Psikologi: HATI-HATI DENGAN PUJIAN
Katakanlah, “Segala puji bagi Allah yang tidak mengangkat seorang anak, tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya, dan tidak memerlukan penolong dari kehinaan! Agungkanlah Dia setinggi-tingginya! (QS. Al Isra: 111).
Bismillahirrahmanirrahim
Siapa sih yang gak suka kalo dipuji sama orang lain? Ya mungkin ada aja ya memang orang yang gak suka kalo dirinya dipuji. Tapi kayaknya kita sebagai manusia pada umumnya emang seneng kalo dapat pujian. Entah itu dipuji karena bisa mengukir prestasi, berhasil mencapai target yang ingin diraih, atau bisa jadi karena kita memiliki potensi yang tidak dimiliki oleh orang-orang di sekitar kita.
Sebagai muslim, kita perlu menyadari alias sadar diri bahwa sebenarnya keberhasilan yang kita capai dalam kehidupan ini bukanlah semata-mata karena diri kita. Melainkan semuanya atas karunia dari Sang Maha Pencipta, Allah subhanahu wa ta’ala.
Maka dari itulah, kalo misalkan ada orang lain yang memuji diri kita, maka yang harus kita lakukan adalah mengembalikan pujian tersebut kepada Allah semata. Karena segala puji pada hakikatnya hanya milik-Nya.
Gimana caranya?
● Kita bisa ucapkan kalimat tahmid, alhamdulillah.
● Kemudian ungkapkan juga, hadzaa min fadhli Rabbii, yang artinya “Ini adalah karunia dari Tuhanku.”
● Tambahkan pula pernyataan pengingat diri bahwa kita masih banyak memiliki kekurangan yang mungkin luput dari pandangan orang-orang.
Oh ya, ungkapan hadzaa min fadhli Rabbii tuh diucapkan oleh nabi Sulaiman ‘alaihis salam ketika beliau mendapatkan karunia yang begitu besar dari sisi Allah. Dalam ungkapan ini ada beberapa makna yang sangat dalam. Apa saja makna yang tersirat dari ungkapan ini?
Pertama adalah makna akan pengakuan bahwasanya segala sesuatu yang kita miliki atau dapatkan, itu sejatinya berasal dari Allah dan milik Allah. Kita di dunia pada hakikatnya gak punya apa-apa dan makhluk yang begitu lemah di hadapan-Nya.
Makna tersirat yang kedua adalah pengungkapan rasa syukur atas karunia yang telah Allah berikan kepada kita. Ingat lho ya, Allah memberikan karuniaNya kepada mereka yang Dia kehendaki. Artinya suka-suka Allah.
Jadi jangan suka protes kalo ngerasa udah ibadah full, tapi masih belum dapetin apa yang kita mau. Bisa jadi karena apa yang kita inginkan itu gak baik buat kita atau cuma masalah timing aja. Yakin aja kalo Allah selalu ngasih yang terbaik buat diri kita.
Lalu makna tersirat yang ketiga dari ungkapan hadzaa min fadhli Rabbii adalah peluruhan rasa kesombongan diri. Banyak orang yang kejebak dalam kesombongan ketika ada yang memujinya. Merasa dirinya lebih baik dari yang lain hingga sampai mengganggap rendah selain dirinya. Nah ini bahaya banget tentunya. Maka dari itu, dengan ungkapan ini artinya kita membersihkan hati dari sifat takabur yang bisa menggelincirkan kita pada kenistaan.
Pujian dari orang lain kepada kita gak selamanya tulus lho. Memang pada dasarnya pujian yang diberikan itu merupakan sebuah apresiasi bagi orang yang dipuji. Selain itu, pujian pun dapat memberikan tambahan motivasi. Akan tetapi ada juga yang memuji dengan maksud yang kurang atau bahkan tidak baik.
Misalkan ada orang yang memuji dengan niat agar dirinya diperhatikan oleh kita. Ini biasanya dilakukan dalam rangka modus upaya PDKT (baca: pendekatan) secara personal. Mungkin dia naksir dengan kita. Tapi biasanya pujian dari orang yang punya niatan seperti ini rasanya tidak objektif dengan keadaan yang ada atau dengan kata lain memuji terlalu berlebihan.
Ada juga yang memuji dengan tujuan tersembunyi seperti untuk memanfaatkan atau membuat kita terlena dengan pujian. Karena seringkali pujian membuat manusia jadi lalai akan kekurangan yang ada pada dirinya. Jika sudah terbuai, potensi dirinya pun tak lagi keluar sebagaimana biasanya.
Dalam Islam, kita tidak boleh memuji orang lain secara berlebihan. Itu karena pujian yang berlebihan malah akan masuk ke ranah dusta. Seperti melebihlebihkan dari apa yang sebenarnya. Selain itu biasanya frekuensinya dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang singkat.
Terkait hal ini, ada sebuah riwayat dari Abu Ma’mar yang menyatakan bahwasanya Rasulullah shallallahu “alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menyiramkan pasir ke wajah orang-orang yang memuji.” (HR. Muslim)
Sebagian ulama mengamalkan hadits ini secara tekstual. Saat ada yang memuji mereka, para ulama ini menyiramkan pasir kepada yang memberikan pujian. Namun ada juga yang berpendapat bahwa hadits ini bisa dimaknai secara kontekstual. Menyiramkan pasir ke wajah merupakan simbolisme dari asal-usul manusia yang berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Jadi tidak ada yang patut untuk disombongkan atas karunia Allah yang Dia titipkan kepada kita.
Jadi boleh gak sih memuji orang lain dengan niatan memberikan apresiasi? Sebetulnya boleh aja asal ada hal-hal yang perlu diperhatikan.
Di antaranya adalah pujian harus sesuai dengan kenyataan dan tidak dibuat-buat. Sebisa mungkin sampaikan secara spesifik apa yang membuat kita kagum dari apa yang kita puji.
Misalkan:
“Maa syaa Allah, presentasi kamu barusan keren banget. Paparannya lengkap dan penjelasannya gampang buat dipahami.”
Jangan memuji untuk menjatuhkan. Seperti yang tadi disampaikan, pujian terkadang membuat orang merasa berada di atas angin, sulit menerima kritikan dan lengah terhadap kekurangan.
Dan di saat kita dipuji maka sikap kita adalah bersyukur atas kelebihan yang Allah berikan. Mengembalikan pujian hanya kepada Allah. Tidak terlena atau larut dalam pujian sehingga lupa diri dan terakhir jadikan pujian tersebut sebagai motivasi agar diri semakin baik lagi dari waktu ke waktu.
Pujian yang tulus seperti air hujan yang menyegarkan tanaman, sementara pujian yang berlebihan ibarat gula yang membuat gigi jadi berlubang. Maka berhati-hatilah terhadap setiap pujian yang datang, karena dampak positif atau negatifnya kembali ke masing-masing diri kita.
“Sesungguhnya pujian itu seperti sembelihan (bisa membinasakan).” (Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu). Wallahu a’lam bissawab. ©️
.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!