menjadi tempat wisata favorit, baik untuk wisatawan domestik maupun asing.

 

Indonesia merupakan negara yang begitu kaya. Kaya akan keindahan alamnya. Kaya akan budayanya. Kaya akan sumber daya alam mineralnya dan masih banyak kekayaan yang dimiliki oleh Nusantara kita. Termasuk di dalamnya, kekayaan peninggalan tempat dan benda-benda bersejarah.

 

Salah satu tempat bersejarah paling terkenal di Indonesia, bahkan sampai mancanegara adalah candi Borobudur. Ia merupakan candi Buddha terbesar di dunia. Candi ini terletak di Jalan Badrawati, kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah.

 

Candi Borobudur pertama kali dibuka pada tahun 1982 sekaligus diresmikan oleh Presiden Soeharto. Awalnya candi ini terkubur oleh tanah dan pertama kali ditemukan oleh gubernur jenderal Raffles saat Belanda masih menjajah Indonesia. Barulah kemudian di tahun 1973, pemerintah Indonesia mengajukan kepada UNESCO untuk melakukan pemugaran besar-besaran.

 

Proses pemugaran dilakukan dari tahun 1975 hingga 1982, hingga akhirnya diizinkan dibuka untuk masyarakat secara umum. Sampai saat ini, ia merupakan salah satu tempat wisata favorit yang ada di pulau Jawa. Di hari libur panjang, pengunjung bisa mencapai angka 16.000-an orang dalam sehari.

 

Bagi kalian yang jauh dengan lokasi tempat candi ini berada, kalian tidak perlu khawatir. Sudah banyak pihak yang membuat virtual tour yang bisa diakses siapapun secara gratis. Jadi sebelum berkunjung langsung ke lokasi aslinya, kita memiliki gambaran mengenai suasana yang sebenarnya.

 

Sejarah tentang candi ini pun sudah banyak tersedia di internet. Jadi kalian bisa membaca sendiri jika ingin mengetahui sejarahnya lebih dalam. Selain membaca sejarah versi umumnya, mungkin kalian akan menikmati versi yang disajikan oleh KH. Fahmi Basya, seorang matematikawan muslim yang juga seorang dosen di salah satu Universitas Islam di Jakarta.

 

Beliau telah melakukan penelitian selama 33 tahun terkait candi Borobudur. Waktu yang tentunya amat sangat lama. Dari penelitian yang dilakukannya, ia pun menarik sebuah simpulan bahwa candi Borobudur merupakan peninggalan nabi Sulaiman. Sebuah simpulan yang begitu bertentangan dengan versi umumnya.

 

Menurutku, apa yang diutarakan beliau begitu berani. Hasil penelitian puluhan tahun tersebut disarikan dalam buku beliau yang berjudul “Borobudur & Peninggalan Nabi Sulaiman”. Buku yang menarik untuk dibaca mengingat banyak hal yang mencengangkan di dalamnya.

 

Kalian bisa membeli bukunya sebagai koleksi atau membaca buku digitalnya di aplikasi Ipusnas secara gratis. Seandainya kalian merasa tidak cocok dengan hasil penelitiannya, kuharap kalian bisa menghargai serta menghormati jerih payah penelitian yang telah beliau lakukan, tanpa adanya hujatan atau cacian terhadap beliau secara personal.

 

Mencaci seorang ilmuwan di kolom komentar media sosial menurutku adalah tindakan bodoh. Jika tak setuju dengan hasil penelitiannya, minimal buatlah buku tandingan yang membantah isi buku beliau. Bukan hanya berani bicara negatif, apalagi menyerang secara personal di kolom komentar.

 

Aku sendiri belum pernah mengunjungi candi Borobudur secara langsung. Saat keluargaku mendapatkan kesempatan untuk liburan sekeluarga ke sana, sayangnya aku tengah menempuh studi di luar kota. Jadinya hanya aku yang tak ikut berwisata ke sana.

 

Perjalananku ke candi Borobudur secara astral, tak memiliki tujuan khusus. Aku hanya ingin mengetahui rahasia yang tersimpan di dalamnya. Rahasia yang mungkin belum banyak orang mengetahuinya. Ini membuatku bisa menilai lebih netral apa pun yang kualami selama berkunjung secara astral ke sana.

 

Kupilih Sramvita dan Mynthalla yang menemani perjalananku kali ini. Untuk pertama, kami memilih waktu di saat candi belum dibangun. Aku melihat sosok seorang pria yang berpenampilan mewah, dengan hiasan kepala seperti mahkota berwarna keemasan. Ia tengah duduk dengan menaikkan lututnya yang sebelah kiri. Tampaknya ia tengah memikirkan sesuatu.

 

Selanjutnya, visual yang kudapatkan minim sekali. Mynthalla yang membantuku untuk mengorek informasi yang ingin kuketahui. Pendengaranku menjadi satu-satunya yang bisa kuandalkan.

 

Rupanya pria yang berpenampilan pakaian kehormatan itu seorang raja yang memerintah di daerah setempat. Sekilas bisa kulihat wajahnya. Ia memiliki kumis dan janggut pendek yang sebagiannya sudah memutih. Mungkin usianya sekitar akhir 40-an atau awal 50-an.

 

Dirinya mendapatkan sebuah wangsit untuk membangunkan sebuah monumen yang menggambarkan visual yang pernah ia lihat sebelumnya. Maka ia pun menunjuk seseorang yang ia percaya memimpin proyek pembangunan monumen tersebut. Bisa kita katakan, ia seperti mandor yang akan mengepalai proyek ini serta mengawasi proses pembangunan agar sesuai dengan keinginan sang raja.

 

Aku menangkap impresi dari sang mandor ini bahwa ia seorang yang sangat cerdas. Gambaran visual sang raja yang kemudian diceritakan kepadanya, seolah tergambar pula dengan jelas dalam pikirannya. Setiap kali memandu para pekerja untuk membuat satu per satu bagian dari monumen tersebut, sang mandor mengajak pula anak laki-lakinya untuk belajar dan memperhatikan.

 

Rupanya sang mandor sudah menyadari bahwa untuk membuat monumen hingga selesai, membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Maka dari itu, ia mewariskan ilmunya kepada sang anak untuk bisa melanjutkan proyek yang dipimpinnya selepas ia tiada. Dan begitu seterusnya. Amanat memimpin proyek pembangunan monumen ini diberikan secara turun temurun, sehingga semua bagian dari monumen tersebut bisa runut dan utuh, dari awal hingga bagian akhirnya. Monumen inilah yang kita kenal sekarang sebagai candi Borobudur.

 

Uniknya posisi candi Borobudur ini terletak di antara dua pasang gunung, yaitu Merbabu-Merapi dan Sindoro-Sumbing. Pemilihan tempat ini tidak sembarangan. Karena tanah yang dibangun candi Borobudur di atasnya ternyata cenderung lebih stabil dibandingkan dengan daerah lainnya. Sehingga saat terjadi gempa bumi, daerah tersebut akan minim sekali terkena dampaknya. Ini menjadi penting agar bangunan candi bisa bertahan dalam kurun waktu yang lama.

 

Beberapa saat aku memperhatikan orang-orang yang bekerja membangun candi. Mereka melakukan pekerjaan tersebut memang atas titah sang raja. Namun mereka tak melakukannya secara terpaksa. Di masa itu, sang raja memimpin wilayahnya dan mampu membawa kerajaannya pada masa-masa kejayaan. Rakyatnya hidup dalam kemakmuran dengan semua kebutuhan yang terpenuhi.

 

Bahkan aku menangkap kesan, para pekerja bekerja bukan hanya semata-mata mendapatkan imbalan dari sang raja, namun juga ada rasa terima kasih yang ingin mereka ungkapkan melalui kesetiaan mereka pada raja tersebut. Aku jadi sedikit iri dengan apa yang terjadi di masa lalu. Sesuatu yang saat ini sudah sangat jarang kutemui.

 

Tak lama setelah itu, aku merasa mendapat sebuah impresi bahwa candi Borobudur ini memiliki kaitan dengan Shambala.

 

“Mynthalla, apa pembangunan candi ini ada kaitannya dengan Shambala? Kok aku merasa ada benang frekuensi yang menghubungkan antara tempat ini dengan Shambala,” ujarku merasa sedikit heran.

 

“Ya, memang ada,” jawab Mynthalla.

 

“Apa kamu mau menelusurinya?” tanya Sramvita.

 

“Hmm, kurasa ya. Aku penasaran apa hubungan antara keduanya.”

 

Di saat hendak berpindah mengikuti frekuensi Shambala yang kurasakan, tubuhku terasa terhalang oleh sesuatu yang membuatku tak beranjak dari tempat asalku. Ada sebuah energi yang seperti menahan diriku untuk tak mampu mengakses tempat yang bernama Shambala itu.

 

Shambala sendiri merupakan tempat suci yang diyakini keberadaannya menurut kepercayaan Hindu dan Buddha. Ia merupakan tempat tersembunyi yang lokasinya berada di antara gunung Himalaya dan gurun Gobi. Shambala merupakan kawasan bagi orang-orang yang telah mencapai pencerahan diri dan jiwa.

 

“Huft, kurasa aku tak bisa memasuki Shambala,” keluhku setelah berkali-kali mencoba untuk menembus dimensi Shambala.

 

“Mungkin kita bisa menggunakan cincin yang baru kamu terima,” ungkap Sramvita kepadaku.

 

Beberapa hari yang lalu saat kami hendak berangkat ke Gunung Padang, guru Ramaditha memberikanku sebuah cincin keemasan. Beliau mengatakan, cincin itu bisa menjadi alat akses agar aku bisa menelusuri peradaban tertua di Gunung Padang tanpa adanya hambatan. Karena tidak semua orang diberi izin untuk bisa memasuki masa peradaban tertua Gunung Padang.

 

Sayangnya, aku belum melanjutkan penelusuranku ke Gunung Padang. Sebenarnya, sebelum memutuskan untuk meneliti candi Borobudur, aku bersama guru Ramaditha, guru Abimana, dan Guntrasaka sudah lebih dulu mengunjungi Gunung Padang. Dan seharusnya tempat itulah yang lebih dulu kami telusuri. Namun, karena merasa masih ada kepingan puzzle yang belum lengkap untuk kami menguak Gunung Padang, akhirnya aku menundanya.

 

“Aku tidak tahu cara menggunakannya,” kataku sambil memandang cincin tersebut.

 

Namun sesuatu yang tak kuduga sebelumnya terjadi. Cincin itu kemudian membesar dan menjadi sebuah stargate dengan bentuknya futuristik dan terkesan canggih. Aku terkesiap melihat perubahan cincin yang ternyata sebuah stargate. Dari situlah aku baru memahami maksud perkataan guru Ramaditha saat memberikan cincin tersebut kepadaku.

 

Tanpa perlu diatur, stargate tersebut tersambung ke dimensi Shambala dan siap membawa kami ke sana.

 

“Sepertinya harus ada orang yang menjaga benda ini di sini agar tak ada selain kita yang memasukinya,” ungkap Mynthalla.

 

“Maksudmu?” Aku keheranan, tak terlalu mengerti yang Mynthalla maksudkan.

 

“Siapa pun bisa memasuki portal dimensi yang dibuat oleh benda ini. Akan sangat berbahaya jika ada yang masuk sembarangan. Kalian berdua pergilah. Aku akan menjaga benda ini agar tak ada orang lain yang masuk.”

 

“Apa sebaiknya kita tidak kembali saja dulu ke basecamp dan meletakkan benda ini di sana?” Aku memberikan usulan.

 

“Tidak perlu. Semakin dekat kita dengan sumber frekuensi, semakin kuat koneksi benda ini dengan Shambala,” timpal Mynthalla.

 

Aku mengangguk, kemudian memberikan isyarat kepada Sramvita untuk melewati stargate yang berada di depan kami. Setelah memasuki dimensi Shambala, kami berada di sebuah lembah dengan air terjun yang sangat tinggi. Suasananya asri sekali dan udaranya pun masih begitu segar.

 

Kami berdua berjalan tanpa tahu arah tujuan. Sambil berjalan, kusapukan pandanganku ke sekeliling yang didominasi warna hijau tumbuhan dan pepohonan. Selang beberapa menit, kami mendekati seorang wanita yang menggunakan pakaian sejenis kain satin atau sutra yang mengilap berwarna merah muda. Dari vibrasi energinya, ia sepertinya seorang dewi.

 

Aku pun menyapanya terlebih dulu.

 

“Perkenalkan kami dari Innercore Kendan, planet Bumi. Namaku Vantrala dan ini Sramvita.”

 

“Aku sudah tahu itu tanpa harus kalian menyampaikannya,” ujarnya dengan nada bicara tanpa ada kesan sombong sedikit pun.

 

“Boleh kami tahu siapa nama dewi?”

 

“Srimapadha.”

 

Selanjutnya aku menceritakan apa yang sedang kami lakukan di candi Borobudur dan mendapat frekuensi ke Shambala.

 

“Artinya, raja yang memerintahkan untuk membuat monumen candi mendapatkan pesan yang berasal dari Shambala ini? tanyaku pada Dewi Srimapadha.

 

“Benar.”

 

“Untuk tujuan apa?”

 

“Monumen itu sebagai pengingat bagi manusia untuk meraih kesadaran tertinggi.”

 

“Saya ingin tahu relief-relief yang digambarkan di candi tersebut menggambarkan hal apa sebenarnya?”

 

“Semuanya merupakan rangkaian serta rangkuman gambaran dari berbagai macam hal yang dilakukan oleh manusia. Gambaran kebaikan, keangkaramurkaan, proses pendewasaan serta pencapaian kesadaran. Mereka perlu mencapai kesadaran tertinggi agar bisa memahami hakikat dari segala sesuatu. Sadar akan siapa diri mereka. Sadar siapa yang telah menciptakan mereka. Sadar akan pentingnya menjaga dan merawat alam sekitar.”

 

“Saya paling tertarik dengan bagian-bagian teratas dari monumen candi yang terdapat patungpatung para pertapa. Siapa sebenarnya mereka?”

 

“Itu adalah gambaran dari mereka yang telah mencapai kesadaran tertinggi. Merekalah yang telah mengenal diri. Mereka yang telah menemukan kedamaian dan kebahagiaan dari dalam diri sejati mereka.”

 

“Apakah orang-orang yang tinggal di Shambala ini merupakan orang-orang yang telah mendapatkan kesadaran tertinggi yang Anda maksudkan tadi?”

 

“Benar.”

 

“Jadi semua orang yang telah mencapai level tersebut akan tinggal di sini?”

 

“Tidak harus di sini. Tempat ini hanyalah salah satu tempat di antara sekian banyak tempat bagi para manusia berkesadaran tinggi. Jangan kalian kira tempat ini satu-satunya tempat. Masih banyak tempat lainnya yang memiliki frekuensi dan dimensi yang sama dengan tempat ini.”

 

Sejenak, aku mencoba untuk memeriksa tingkatan dimensi dari Shambala ini. Dari apa yang kudapatkan dari abstrak alam, Shambala berada di dimensi 13. Dimensi yang bahkan lebih tinggi dari Innercore Kendan.

 

“Apa mungkin Anda pun sebenarnya manusia seperti saya sebelumnya?” Aku melanjutkan pertanyaan yang masih tersisa di kepala.

 

“Ya, aku berasal dari bangsa Tatar yang saat ini wilayahnya dikenal dengan negara Turki.”

 

Selanjutnya aku melontarkan sebuah pertanyaan iseng, “Bisakah saya tinggal di Shambala saat ini?”

 

“Tidak, kamu masih perlu banyak belajar. Kamu

 

belum siap untuk tinggal di tempat seperti ini,” jawab Dewi Srimapadha.

 

Aku tersipu malu mendengar jawaban yang diberikannya. Ya, memang aku pun merasa masih sangat jauh dari level kesadaran tertinggi.

 

“Tapi kenapa ya saya bisa masuk ke sini jika memang saya belum memenuhi kriteria dan pantas untuk bisa berada di sini?”

 

“Itu karena Sang Pencipta Segalanya memberikanmu izin untuk ke sini. Dan dengan hal itu, kamu pun bisa mengenal tempat ini.”

 

Lebih lanjut Dewi Srimapadha menjelaskan alasan lain mengapa aku bisa mengakses Shambala, yaitu agar orang-orang yang nantinya membaca catatanku tentang tempat tersebut menjadi lebih termotivasi untuk menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu, serta menjadi manusia versi terbaik dari mereka sendiri.

 

Tiba-tiba aku teringat pernyataan seorang entitas yang pernah kutemui saat menelusuri Antarktika terkait Shambala.

 

“Oh ya, saya pernah dengar bahwa Shambala menjadi penyeimbang dari apa-apa yang dilakukan oleh beberapa pihak di Antarktika yang ingin berbuat huru-hara di muka bumi ini. Apa benar demikian?”

 

“Manusia harus berusaha dengan kekuatannya sendiri untuk menjalani dan menghadapi masalahnya sendiri. Jika memang pihak mereka sudah melewati batas, kami tentunya tidak akan tinggal diam. Tinggal bagaimana manusia mampu mengendalikan dirinya masing-masing. Dan itulah yang terpenting.”

 

Perjalananku menelusuri candi Borobudur benarbenar di luar dugaanku. Aku tak pernah menyangka bahwa candi tersebut memiliki koneksi dengan Shambala.

 

Begitupula dengan makna gambaran besar dari candi Borobudur sendiri yang ingin mengingatkan manusia untuk berproses dan bergerak menuju pencerahan, meningkatkan kesadaran hingga pada titik tertingginya.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!