Kisah Mistis: MINYAK PELET PEMBUAT PETAKA

0
12

Kisah Mistis: MINYAK PELET PEMBUAT PETAKA

BUKAN KARENA CINTANYA DITOLAK, TAPI LUDAH GADIS YANG AMAT DICINTAI YANG MENYEMBUR KE WAJAHNYA YANG MEMBUAT RAHMAT BERANGKAT KE KAMPUNG HALAMAN AYAHNYA DI PELOSOK SUMATERA BARAT UNTUK MENEMUI NIEK BANDA, SOSOK PEMILIK ILMU PEKASIH DAN PERAMU MINYAK PELET SINYONG-NYONG…

 

BERKAT minyak sinyong-nyong, Yeni yang semula amat membenci langsung berbalik jadi mabuk kepayang. Tak hanya itu, si gadis bahkan mengajaknya kawin lari. Dan Rahmat yang memang amat mencintainya langsung saja membawanya ke Pekanbaru. Di rumah pamannya, keduanya melangsungkan penikahan dan sempat hidup dengan tenang, damai dan bahagia selama tiga tahun.

 

Dan entah kenapa, selama waktu tiga tahun itu Yeni berulangkali mengalami keguguran. Tegasnya, semua janin mengalami keguguran saat usia kandungan baru berusia beberapa minggu.

 

Saat memasuki tahun keempat, badai konflik pun mulai menerpa rumah tangga mereka. Ya… kejadian ini seiring dengan kian memudarnya kekuatan magis minyak pelet sinyong-nyong. Kini, Yeni pun kembali pada watak aslinya yang amat membenci Rahmat. Boleh dikata, hampir tiap detik dia selalu mencaci maki Rahmat dengan kata-kata kotor. Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kehidupan rumah tangga mereka? Berikut adalah kisahnya:

 

Sejatinya, cinta Rahmat pada Yeni hanya bertepuk sebelah tangan. Yeni gadis yang ditaksirnya sama sekali tidak tertarik kepada Rahmat. Ya… Yeni sudah menjatuhkan pilihan kepada Maman, anak orang berada yang mukim di kelurahan tempat tinggalnya.

 

Ayah Maman memiliki show room sepeda motor diberbagai tempat di kota Medan, sedang Rahmat hanya anak dari seorang pedagang sate Padang. Tapi Rahmat tak pernah putus asa, tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. Dia terus menerus menggoda Yeni. Akibatnya sudah dapat kita duga bersama, gadis itu menjadi kesal, jengkel, benci dan muak kepadanya.

 

Dan puncak dari kejengkelan hatinya terjadi pada suatu hari. Lantaran terus digoda, Yeni yang marah langsung saja meludahi wajah Rahmat! Kejadian itu, tentu saja membuat Rahmat menjadi amat terkejut. Wajahnya sontak merah padam. Perasaan malu pun langsung merayapi sekujur tubuhnya, apalagi, kejadian itu berlangsung di depan banyak orang. Sekali ini, Rahmat tak mampu berbuat apa-apa kecuali diam. Sementara di hatinya, langsung menyala api dan bahkan menjadi bara dendam.

 

Sejak itu, wajah Yeni yang meludahi wajahnya selalu terbayang-bayang di dalam ingatannya. Ya… Rahmat benar-benar tak mampu menghapus atau membuang ingatan itu dari benaknya.

 

“Aku harus membalas sakit hatiku. Aku akan buat dia berlutut untuk mengemis cinta dariku!” Demikian bisik hati Rahmat.

 

Dia tahu, di kampung ayahnya banyak orang-orang tua yang menguasai ilmu pekasih dan menyimpan minyak pelet. Rahmat bahkan pernah mendengar, pada masa lalu, di antara tiga lelaki Minangkabau, dua di antaranya biasa melakukan poligami.

 

Datuk Maringgih misalnya, peristiwa itu mencerminkan kehidupan laki-laki Minangkabau yang sesungguhnya. Tak dapat disangkal, selain harta kekayaan dan status sosial, biasanya, di dalam peristiwa itu ada campur tangan kekuatan magis minyak pelet sinyong-nyong atau ilmu pekasih lainnya yang turut membantu laki-laki separuh baya guna bisa mendapatkan gadis belia di Ranah Minang.

 

Dua hari setelah kejadian itu, Rahmat pamit pada kedua orangtuanya hendak tinggal beberapa bulan di kampung halaman ayahnya. Gayung pun bersambut, keinginan Rahmat pun mendapatkan restu dari kedua orangtuanya. Alih-alih kerinduan pada kampung halaman, kali ini, tujuan Rahmat hanyalah untuk menuntut ilmu pekasih dan mencari minyak pelet yang sangat ampuh guna meluluhkan hati Yeni.

 

Setelah menempuh perjalanan darat selamat kurang lebih dua puluh jam dari kota Medan, menjelang shalat Ashar, Rahmat pun tiba di kampung halaman ayahnya. Anggut, demikian sebutan bagi kakak dari ayah atau ibu bagi orang Minang, menyambut Rahmat dengaan penuh suka cita.

 

Betapa tidak, hampir tujuh tahun mereka tidak pernah bertemu. Dalam sekejap, rumah Anggut Rahmat langsung dipenuhi sanak keluarga dan tetangga yang tinggal di sekitarnya.

 

“Bagaimana kabar ayahmu sekarang?” Tanya Pak Umar teman bermain ayahnya diwaktu keci dahulu.

 

“Baik… pak!” Jawab Rahmat ramah.

 

“Kapan ayahmu mudik? Kami di kampung amat merindukannya,” sambung Pak Sahril, teman ayahnya waktu sekolah dulu.

 

“Rencananya lebaran nanti ayah bersama keluarga akan mudik bersama,” sahut Rahmat.

 

Malamnya, Rahmat tidur di rumah Anggutnya dengan ditemani dua saudara sepupunya, Budin dan Buyung. Mereka tidur di dalam ruangan kamar yang cukup luas. Maklum, rumah Anggutnya merupakan rumah tradisional Minang yang usianya hampir mencapai seratus tahun terbuat dari kayu pilihan dan beratapkan ijuk. Bayangkan saja, ruang tempat pertemuan keluarga di rumah gadang itu, bisa dipakai untuk bermain tennis meja.

 

“Din, niek Banda masih hidup?”Tanya Rahmat memecah kesunyian.

 

“Masih, memangnya kenapa?” Budin justru balik bertanya.

 

“Aku ingin minta ilmu pekasih darinya, jawab Rahmat berterus terang.

 

“Siapa yang hendak kau pelet, Mat?” Tanya Buyung. Rahmat pun lalu menceritakan peristiwa yang dialaminya.

 

“Kau menginginkan gadis yang meludahimu bertekuk lutut, Mat?” Tanya Budin. Rahmat langsung menganggukkan wajahnya.

 

“Itu soal mudah bagi Niek Banda. Asalkan kau siap menanggung risikonya!”Kata Budin memberitahu.

 

“Apa risikonya Din?”Tanya Rahmat sambil mengerutkan keningnya.

 

“Engkau tidak akan punya keturunan. Tiap isterimu hamil akan mengalami keguguran. Dan pengaruh minyak pelet itu paling lama cuma lima tahun, Sudah itu, isterimu akan kembali jadi membencimu. Bahkan, dia bisa stress dan akhirnya gila,” jelas Budin.

 

“Kalau hanya itu risikonya, aku siap menanggungnya. Tak mengapa Yeni hanya bisa jadi isteriku dalam beberapa tahun, yang penting, aku bisa menikah dengannya,” jawab Rahmat mantap.

 

Agaknya, karena pengaruh kekuatan ilmu pelet dan minyak itu hanya mampu bertahan beberapa tahun, maka, di masa lalu, kawin cerai pun menjadi hal yang biasa bagi orang Minang.

 

“Din… besok temani aku ke rumah Niek Banda, ya!” mohon Rahmat. Budin pun hanya mengangguk.

 

Penulis pun mencoba menguak kenangan lama, di usia empat puluh, Pak Etek, atau paman penulis sempat menikah sekitar dua belas kali. Biasanya, hanya beberapa tahun beliau membina rumah tangga, kemudian bercerai. Dan seperti biasa tidak ada seorang pun isteri yang didapatkannya dengan kekuatan ilmu pekasih atau minyak pelet itu yang memiliki keturunan.

 

Bahkan, ada isteri yang hanya semalam tidur bersamanya. Esoknya, telah diceraikan. Alasannya, ketika tidur bersama dengan isteri barunya, sontak tubuhnya menjadi gatalgatal. Pada akhirnya, Pak Etek pun menikah dengan perempuan yang berhasil disunting tanpa menggunakan pengaruh kekuatan ilmu pekasih atau minyak pelet, dari perempuan ini, beliau pun dikaruniai empat orang anak dan semuanya sudah berumah tangga serta masingmasing dikaruniai keturunan.

 

Keesokan malamnya, selepas shalat Maghrib di masjid, Rahmat bersama Budin dan Buyung, mendatangi rumah Niek Banda. Kebetulan, malam itu, Niek Banda sedang berada di rumahnya. Setelah mengucapkan salam, Niek Banda pun membukakan pintu dan mempersilahkan tamunya masuk. Mereka bertiga langsung masuk dan duduk bersila di ruang tamu.

 

“Sjapa ini?” Tanya Niek Banda pada Budin.

 

“Rahmat Niek, anak pak Etek Bustami!” Jawab Budin menjelaskan.

 

“Apa kabar ayahmu?” Tanya Niek Banda.

 

“Baik, Niek.” Sahut Rahmat.

 

Buyung lalu menjelaskan maksud kedatangannya. Mendengar penuturan Buyung, Niek Banda hanya tersenyum. Barangkali dia sedang teringat pada masa mudanya dahulu.

 

“Rahmat ingin gadis yang meludahinya jatuh hati padamu?” Tanya Niek Banda.

 

“Benar Niek!” Jawab Rahmat bersemangat.

 

Niek Banda mengangguk dan menjelaskan risiko yang bakal diterimanya. Rahmat yang sudah mendengar segala risiko yang bakal diterima dari Budin semalam, langsung menyanggupi dan siap menanggung segalanya.

 

“Besok pagi cari bunga tujuh warna, ambil air dari tujuh pancuran, buah jeruk purut tujuh buah dan kemenyan putih, dan malamnya bawa semuanya kemari,” kata Niek Banda menambahkan.

 

Setelah hampir dua jam mereka berbincang, Rahmat pun pamit untuk pulang. Niek Banda dan isterinya yang berusia sekitar lima puluh tahun, mengantarkannya hingga ke pintu.

 

Seperti malam kemarin, Rahmat bersama Buyung dan Budin datang ke rumah Niek Banda selepas shalat Maghrib. Semua bahan-bahan yang diminta Niek Banda lengkap dibawa Rahmat. Air tujuh pancuran, langsung Niek Banda curahkan ke dalam baskom, dan ditaburi bunga tujuh warna. Limau purut pun dibelah dan kemenyan putih dibakar dalam perapian di bawah baskom. Mulut Niek Banda tampak komat-kamit membaca mantera.

 

“Air ini kau pergunakan untuk mandi,” kata Niek Banda.

 

“Kapan Niek?” Tanya Rahmat.

 

“Sekarang!” Perintah Niek Banda.

 

Meski tubuh menggigil kedinginan, tetapi, Rahmat menuruti segala apa yang diperintahkan Niek Banda.

 

“Dengan mandi air dari tujuh pancuran dan tujuh bunga akan membuat dirimu dikagumi banyak orang. Semua pasang mata akan memandangmu. Sebanyak orang berjalan, hanya engkau yang dilirik,” jelas Niek Banda.

 

Sehabis mandi dengan air tujuh pancuran, Rahmat merasa lebih percaya diri. Dia merasakan ada perubahan pada dirinya. hanya satu kali pakai. Setelah dipakai, botolnya tanam di halaman rumah. Cara menggunakannya, teteskan di atas telapak tanganmu kemudian bawa bersalaman dengan gadis yang membuatmu mabuk kepayang,” tambah Niek Banda.

 

Minyak sinyong-nyong itu dimasukkan ke dalam botol minyak angin. “Terima kasih Niek. Kami permisi pulang,” ujar Rahmat sambil menyalami Niek Banda dengan menyelipkan uang seratus ribu di telapak tangannya. Niek Banda menerimanya.

 

Benar saja, apa yang dikatakan Niek Banda. Sejak Rahmat mandi dengan air tujuh pancuran jika dia lewat di hadapan orang ramai, cewek-cewek memandangnya tak berkedip. Bahkan ketika dia turun dari Angkot, dimulut gang menuju rumahnya. Cewek-cewek yang sedang berkumpul di rumah Yuyun sontak memandangnya takjub.

 

“Itu Rahmat baru pulang dari kampung ayahnya. Sekarang dia kelihatan amat tampan,” ucap Ririn pada teman-temannya yang sedang latihan menari.

 

“Akui saja kau jatuh hati padanya,” goda Yuyun.

 

“Nggak lah ya,” sergah Ririn.

 

Sebenarnya Ririn juga merasakan perasaan yang sama seperti yang dirasakan cewek-cewek lain yang ada di tempat latihan itu. Bahkan ketika bertemu dengan Yeni di gang menuju ke rumahnya, gadis itu menyapanya ramah sekali.

 

“Baru tiba, Bang?” Tanyanya mengumbar senyum.

 

“Ya…” jawab Rahmat singkat.

 

“Bang, nanti malam temui Yeni di cafe tenda ya…” mohon Yeni. Rahmat pun hanya mengangguk.

 

Dia meneruskan perjalanan menuju rumahnya. Dalam hati Rahmat muncul beragam tanda tanya atas keinginan Yeni yang ingin bertemu dengannya di cafe. Sebelum berangkat, Ramat tak lupa meneteskan minyak sinyong-nyong di atas telapak tangannya. Dan saat tiba di cafe, ternyata Yeni sudah berada di sana. Rahmat pun mengulurkan tangan dan Yeni menyambutnya dengan hangat. Mereka pun bersalaman dengan akrab.

 

“Sudah lama menunggu?” Tanya Rahmat.

 

“Sekitar lima belas menit. Duduk Bang…” pintanya sambil mengumbar senyum.

 

“Bang… Yeni mohon maaf atas kejadian tempo hari,” katanya kemudian.

 

“Kejadian yang mana?” Tanya Rahmat pura-pura lupa.

 

“Waktu Yeni meludahi Abang. Setelah kejadian itu, Yeni merasa sangat menyesal. Sebenarnya Yeni ingin minta maaf, tapi Abang sudah keburu pergi,” papar Yeni berterus terang.

 

“Abang sudah memaafkannya. Sebenarnya abang yang salah karena nekat menggoda gadis yang tidak pernah bisa mencintai abang,” jawab Rahmat.

 

“Itu tidak benar. Sesungguhnya Yeni membenci karena Yeni benar-benar amat mencintai Abang,” sahut Yeni berterus terang.

 

Rahmat merasa bahagia mendengarnya. Pengaruh minyak sinyong-nyong sungguh benar-benar cepat reaksinya. Yeni sudah tergila-gila pada Rahmat.

 

Dan pertemuan tadi senantiasa menghiasi lamunannya. Wajah Rahmat mengundang kerinduan selalu ingin dekat dengannya. Dan malam itu, matanya sulit untuk dipejamkan. Ketika baru saja terlelap, dia bermimpi berhubungan intim dengan Rahmat. Laki-laki itu benar-benar amat perkasa. Berulangkali Yeni merasa terlambungkan di atas awan gemawan kenikmatan.

 

Yeni merasakan kenikmatan yang tiada tara. Saat terjaga, Yeni merasakan celana dalamnya basah. Yeni tersipu malu saat ingat akan mimpi nikmatnya berhubungan intim dengan Rahmat.

 

Sejak pertemuan dengan Rahmat beberapa hari lalu, sikap Yeni pun berubah seratus delapan puluh derajat pada Maman, tunangannya. Yeni jadi sangat benci pada Maman. Ketika Maman datang ke rumahnya, Yeni pun marah-marah. Bahkan, dia mencaci maki dan mengusirnya dengan kasar.

 

Maman menjadi bingung dan tak mengerti mengapa Yeni jadi berubah amat membencinya. Cinta Yeni kini beralih seratus persen pada Rahmat. Dia seolah merasa tak bisa hidup tanpa Rahmat di sampingnya.

 

Suatu pagi, dia mengajak Rahmat kawin lari. Sudah barang tentu, permintaan itu tidak disia-siakan oleh Rahmat. Hari itu juga, Rahmat membawa Yeni pergi ke Pekanbaru. Dan di rumah pamannya, keduanya langsung melaksanakan pernikahan siri.

 

Tahun-tahun pertama berumah tangga, kebahagiaan menyertai kehidupan mereka. Dalam waktu setahun, Yeni mengalami keguguran sampai empat kali, begitu juga pada tahun kedua, dan ketiga.

 

Memasuki tahun keempat, bersamaan dengan memudarnya pengaruh mistis minyak pelet, Yeni pun mulai membenci Rahmat. Sejak itu, boleh dikata, tiada hari tanpa dilalui dengan pertengkaran.

 

Puncaknya adalah saat pengaruh mistis minyak pelet itu hilang sama sekali. Seketika Yeni menjadi stress dan mengalami gangguan jiwa yang berat. Pada akhirnya, Yeni pergi meninggalkan rumah dan mengembara di belantara kota, sedang Rahmat menjadi pemabuk. Kini, minuman keras adalah sahabat setianya. Siang dan malam, Rahmat selalu tampak ada di pos ronda sambil menenggak minuman keras. Hingga pada suatu pagi, Rahmat ditemukan warga terbujur kaku tak bernyawa di dalam pos ronda.

 

Inilah suatu bukti, apapun yang dipaksakan, cepat atau lambat pasti ada risikonya. Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!