Panggonan Wingit:
PEUSIJUK, RUWAT TANAH ALA ACEH
Tradisi peninggalan leluhur ini terbilang sangat unik dan sarat dengan nuansa mistik. Apa sajakah yang diharapkan dari ritual ini…?
Allah SWT berfirman, “Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan permintaanmu.”
Berpedoman kepada ayat tersebut, maka warga Desa Sapeng, tak pernah lupa mengadakan acara adat yang religius yang dikenal dengan nama Peusijuek yang berarti ruwat tanah. Acara ini selalu diisi dengan banyak doa-doa bernafaskan Islami.
Hari Sabtu tanggal 1 Maret 2003 yang baru lalu, penulis mendapat undangan dari Keujreun Blang, Desa Sapeng, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya, NAD untuk menyaksikan sekagus meliput acara Peusijuk Biang (Teung Tawar Tanah Sawah-Pen) atau yang juga lebih dikenal dengan ruwat tanah.
Mendapat tawaran yang begitu menarik penulis langsung menuju tempat yang tertera pada undangan. Prosesi acara adat yang regilius tersebut dilangsungkan tepat saat matahari tengah naik kira-kira pukul 9.00 WIB.
Pagi yang cerah membuat masyarakat Desa Sapeng bergembira karena acara yang akan dilangsungkan tidak terkendala oleh hujan, tidak seperti hari lainnya yang selalu turun hujan. Mereka sangat percaya Allah SWT meridhoi acara doa bersama tersebut dengan limpahan rahmat-Nya yang tidak terhingga.
Masyarakat sudah sejak pagi-pagi berjubel di tempat berlangsungnya acara, Sepertinya mereka tidak mau ketinggalan dalam acara tersebut.
Dengan teliti penulis melihat bahan yang dipergunakan untuk prosesi Peusijuk Blang yaitu berbagai macam bahan-bahan yang disediakan oleh tokah adat Desa Sapeng. Bahan-bahan tersebut antara lain, adalah: Daun inai, Pohon Pinang yang masih kecil, daun kunyit, daun nilam, daun birah (sejenis talas), rumput raja (naleung sambo), garam, gula, jeruk nipis, minyak ata (minyak wangi), dan satu idang pulut dengan tumpoe dan ayam panggang.
Menurut Abdul Rani, 45 tahun, yang memangku jabatan Keujruen Blang (tokoh adat urusan persawahan-Pen), bahan yang digunakan dalam acara Peusijuk Blang tersebut mempunyai makna tersendiri. Misalnya saja daun inai maknanya tahan panas dan tahan penyakit. Daun kunyit sifat asalnya tahan terhadap penyakit, maknanya diharapkan padi akan tahan terhadap segala serangan penyakit dan dapat tumbuh dengan subur.
Sementara itu, daun birah (talas), daunnya berwarna hijau dan tahan hujan, maknanya padi yang akan ditanam nantinya tahan terhadap hujan dan tahan terhadap hama. Rumput raja maknanya akar-akar padi akan kuat seperti rumput tersebut. Garam maknanya dapat menghancurkan segala jenis penyakit yang hinggap di padi. Gula maknanya padi yang nantinya ditanam dapat memberi manfaat bagi orang yang menanamnya. Sedangkan jeruk nipis dan minyak ata dicampur dengan air putih maknanya, padi itu diibaratkan dengan bayi yang memerlukan wangi-wangian sehingga orang-orang yang menciumnya merasa senang dan segar.
Demikian antara lain makna dari bahan yang digunakan dalam acara Peusljuk Blang yang dipaparkan oleh tokoh adat desa tersebut. Apa saja ritual yang dilaksanakan pada acara tersebut? Mungkin itulah pertanyaan yang melintas dalam benak pembaca tercinta
Lokasi Peusijuk Blang sesual dengan namanya berlangsung di tengah sawah. Untuk menghindari terik matahari dibuat satu buah teratak dan satu langit-langit yang digantung agak terasing khusus untuk tempat menaruh alat pertanian yang akan di-peusijuk (diruwat), seperti: Cangkul, parang, hand traktor, beliung, sekop, dan tanah, yang setelah selesai Upacara diambil masing-masing masyarakat.
Tujuan dari alat-alat tersebut di-peysijuk adalah untuk mengenang jasa para nenek moyang yang telah mencetak lahan persawahan yang begitu luas sekaligus juga merupakan alat-alat yang digunakan oleh petani pada zaman Sekarang sekaligus membuang hawa jahat yang bersembunyi atau bersarang pada alatalat tersebut. Dengan sudah di-peusijuk, maka alat-alat tersebut diharapkan para petani akan terhindar dari berbagai kecelakaan maupun serangan penyakit yang tidak diinginkan.
“Itulah tujuan utamanya. Bila alat-alat tersebut tidak diruwat akan membawa petaka bagi petani itu sendiri,” tegas Abdul Rani. Namun dalam pelaksanaannya, yang di-peusjjuk itu hanya secara simbolis saja, tidak semua alat yang ada di desa tersebut.
Acara adat yang satu ini sangat terkesan religius dan sakral. Lihat saja, sebelum kegiatan yang lain dilaksanakan pertama sekali adalah dibuka dengan kumandang adzan. Si pelantun adzan ini pun tidak boleh sembarangan orang tetapi harus oleh Teungku Meunasah yaitu orang yang dituakan dalam bidang agama di desa tersebut.
Setelah selesai adzan baru dilanjutkan dengan acara tepung tawar atau meruwat alat-alat dan tanah pertanian. Barulah setelah itu di-teoung tawari kerbau yang akan disembelih dalam acara ruwatan, Setelah itu kerbau tersebut diIkat lalu disembelih oleh seorang tokoh ulama yang sangat terkenal yang konon ada hubungan darah (trah) dengan Sunan Kalijaga, Ulama tersebut bernama Abu Sayyid Oudrat bin Ahu Habib Syaikhuna Gutub Nisbach bin Abu Habib Syalkhuna Gutubul Wujud.
Setelah acara potong kerbau, masyarakat berkumpul di dalam teratak untuk berdoa kepada Allah SWT. agar diberikan hasil padi yang berlimpah.
SELESAI acara doa masyarakat bersama dengan tokoh ulama dam tokoh adat, mereka menikmati hidangan yang disuguhkan oleh panitia. panitia yang lain Membagi-bagi daging kerbau untuk masyarakat.
Acara doa tidak berhenti sampai di situ, tapi masih berlanjut hingga pada malam harinya. Untuk doa malam hari ini diundang masyarakt desa tetangga. Doa yang dikumandangkan seperti pada acara Maulid Nabi yaitu berbentuk dzikir-dzikir dan tembang.
“Pada malam hari adalah kenduri ulee bhon (awal tahun-Pen), adalah khusus untuk Endatu Manusia yaitu Nabi Adam, kenduri ini diadakan khusus setelah selesai panen, biarpun hasil panennya tidak begitu menggembirakan kenduri itu tetap dilaksanakan,” demikian dijelaskan oleh Seorang tetua adat masyarakat setempat.
Daging kerbau yang dibagikan kepada masyarakat itu dibawa kembali ke Meunasah (Surau) pada malam harinya untuk disuguhkan kepada para pendoa. Dzikir-dzikir tersebut baru selesai menjelang dinihari. Bila sudah dilaksanakan ruwatan petani baru dibolehkan menggarap kembali lahan mereka.
Abdul Rani menambahkan, “Selama satu musim tanam masyarakat Desa Sapeng melaksanakan kenduri sebanyak lima kali, yaitu saat sebelum turun mengolah tanah, saat akan menyemai benih, setelah selesai tanam, ketika padi bunting dan setelah selesai panen.”
Banyaknya kenduri tersebut adalah permohonan kepada Sang Khalig yang menguasai pintu rezeki yang ada di langit dan di bumi. Acara ruwatan tanah sawah tersebut sudah merupakan warisan leluhur masyarakat Acen, khususnya warga Nagan Raya. Menurut sumber yang diperoleh penulis, di masa lalu acara ruwatan semacam ini kerap menimbulkan fenomena-fenomena gaib yang tidak masuk akal, akan tampak secara kasat mata bagaimana makhluk-makhluk halus hama padi yang akan menjeri-jerit kesakitan karena terserang doa-doa yang dipanjatkan dalam nitual ini. Selang berlangsungnya sang waktu, feromena-fenomena tersebut tidak lagi tenar. Kendati demikian, para penduduk sangat percaya bahwa ritual ini memberikan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi mereka. Setidaknya, ini terbuktu dengan hasil panen padi yang selalu melimpah setiap musimnya. Wallahu a’lam bissawab. ©️
Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!