Kisah Mistis: JOYOBOYO RAMAL KEKACAUAN TERKINI DI NUSANTARA
BAIT-BAIT berikut ini merupakan kutipan sebagian ramalan pujangga Jayabaya, yang ditulis ratusan tahun silam. Anehnya, hingga kini masih selalu relevan, dan kebenarannya seringkali membuat kita terperangah. Berikut uraiannya:
1. Akeh wong mati jalaran saka peperangan kebingungan serta kobongan. Wong bener thenger-thenger wong salah bungah-bungah. Akeh bandha musno ora karuwan parane.
2. Akeh barang kharam, akeh bocah kharam bejane sing lali, bejani sing eling. Nanging sabeja-bejane sing lali isih beja kang eling lan waspada.
3, Angkara murka saya ndadi kana-kene saya bingung. Akeh kang kablithuk melu curang. Pedagang akeh alangane. Buruh nantang juragan, juragan dadi umpan.
4. Akeh wong mendem donga, kana-kene rebutan unggul. Angkara murka ngambraambra. Agama ditendhang, akeh wong kang angkara murka ngendelaki duraka. Ukum uga dilanggar. Prikamanungsan di-iles-iles. Kesopanan ditinggal akeh wong edan, jahat Ian kelangan akal.
Terjemahannya kira-kira sebagai berikut:
1. Banyak orang meninggal dunia karena peperangan, kebingungan dan kebakaran. Orang benar termangu-mangu, orang salah bersuka ria. Banyak harta hilang tak karuan rimbanya, banyak orang berpangkat pergi entah ke mana tanpa diketahui penyebabnya.
2. Angkara murka menjadi-jadi, di sana-sini tambah bingung. Banyak orang ikut-ikutan berlaku curang. Pedagang banyak kendalanya. Buruh menantang pengusahanya, dan pengusaha hanya jadi umpan.
3. Banyak orang mabuk doa, di sana-sini berebut unggul, angkara murka tambah menjadi-jadi, agama ditendang. Banyak orang berlaku jahat, mengandalkan kelicikannya. Hukum juga dilanggar, perikemanusiaan diinjak-injak, kesopanan ditinggal, banyak orang gila, jahat dan kehilangan akal budi.
Tak perlu kami jabarkan secara terperinci bagaimana keakuratan ramalan tersebut dengan konteks keadaan yang terjadi saat ini, di tengah-tengah Bangsa Indonesia yang sedang sakit.
Tak salah jika ramalan Jayabaya kemudian tak pernah pupus dimakan kejamnya sang zaman, yang terus berubah waktu demi waktu. Apa yang menjadi penyebabnya? Itulah yang masih perlu dikaji.
Yang sangat disesalkan, kebiasaan-kebiasaan dan naluri yang diajarkan nenek moyang kita selalu dianggap ketinggalan zaman dan berbau klenik. Alasannya karena tidak bisa dianalisa dengan logika keilmuan. Karena itu kemudian para Sarjana kita menganggap hal tersebut tidak menarik untuk dicermati. Alih-alih, banyak di antara mereka yang berpikir bahwa hal tersebut semestinya harus diberangus dari peradaban modern bangsa.
Tentu saja pendapat mereka itu tak sepenuhnya benar. Para leluhur kita dalam mengajarkan dan menurunkan ilmu, tentu saja bukan tanpa alasan. Lebih-lebih dengan maksud menyesatkan. Mereka yang hidup sangat dekat dengan alam, tentu saja bisa mafhum dengan sabda-sabda waskita tersebut.
Mungkin sinyalemen tersebut bisa diterapkan dalam menanggapi bencana alam baru-baru ini di Yogyakarta. Bagaimana tidak? Sesuatu yang mustahil menurut akal pikiran kita telah terjadi.
Mbah Marijan Reksoargo bersikukuh tidak mau meninggalkan tempat tinggalnya, meskipun dibujuk oleh siapapun yang secara logika keberadaannya sangat berbahaya. Sebaliknya, Mbah Marijan dengan keyakinannya sendiri, yang bukan karena kuliah di perguruan tinggi manapun, kecuali mengikuti ajaran yang didapat dari nenek moyangnya secara turun-temurun, diyakini kebenarannya. Hingga pendirianannya menjadi teguh tak tergoyahkan. Meskipun bila ditanya alasannya akan menjadi bengong dan layak ditertawakan oleh mereka yang merasa mampu berpikir secara modern.
Kita semua tahu, sejak pertengahan April 2006 yang lalu, hampir semua perhatian tertuju pada Gunung Merapi, gunung teraktif di dunia, yang diramalkan akan meletus dalam hitungan satu hingga dua bulan. Berbondong-bondong belabat dari pusat dan daerah, berupaya mengatasinya. Bahkan yang dengan sikap mereka yang nampak berlebihan, seolah-olah merasa paling tahu bahwa Merapi akan meletus dengan menyebabkan bencana yang dahsyat.
Apa yang terjadi kemudian? Dalam kondisi sedemikian, ternyata pada Rabu Pahing, 27 Mei, sekitar pukul 05.45 WIB, saat para warga bersiap-siap memulai kegiatan hari itu, tibatiba dikejutkan dengan gempa dahsyat yang dalam waktu singkat merobohkan rumah dan bangunan lainnya yang tak terhitung banyaknya. Juga sekitar 6000 jiwa meninggal dunia.
Hampir semua orang mungkin mengira bahwa semula hal itu dikarenakan ulah Gunung Merapi yang menjadi pusat perhatian para pejabat dan para ahli. Ternyata gempa tersebut bukan karena ulah Gunung Merapi, akan tetapi dari sumber lain di luar perhitungan sama sekali,
Karena nalar manusia tidak mampu menjawabnya, terpaksalah kembali ke cara berpikir secara irasional, dan menuntut peran serta dari para pelaku supranatural.
Mengingat selama ini ada tiga titik sentral aura mistis yang dipercaya berpengaruh atas keselamatan warga Mataram khususnya, yakni Gunung Merapi di bagian utara, kraton Ngayogyakarta Hadiningrat di bangian tengah, dan keraton Pantai Selatan di dasar samudera Hindia.
Informasi dari sumber resmi mengatakan bahwa gempa tersebut bukan jenis vulcanik, akan tetapi tektonik, berasal dari dasar samudera di Selatan. Oleh karenanya, kalangan kebatinan Jawa, khususnya, mengira ini ulah Kanjeng Ratu Kidul yang murka, karena kurang diperhatikan.
Ditafsirkan, ibarat seorang kekasih yang iri karena merasa kurang mendapat perhatian, disebabkan kita terlalu berkonsentrasi pada kegiatan Gunung Merapi. Oleh karena itulah dia murka.
Tentang sinyalemen ini, coba simak komentar para pelaku supranatural berikut:
Permadi SH: Saat ini diperkirakan masa akhir dari zaman Kalabendu. Merajalelanya keangkaramurkaan dan menuju ke zaman senang, yaitu Kalasuba. Yang terjadi sekarang adalah masa goro-goro-nya.
Seluruh Nusantara gelap-gulita dan Jakarta dalam keadaan bahaya. Sebab hal serupa berikutnya akan terjadi di Jakarta. Siapa tahu. Bila Tuhan menghendaki, apapun bisa terjadi.
Hal itu bisa terjadi di tahun belakangan, yaitu tahun 2006 dan 2007. Akan berubah menjadi baik sekitar tahun 2008. Mungkin di sini telah hadir seorang pemimpin baru, yakni Satria Piningit.
KRHT Kresno Handayaningrat: Ini merupakan awal pecahnya Keraton Solo dan Yogyakarta, yang sama-sama dinasti Mataram. Hal ini mendasarkan terjadinya kerusakan hebat di wilayah Gantiwarna Klaten, yang termasuk wilayah Surakarta.
Sesuai namanya Gantiwarna, mungkin suatu kali akan menjadi sasaran amukan lahar dari Gunung Merapi dan luapan air laut selatan. Bahkan kondisi akan tambah memanas sesudah tahun 2011.
Ny. Marheni, SE: Saya tidak setuju apabila Kanjeng Ratu Kidul dituduh sebagai penimbul gempa, karena beliau ini adalah tokoh yang dipercaya ikut menjaga keselamatan rakyat Mataram.
Jadi tidak mungkin beliau justru malah membuat kerusakan yang begitu hebat, termasuk kematian ribuan warganya. Kanjeng Ratu Kidul sebagai sosok pengayom yang baik.
Ketiga supranaturalis ini mengisyaratkan masih akan ada musibah serupa, bahkan mungkin bisa lebih dahsyat lagi. Namun entah kapan dan di mana tempatnya, masih belum jelas. Karena itu, sebaiknya kita menyikapi hal itu dengan cara introspeksi diri, bertobat atas semua dosa dan kesalahan. Wallahu a’lam bissawab. Šī¸.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
đ https://pondok-ruqyah.com/
âī¸ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!