Kisah Mistis: MENIKAHI SILUMAN ULAR DEMI KEKAYAAN

0
5

Kisah Mistis: MENIKAHI SILUMAN ULAR DEMI KEKAYAAN

Karena sering dihina, Marjo nekad bertapa di Goa Kunti. Dalam tapanya, dia ditemui oleh Dewi Anjarwati, Ratu Siluman Ular. Marjo berniat menikahi makhluk gaib ini untuk membalas sakit hatinya…

 

Marjo, sebutlah begitu, dikenal M sebagai pemuda dengan pribadi yang tertutup dan pendiam. Di lingkungan tempat tinggalnya dia tidak banyak bergaul dengan warga sekitar. Seharihari dia sibuk di ladangnya, yang berada di lereng perbukitan.

 

Dia belum beristeri, dan tinggal berdua dengan ibunya yang sudah janda. Rumahnya berupa gubuk reot. Kemiskinan, itulah yang mungkin membuatnya hidup melajang hingga di usia mendekati empat puluh tahun.

 

Namun bukan sekedar kemiskinan yang membuat Marjo dijauhi para gadis. Wajahnya yang biasa, untuk tidak menyebutnya jelek, dan pribadinya yang tertutup yang membuat gadis-gadis di desanya enggan menjadi isterinya.

 

Marjo sendiri sepertinya tidak peduli dengan status dirinya. Setiap kali ada orang yang hendak menjodohkannya dengan seorang wanita, dia tak mau menanggapinya. Bahkan desakan Ratmi, Mboknya, agar dia segera menikah tak digubris. Padahal wanita ini sudah cukup tua dan sering sakit-sakitan. Ratmi rindu menimang cucu. Dia ingin sebelum ajal menjemput bisa melihat anaknya berumah tangga.

 

Yang menjadi beban pikiran Ratmi lagi, siapa yang akan mengurus Marjo jika dirinya sudah tiada. Selama ini yang membuatkan makanan, mencucikan pakaian, dan melayani Marjo adalah Mboknya ini. Karena itu Ratmi tak ingin melihat anaknya hidup sebatang kara tanpa ada seorang pun yang menemani.

 

Karena sering didesak Mboknya untuk segera menikah, tiba-tiba Marjo pergi dari rumah. Tanpa pamit dan meninggalkan pesan apa-apa, dia menghilang begitu saja, tak diketahui ke mana rimbanya.

 

Sudah dicari di ladang dan ke seluruh pelosok desa, tak ketemu. Padahal seumur-umur Marjo jarang pergi jauh, apalagi dalam waktu lama. Ratmi jadi sedih dan kehilangan. Dia menyesal karena telah membuat puteranya marah dan pergi.

 

Tak terasa sudah lewat tujuh hari Marjo pergi dari rumah. Ratri tak tahu lagikemana mesti mencari anaknya. Dia hanya bisa berdoa dan berharap agar anaknya segera kembali. Doanya ternyata dikabulkan. Malam itu, tanpa dinyana puteranya pulang. Tapi kembalinya Marjo membawa kejutan tersendiri. Selain penampilannya yang sedikit berbeda, Marjo pulang membawa seorang gadis cantik jelita. Tanpa rasa malu, Marjo memperkenalkan gadis itu.

 

“Kenalkan, Mbok, Namanya Dewi Anjarwati. Dia calon isteriku!” Ujar Marjo dengan suara mantap.

 

Untuk beberapa saat Ratmi dibuat terpana dan terpaku. Dia seolah tak percaya mendengar pernyataan anaknya. “Gadis muda berwajah ayu, kulit putih bersih, dan pakaian yang dikenakannya sagat bagus, adalah calon isteri anakku?” Batinnya.

 

Jangan-jangan ini mimpi. Tapi Ratmi merasakan kulitnya sakit saat dicubit. Ratmi masih belum yakin, dia lalu menyeret tangan anaknya dan mengajaknya bicara empat mata di dalam kamar.

 

“Darimana kamu kenal gadis itu, Jo? Apa benar dia mau menikah denganmu?” cetusnya masih tak percaya.

 

“Tidak penting di mana kami berkenalan, Mbok. Yang penting aku suka sama dia dan dia suka sama aku. Bukankah si Mbok sendiri yang mendesak supaya aku segera kawin!” jawab Marjo mantap.

 

“Tapi, Jo. Kamu belum cerita, ke mana saja kamu pergi selama ini? Dan satu hal lagi, bagaimana dengan orang tua gadis itu, apa mereka sudah menyetujui anaknya menikah denganmu?” ”

 

“Si Mbok tak perlu khawatir. Dewi Anjarwati sudah tidak punya orangtua. Sanak saudaranya yang lain sudah menyatakan setuju. Si Mbok tak perlu tahu, ke mana saja selama ini aku pergi. Yang penting sekarang aku bisa memenuhi harapan si Mbok untuk segera menikah!”

 

Walau masih ada rasa penasaran dan pertanyaan yang ingin diajukan pada anaknya, tapi akhirnya Ratmi bisa menerima kehadiran Dewi Anjarwati. Dia mencoba ikut senang karena akhirnya keinginan melihat anaknya menikah akan kesampaian.

 

Dia lalu menjamu Dewi dengan baik. Meski hari sudah malam dan suasana sepi senyap, tapi di rumah Ratmi seolah ada kemeriahan berlangsung. Marjo dan Dewi Anjarwati terlihat bercakap mesra.

 

Menjelang dini hari, Dewi Anjarwati berpamitan pulang. Marjo hanya mengantar sampai di depan pintu. Ratmi sebenarnya sudah menahan gadis itu agar pulang besok pagi saja, tapi dia tidak mau. Ratmi

 

juga meminta Marjo untuk mengantarnya, tapi pemuda itu dengan kalem berkata, “Dia berani pulang sendiri kok, Mbok. Tidak usah khawatir!”

 

“Tapi dia perempuan, Jo. Kasihan kalau tengah malam berjalan sendiri?”

 

Marjo hanya tersenyum kecil. Dia segera mengajak Mboknya masuk ke dalam rumah. Dia meminta Mboknya untuk tidak membicarakan lagi soal Dewi Anjarwati. Pemuda itu meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dia juga memberitahu Mboknya, kalau setiap malam Dewi akan datang bertamu ke rumah mereka. Tapi Marjo meminta Mboknya tidak menceritakan kepada orang lain tentang keberadaan gadis itu di rumah mereka. Marjo khawatir nanti terjadi hal yang tidak diinginkan. Ratmi hanya bisa menuruti keinginan anaknya.

 

Begitulah, Sejak itu Dewi sering datang ke gubuk mereka pada tengah malam. Setiap kali kedatangannya selalu didahului deru angin kencang, seolah akan ada badal. Tapj begitu reda, tahu-tahu Dewi sudah ada di depan rumah dan mengetuk pintu.

 

Meski terkesan aneh dan misterius, tapi Ratmi mencoba tidak menaruh curiga. Dia pun menyambutnya dengan wajah senang. Tapi tentu saja Marjo yang paling bahagia menyambutnya. Sebagaimana orang-orang yang sedang kasmaran, Marjo dan Dewi terlihat begitu mesra.

 

Ratmi membiarkan Marjo dan Dewi berduaan di kamar. Dia pura-pura tidak tahu, apa yang dilakukan mereka berdua. Dia tidak khawatir kalau Dewi hamil, toh mereka nantinya juga bakal jadi suami isteri, Akhirnya dia bisa melihat puteranya punya pasangan, apalagi Dewi sangat cantik jelita. Bahkan rasanya, tak ada gadis di desa ini yang menandingi kecantikannya.

 

Hanya saja, sejak menjalin hubungan dengan gadis itu, Marjo kini terlihat banyak berubah. Bukan hanya sifatnya yang berubah menjadi lebih periang dan banyak omong, tapi juga perilakunya. Dia mulai suka berdanda necis dan tak pernah lagi pergi ke ladang. Tiap hari kerjanya hanya bersolek dan tiduran di atas bale-bale, asyik melamun. Hal ini membuat Ratmi jadi prihatin. Dia coba menegur puteranya yang kini jadi pemalas.

 

“Kenapa kamu tidak mau lagi menggarap ladang, Nak? Nanti kalau kamu jadi menikah dengan Dewi, dari mana kamu dapat uang untuk menghidupinya?” Demikian ujar Ratmi.

 

“Sudahlah, si Mbok tak usah cemas. Aku tidak bakal hidup kesusahan jika nanti sudah menikahi. Soalnya Dewi Itu sudah kaya raya. Aku bakal hidup kecukupan. Bahkan nanti kalau perlu si Mbok akan aku buatkan rumah yang bagus dan besar. Kita tidak akan lagi hidup miskin!” sahut Marjo.

 

Ibunya hanya bisa tertegun. Begitu yakinnya Marjo kalau hidupnya nanti bakal kecukupan walau tidak pernah bekerja. Dari mana bisa mendapatkan uangnya? Kalau benar Dewi kaya raya, kenapa gadis itu mau menikah dengan Marjo yang miskin, tidak berpendidikan, dan bertampang biasa?

 

Meski terkesan aneh dan janggal, tapi Ratmi coba meyakininya. Apalagi Marjo sering memberinya uang ratusan ribu rupiah. Ratmi sempat bertanya dari mana uang itu, tapi Marjo dengan enteng menjawab dikasih sama Dewi.

 

Kepulangan Marjo yang penuh kejutan itu bukan hanya menimbulkan tanda tanya dalam hati mboknya, tapi juga beberapa tetangganya. Meski rumah Marjo agak terpencil dan berada di ujung kampung, namun orang-orang sekampung akhirnya tahu kalau Marjo sudah kembali.

 

Mereka pun bertanya pada Ratmi jika kebetulan sedang berbelanja di warung. Mereka bukan hanya menanyakan ke mana saja Marjo pergi, tapi juga perubahan pada diri pemuda itu. Sekarang Marjo jarang pergi ke ladang dan penampilannya lebih rapi.

 

Namanya juga perempuan, mungkin karena saking senangnya, Ratmi keceplosan bicara kalau anaknya bakal menikah dengan seorang gadis Cantik. Tapi banyak orang tidak percaya dengan pengakuan Ratmi.

 

“Siapa nana calon isterinya, Mbok?” tanya salah seorang warga.

 

“Dewi Anjarwati!”

 

“Kayaknya aku belum pernah mendengar nama itu. Di desa kita ini tidak ada yang namanya Dewi Anjarwati. Memang di mana rumahnya?”

 

“Aku tidak tahu, tapi setiap malam dia selalu datang ke rumah!”

 

“Setiap malam? Memang kalau siang kenapa tidak main ke sini?”

 

“Tidak tahu kenapa! Dia maunya malam-malam!”

 

“Kok, malam! Jangan-jangan Dewi Anjarwati itu makhluk halus, Mbok!”

 

Orang-orang pun semakin heran. Sementara hati Mbok Ratmi pun jadi bimbang. Jangan-jangan apa yang dikatakan tetangganya itu benar. Soalnya semua kejadian kesannya berlangsung dengan cepat dan penuh kemisteriusan. Bayangkan, setelah tujuh hari menghilang, tiba-tiba Marjo kembali dengan membawa banyak kejutan. Berbagai keanehan dan kejanggalan terjadi. Rasanya sulit dipercaya dan tidak masuk akal.

 

Berita tentang Marjo yang mau menikah segera menyebar ke seantero desa. Yang membuat orang-orang penasaran, benarkah calon isteri Marjo orangnya cantik?

 

Kabar yang dipenuhi spekulasi ini pun berkembang luas dan menimbulkan keresahan. Pasalnya, banyak orang yang menduga-duga perkawinan Marjo dengan makhluk halus alam gaib itu didasari niat mencari pesugihan. Tanda-tanda itu sudah terlihat dari penampilan Marjo yang kini lebih necis dan selalu bawa uang banyak.

 

Apalagi kemudian ada sekelompok pemuda yang merasa penasaran dani mengintai rumah Marjo selama dua malam terlihat sesosok ular hitam besar dan panjang memasuki rumah. Mereka jadi ketakutan dan segera berlari pulang memberitahukan orang-orang.

 

Hati warga menjadi resah dan gusar. Mereka semakin yakin bahwa Marjo telah, memelihara pesugihan dengan cara mengawini siluman ular. Emosi warga yang tak tertahan seperti membeludak. Mereka beramai-ramai mendatangi rumah Marjo sambil membawa obor dan pentungan.

 

Untunglah, sebelum terjadi hal fatal, Kyai Pamungkas, seorang Kyai yang cukup berpengaruh di daerah itu dan beberapa tokoh masyarakat segera mencegah tindakan mereka. Untuk menghindari hal-hal tidak diinginkan, Pak Kyai Pamungkas dan beberapa orang perwakilan warga mendatangi rumah Marjo, Dengan cara persuasif, Pak Kyai Pamungkas mengajak bicara Marjo.

 

Ia menanyai Marjo tentang isu yang sedang berkembang di tengah masyarakat. Marjo tadinya mencoba membantah dan mengelak dituduh kawin dengan siluman ular untuk mendapatkan kekayaan. Tapi setelah didesak dan dinasehati dengan panjang lebar oleh pak Kyai Pamungkas, akhirnya Marjo mau juga mengaku.

 

“Memang benar, Pak Kyai, Saya melakukan perjanjian dengan makhluk gaib penghuni Goa Kunti di tengah Hutan Larangan. Selama tujuh hari tujuh malam saya bersemedi di sana. Saya ditemui sesosok wanita cantik yang mengaku bernama Dewi Anjarwati. Dia bersedia memenuhi keinginan saya untuk bisa mendapatkan kekayaan, asal dengan syarat mau mengawininya. Saya menyanggupinya!”

 

“Naudzubillahi minzalik. Kenapa kamu melakukan semua ini, Marjo?”

 

“Saya sakit hati, Kyai. Banyak orang mengejek saya karena belum kawin. Saya juga pernah ditolak seorang gadis karena saya miskin.”

 

“Ketahuilah, Nak. Bersekutu dengan setan, jin, dan sebangsanya sangat dimurkai Allah. Mereka yang menggantungkan diri pada makhluk gaib, selain Allah, kelak akan dimasukkan ke dalam neraka. Ingat, kehidupan di dunja ini hanya sesaat. Kesenangan dan kenikmatannya hanya sebentar. Tetaplah di jalan Allah dan mengikuti segala ketentuan-Nya. Insya Allah, hidupmu akan bahagia!”

 

“Saya khilaf, Pak Kyai. Saya akan bertobat. Tapi saya tidak tahu bagaiaman melepaskan diri dari makhluk gaib itu. Dia akan selalu mendatangi saya setiap malam. Jika saya menolak kedatangannya atau memutuskan perjanjian dengannya, hidup saya akan dibuat sengsara dan menderita!” ujar Marjo menggigil ketakutan.

 

“Percayalah pada Allah. Dia lebih berkuasa dari segalanya. Insya Allah saya akan membantu kamu melepaskan diri dari jeratan makhluk syetan itu. Tapi dengan syarat, kamu juga harus bersungguh-sungguh bertobat dan mengikuti jalan yang disyariatkan oleh Allah!” Tandas pak Kyai Pamungkas.

 

Marjo mengangguk setuju. Begitulah. Marjo kemudian menyatakan diri bertobat dan mengucapkan kalimah syahadat sebagai syarat kembalinya ke jalan kebenaran. Sementara itu Pak Kyai Pamungkas mencoba mengusir makhluk siluman ular yang menjelma diri menjadi Dewi agar tidak lagi mengganggu Marjo.

 

Pada malam yang sangat mencekam itu, Pak Kyai Pamungkas melakukan pertarungan gaib dengan Dewi Anjarwati. Makhluk dari alam gaib itu berhasil dikalahkan, tapi dia tidak mati. Dia kemudian pergi sambil menyatakan ancaman kepada Marjo. Dia akan terus mencari Marjo.

 

Tapi sumpah makhluk itu tidak bisa didengar oleh Marjo maupun orang-orang awam lainnya. Ketika hal ini disampaikan oleh Pak Kyai Pamungkas, hati Marjo jadi masygul dan sedih. Dia merasa putus asa. Tapi dengan nada arif dan bijak, Pak Kyai Pamungkas memberi wejangan pada Mario.

 

“Kamu tak usah cemas dan takut. Rejeki, jodoh, dan maut ada di tangan Allah. Selama kamu menjaga iman dan tagwa kepada Allah, setan maupun sebangsanya tidak akan berani mengganggu kamu. Ingat, iblis dan setan pernah mengungkapkan rahasianya bahwa mereka hanya akan merasuki jiwa-jiwa yang kosong atau lemah, terutama lemah imannya kepada Allah. Untuk itu hanya satu jalan yang bisa kamu tempuh!”

 

“Apa itu, Pak Kyai?”

 

“Kamu harus belajar agama dan beribadah dengan khusyuk. Kamu bisa melakukan itu di pesantrenku!”

 

Marjo dengan mantap mengangguk. Atas bantuan Pak Kyai Pamungkas, Marjo kemudian pindah ke pondok pesantren, Di sana dia menimba ilmu agama dan menjalankan ibadah dengan khusyuk. Dia rajin sholat malam dan menangisi segala dosa-dosanya.

 

Bayang-bayang ketakutan akan diburu oleh Dewi Anjarwati telah sirna dari hatinya. Terbukti, makhluk gaib itu mengganggunya lagi. Bahkan atas rahmat Allah, Marjo telah menemukan jodoh di dalam lingkungan pondok pesantren dan hidup bahagia serta damai hingga sekarang. Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!