Panggonan Wingit: KERAJAAN GAIB WADUK MALAHAYU, BREBES
PERISTIWA yang terjadi hampir lima belas tahun silam itu sampai sekarang masih membekas di benak warga sekitar. Tepatnya, sekitar tahun 1991.
Saat, orang-orang sedang merayakan liburan setelah hari raya Idul Fitri. Waduk Malahayu yang luasnya mencapai puluhan hektar itu dipenuhi lautan manusia. Baik tua maupun muda, lelaki ataupun perempuan. Tak ayal waduk yang dibangun hampir 30 tahun yang lalu itu menjadi ajang pesta rakyat besarbesaran. Beberapa orang berderet di pinggir danau menatap air yang luas. Sementara yang lain sedang bersenang-senang sambil berenang di tepian danau.
Beberapa perahu wisata berderet menunggu orang-orang yang ingin berwisata mengelilingi danau. Saat itulah beberapa orang dari rombongan yang berbeda menyewa hampir lima perahu untuk berkeliling mengelilingi danau.
Untung tak dapat di raih malang tak dapat ditolak. Ketika perahu mereka sampai ke tengah danau, tiba-tiba salah satu perahu menabrak sesuatu yang ada di dalam air. Tak ayal, perahu tersebut langsung terjungkal dan tengggelam. Padahal satu perahu di isi oleh dua puluh orang lebih.
Belum habis rasa kaget orang-orang yang menunggangi perahu di belakang mereka, di perahu ke dua yang sarat muatan pun menyusul tenggelam. Kontan saja orang-orang yang ada di perahu berteriak histeris dan panik. Beberapa orang yang merasa dapat berenang dan melihat keluarganya tenggelam segera menceburkan diri untuk menolong. Tapi entah kenapa orang orang yang mencoba untuk menolong tiba-tiba ikut tenggelam bagai tersedot pusaran air.
Kejadian itu membawa korban yang cukup banyak. Jumlah yang tewas mencapai lima puluh orang lebih…
Berangkat dari kejadian tersebut penulis menyusun sebuah rencana untuk mengungkap mistik waduk Malahayu. Di temani Otong dari perguruan Sabdo Langit,
penulis coba untuk menembus alam astral Waduk Malahayu.
Sabtu siang. Cuaca agak mendung. Angin selatan bertiup kencang menerpa dedaunan ketika penulis sampai di lokasi. Kondisi waduk akhir-akhir ini menjadi sepi. Waktu libur pun tidak banyak pengunjung. Tukang-tukang perahu yang dahulu ramai melayani orangorang berwisata, setiap hari harus rela dengan rejeki yang pas-pasan. Mereka hanya melayani tamu yang akan memancing di seberang waduk.
Penulis mendekati salah seorang tukang perahu yang sedang duduk merenung seorang diri. Namanya Pak Tomi, usianya sekitar lima puluh tahunan. Mata orang tua ini sedang menerawang jauh memperhatikan riak air waduk yang tenang, yang sudah banyak merenggut nyawa, baik akibat kecelakaan perahu atau mereka yang berenang.
“Sejak kecelakaan besar-besaran itu, memang lokasi ini bertambah sepi,” keluh Pak Tomi.
Penulis dapat memahami arah pembicaraan Pak Tomi. Raut mukanya yang sedih menggambarkan kepahitan hatinya. Sepi pengunjung berarti para tukang perahu yang mengais rejeki di tempat ini menjadi berkurang penghasilannya.
Menurut Pak Tomi, kecelakaan yang merenggut banyak nyawa tersebut di sebabkan oleh sesuatu yang gaib. Dia pernah mendengar bahwa kecelakaan perahu itu disebabkan oleh seekor ular yang sangat besar. Yah, perahu tersebut menabrak ular ketika sedang berkeliling. Benarkah demikian?
Menurut kisah yang berhasil dihimpun penulis, jauh sebelum waduk Malahayu dibangun oleh pemerintah 35 tahun yang lalu, seorang petani bernama Jaminar sedang mencangkul sawahnya. Dia tidak pernah mengira bahwa mata cangkulnya mengenai ekor ular hitam yang sedang mendekam di tempat tersebut. Ular itu pun menggelepargelepar karena sebagian ekornya terpotong, Melihat kejadian tersebut Jaminar sangat kaget. Karena merasa bersalah tangannya segera meraih si ular untuk menolongnya. Dan anehnya, ular itu sangat jinak.
Diceritakan, ular itu kemudian segera diobati oleh Pak Jaminar dengan ramuan yang dibuat dari dedaunan. Pak Jaminar pun segera melepaskan ular tersebut setelah dia mengobati luka tubuhnya yang terpotong, lalu dibalut kain.
Aneh sekali, beberapa hari kemudian ketika Pak Jaminar sedang mencangkul di ladangnya, dia terkejut karena ada seekor ular yang melata ke arahnya. Ular buntung pada bagian ekornya.
Menyadari beberapa hari sebelumnya, Pak Jaminar pun tersenyum, sebab rupanya ular tersebut adalah ular hitam yang dulu terpotong ekornya oleh mata cangkul miliknya. Sepertinya, ular itu bermaksud mengucapkan terimakasih karena ekornya yang diobati oleh Pak Jaminar telah sembuh.
Sejak saat itu terjadilah persahabatan yang musykil antara Jaminar dan ular buntung hitam. Konon, hampir setiap kali Jaminar ke ladang ular tersebut selalu datang menyapanya untuk beberapa menit. Seolah-olah mereka dapat bercakap-cakap layaknya dua sahabat. Tentu saja percakapan itu dilakukan secara batin hingga tumbuh rasa saling menyayangi. Hal ini berlangsung sampai Jaminar meninggal dunia.
Meski sang sahabat sudah meninggal, anehnya ular tersebut masih sering terlihat di ladang Jaminar. Sementara itu, seiring dengan sang waktu, ular itu makin lama makin bertambah besar. Sampai kenudian datanglah rencana pemerintah untuk membangun sebuah waduk. Ladana Jaminar vana ditunaaui oleh Ular hitam buntung itupun terkena proyek pembangunan waduk. Waduk tersebut berfungsi untuk menampung air hujan dari hutan penggarapan, sekaligus menjadi sumber pengairan bagi ribuan hektar sawah di sekelilingnya.
Sejak ada pembangunan waduk, seolah-olah ular buntung tersebut raib di telan bumi. Tidak terdengar lagi ada orang yang melihat keberadaan ular itu. Sampai kemudian pembangunan waduk itu selesai dan mulai difungsikan untuk kepentingan masyarakat.
Kebanyakan dari penduduk yang tinggal di sekitar waduk beralih profesi dari petani menjadi penangkap ikan di waduk tersebut, dengan menggunakan jala yang dipasang dengan bantuan jukung (kano).
Waduk Malahayu memang terkenal dengan ikan gabusnya yang besar-besar dengan jumlah tak terbatas. Di samping itu ada juga ikan mujair dan lainnya.
Namun, suatu ketika banyak pencari ikan yang sering mengalami kejadian aneh. Pak Tomi, misalnya. Kepada Misteri dia menceritakan kalau di waduk tersebut dirinya pernah berjumpa dengan seekor ular yang sangat besar, hingga dia tidak bisa memastikan berapa panjangnya. Meski ular itu tidak mengganggunya tapi kemunculannya menyebabkan Pak Tomi sangat ketakutan.
Konon, biasanya kemunculan ular misterius tersebut pada malam hari ketika para pencari ikan sedang memasang jala. Menurut Pak Tomi, yang membuat ular tersebut terkesan bukan ular biasa adalah di samping besar tubuhnya, juga bisa berdiri tegak di atas permukaan air.
Seandainya itu benar, tentu ular dimaksud adalah ular yang sangat langka. Bisa jadi ular ini adalah ular siluman.
Menurut kesaksian penduduk sekitar, waduk Malahayu ini memang banyak dihuni oleh siluman air. Terutama siluman ular. Siluman ular tersebut ada yang datang dari Gunung Batu Karuk atau Bukit Songgom.
Ketika penulis memastikan apakah ular tersebut adalah ular buntung sahabat Pak Jaminar, Pak Tomi memastikan bukan, Menurutnya, ular besar yang pernah ditemuinya mempunyai ekor.
Meski demikian, ular siluman yang telah melegenda di kalangan masyarakat sekitar adalah ular buntung sahabat Pak Jaminar. Meskipun kemunculannya jarang, tapi sekali muncul kerap membuat heboh. Kabar terakhir tentang kemunculuan ular buntung ini adalah saat peristiwa menghebohkan di tahun 90-an tadi. Di kabarkan ular tersebut menjadi sebab tewasnya limapuluh orang lebih pengunjung waduk Malahayu. Perahu-perahu wisata yang sedang mengelilingi waduk itu menabrak tubuhnya sehingga terjungkal dan penumpangnya tenggelam.
MISTERI SEPASANG PENGANTIN
Pintu air utama waduk Malahayu terkenal sangat angker. Di samping bermukim berbagai siluman penunggu waduk, menurut cerita di tempat ini pernah ada sepasang pengantin bunuh diri, Menurut warga sekitar, sepasang pengantin yang bunuh diri itu warga keturunan Cina.
Mendengar kisah ini penulis jadi tertarik. Pasalnya, menurut kebiasaan jika suatu tempat pernah dijadikan ajang bunuh diri dapat dipastikan akan mengandung energi negatif yang sangat besar. Energi tersebut disebabkan oleh makhluk-makhluk yang membentuk suatu koloni atau kerajaan.
Sedang beberapa kasus percobaan bunuh diri yang pernah digagalkan, penulis memberikan sinyalemen bahwa si pelaku umumnya dipengaruhi oleh suatu kekuatan mahluk halus. Biasanya mahluk halus tersebut menjanjikan tempat atau kehidupan yang lebi baik dari yang mereka dapatkan di dunia ini.
Berdasarkan fakta itulah penulis segera mengunjungi pintu air utama waduk Malahayu. Apa yang penulis dapatkan dari deteksi di tempat tersebut ternyata sangat mencengangkan. Aura yang berpendar di sekitar pintu air didominasi warna kuning, sebuah warna yang menjadi simbol bagi koloni mahluk halus jenis siluman ataupun dhanyang. Bisa jadi pintu air waduk Malahayu juga merupakan pintu gaib menuju kerajaan makhluk halus yang besar.
Otong, supranaturalis muda yang setia mendampingi Misteri segera berkonsentrasi untuk mengundang Eyang Sapu Jagad, sosok gaib yang sudah diijazahkan untuk dirinya dari perguruan Sabdo Langit. Kami mencoba mendeteksi sepasang pengantin yang melepaskan kehidupannya di tempat ini. Berdaasarkan keterangan yang didapat dari Eyang Sapu Jagad maka diperoleh keterangan bahwa memang ada sepasang pengantin yang pernah bunuh diri di tempat ini. Menurut Eyang Sapu Jagad, sepasang pengantin tersebut bunuh diri karena putus asa terhadap keluarganya. Mei Lin, seorang warga keturunan menikah dengan seorang keturunan Jawa, tapi pernikahan tersebut tidak direstui oleh orang tua mempelai wanita. Bahkan mereka mencoba memisahkan kebahagiaan Mei Lin dan kekasihnya.
Usaha untuk memisahkan sepasang sejoli ini membuat malu Mei Lin dan suaminya, hingga mereka nekad melarikan diri dari keluarga dan mengakhiri hidupnya secara tragis.
Dalam alam gaib waduk Malahayu sepasang pengantin tersebut kini di jadikan anak angkat Dewi Arum Sari atau yang terkenal dengan nama Dewi Kemuning, salah satu anak angkat Ratu Pantai Selatan yang ditugaskan untuk menjaga titik lokasi energi gaib komunitas waduk Malahayu.
Lewat deteksi gaibnya Otong, sang supranaturalis yang mendampingi Misteri juga menyimpulkan bahwa memang waduk Malahayu dikuasai oleh sosok ratu siluman bernama Dewi Arum Sari. Ratu Siluman ini bercokol persis di tengah danau, tepatnya di sekitar Tanah Merah.
Seperti yang diperkirakan sebelumnya bahwa pintu gerbang menuju kerajaan gaib waduk Malahayu persis berada di areal pintu air utama. Secara gaib tempat ini dijaga oleh sepasang Buto Kembar bernama Gupolo Sanar dan Gupolo Sanur. Kedua Raksasa siluman kembar ini diperintahkan oleh Dewi Kemuning untuk menyeleksi tamu yang pantas masuk ke dalam wilayah kerajaannya.
Hampir seluruh pejabat tinggi kerajaan Dewi Kemuning dikuasai oleh perempuan. Sedangkan para gaib lelaki hanya sebagai prajurit. Bahkan Ular kesayangan Dewi Kemuning bernama Dewi Sukesih. Tentang Ular Siluman yang bernama Dewi Sukesih ini, beberapa nelayan ikan dan tukang perahu wisata di tempat ini kerap menjumpainya. Seperti diceritakan, ular bernama Dewi Sukesih ini besarnya di atas normal dengan tubuh yang sangat panjang. Kadang orang hanya bisa melihat tubuhnya yang menyembul ke permukaan air tanpa tahu di mana ekor maupun kepalanya.
Konon, ular kesayangan Dewi Kemuning ini juga kerap menjelma menjadi seorang wanita yang sangat cantik yang sedang duduk-duduk di pinggir waduk, ataupun sedang melamun memandangi air.
Meskipun Ular Siluman penjelmaan Dewi Sukesih ini keberadaanya tidak mengganggu para nelayan pencari ikan, tapi tetap saja dapat menimbulkan rasa takut bukan kepalang bagi yang dikawengi (dikehendaki untuk melihatnya). Pemunculan siluman ular Dewi Sukesih ini biasanya terjadi pada pergantian hari yaitu antara subuh atau maghrib.
Ular Siluman ini diperintahkan oleh sang ratu untuk menjaga kelangsungan ekosistem ikan di waduk Malahayu. Mungkin dalam bahasa manusia Dewi Sukesih menjabat sebagai Mentri Urusan Perikanan. Sedang yang menjabat sebagai Menteri Keamanan langsung dipegang oleh sepasang raksasa kembar yang , merangkap sebagai penjaga pintu gerbang kerajaan gaib waduk Malahayu yang megah dan indah itu.
Berdasarkan hasil penelusuran penulis yang dibantu oleh supranaturalis Otong dengan menggunakan khodam Eyang Sapu Jagad, diperoleh sinyalemen bahwa titik-titik gaib yang mempunyai energi tinggi di lokasi waduk Malahayu adalah pintu air itama waduk yang di huni oleh sepasang raksasa kembar, dan Pulau Tanah Merah yang disinyalir dihuni oleh Ular Buntung sahabat Pak Jaminar.
Selain itu diujung selatan juga menjadi kerajaan siluman ular yang datang dari Gunung Batu Karuk. Salah satu siluman ular tersebut adalah Dewi Sukesih.
Yang tidak kalah penting adalah kerajaan gaib yang mempersatukan berbagai mahluk halus di tempat tersebut yang dipimpin langsung oleh Dewi Arum Sari atau Dewi Kemuning yang merupakan utusan langsung dari Ratu Pantai Selatan, Sebanyak itukah koloni gaib yang eksis di waduk Malahayu? Barangkali ada Pembaca yang dapat membuktikannya! Wallahu a’lam bissawab. ©️.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!