Kisah Mistis: BLORONG KALI KUNCEN
Jembatan Kuncen di Desa Menuran, Sukoharjo, tidak hanya dikenal angker, tetapi kawasan di sepanjang sungai Kuncen atau yang lebih dikenal dengan nama Kali Kuncen, dikenal sebagai tempat pesugihan. Bagi penduduk desa keangkeran Kali Kuncen tidak hanya sebatas ada di jembatan penyebarangan saja, tetapi hampir di sepanjang aliran sungai yang ada di Desa Menuran ini banyak dihuni Blorong dan makhluk jahat lainya. Sosok makhluk halus seringkali mengganggu aktifitas warga yang tengah lewat di jalan yang ada di sepanjang pinggir Kali Kuncen.
Menurut Sumaji Sastrowardoyo (72th), warga Dusun Bareng, Menuran, yang dianggap sesepuh desa oleh warga mengatakan, di sepanjang aliran Kali Kuncen memang banyak dihuni makhluk halus sebangsa Blorong. Para pelaku ritual ini biasanya menjalani laku ritual di bawah jembatan Kali Kuncen, dengan cara laku kungkum di sungai atau melek di bawah jembatan Kali Kuncen.
“Para pelaku ritual tidak hanya menjalani laku di bawah jembatan, tetapi ada juga yang menggelar ritual di sepanjang aliran Kali Kuncen,” Ungkap mbah Maji kepada penulis.
Menurut kesaksian kakek yang pernah menjabat sebagai ulu-ulu desa ini, banyak warga desa yang digoda Blorong Kali Kuncei Tak jarang penampakan sosok Blorong berubah-ubah wujud. Kadang berbentuk ular kecil pendek (ular Kendang), kadang berwujud ular raksasa, tak jarang wujudnya juga berubah menjadi sosok perempuan tua yang tengah menggendong barang berharga.
“Berbagai penampakan sosok wujud Blorong pernah dilihat oleh beberapa penduduk desa.” Demikian diungkapkan oleh mbah Maji, panggilan akrab beliau. Salah seorang tetangga mbah Maji pernah melihat sosok Blorong dalam wujud ular raksasa sebesar pohon kelapa.
“Peristiwa yang dialami orang itu terjadi sekitar pukul lima sore.” Ungkapnya.
Saat melihat penampakan wujud ular sebesar pohon kelapa orang itu langsung pingsan. Hingga berhari-hari lamanya, tubuhnya terasa dingin karena terus dilanda ketakutan. Sebelumnya warga desa yang melihat Blorong tak pernah mengaku kepada keluarganya, sampai akhirnya dari mulutnya keluar pengakuan, bahwa yang menyebabkan dirinya pingsan di sawah karena melihat ular raksasa sebesar pohon kelapa melilit di pinggir jembatan, setelah Sumaji Sastrowardoyo yang dianggap sebagai sesepuh desa menyambangi, serta menanyakan kejadian yang sebenarnya.
Oleh mbah Maji, orang itu kemudian disarankan melakukan tebusan obong-obong (membakar kemenyan) dan menyajikan gecok bakal di jembatan kuncen, agar kembali sehat.
Kejadian demi kejadian aneh setiap waktu terus terjadi, warga desa lain bahkan pernah diikuti Blorong saat dirinya berjalan menyusuri jalan setapak di pinggir Kali Kuncen. Peristiwa yang dialami orang itu sama Sekali tak pernah ia sadari, bahwa dirinya diikuti Blorong sejak dari jalan. Apa yang terjadi baru dia ketahui, setelah dua anak kandungnya mati lantaran tanpa sebab yang pasti.
Kematian berturut-turut ke dua orang anaknya membuat keluarganya sangat syok. Penyebab kematian tersebut baru terkuak setelah pada suatu malam penduduk desa tersebut didatangi sesosok perempuan yang mengaku, bahwa kedua anakhya diambil sebagai pengikut. Banyak korban nyawa berjatuhan, setiap kali para pengendara kendaraan mengalami peristiwa naas di atas jembatan di sepanjang Kali Kuncen.
Para korban yang meninggal diyakini diambil jasadnya oleh Blorong penunggu Kali Kuncen. Dari sekian banyak kejadian aneh yang pernah dialami oleh penduduk desa, mbah Maji mengungkapkan, satu peristiwa aneh pernah dialami oleh salah seorang warga desa yang bernama Min Pletrek.
Dikatakan oleh mbah Maji, setiap hari Min Pletrek bekerja sebagai tukang becak yang biasa mangkal di stasiun Balapan Solo. Min menjalani profesinya hingga larut malam. Min baru pulang ke rumah melewati jalan di sepanjang aliran Kali Kuncen. Hingga pada suatu ketika ketika melintas di atas Jembatan Kuncen, Min dicegat oleh sesosok perempuan tua yang ingin ikut dengannya. Karena merasa kasihan, lalu diajaklah perempuan tersebut menumpang becaknya. Namun sesampainya di rumah, perempun itu tiba-tiba menghilang dari pandanganya.
Min tahu betul kalau sosok perempuan yang diajaknya pulang bukanlah manusia. Hingga sampailah pada suatu malam perempun tua itu mendatangi rumahnya, menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke rumah ingin ikut dengan Min Pletrek. Perempun itu berjanji akan membuat Min kaya raya tetapi dengan satu syarat harus memberi ganti ayam jago.
Mendengar syarat yang diajukan oleh sosok perempuan itu Min menyanggupinya, karena dirasa mudah. Tak lama setelah memperoleh syarat yang diajukan oleh perempuan itu, Min bergegas menemui perempuan itu dan menyampaikan syarat tersebut pada suatu malam yang sudah
Tetapi persembahan dari Min Pletrek ditolaknya. Karena yang dimaksud dengan ayam jago sebenarnya bukanlah ayam jago lumrah, tetapi makna sanepo yang dimaksud anak laki-lakinya
“Anaknya diminta sebagai tumbal kekayaan oleh Blorong.” Ucap Mbah Maji.
Mendengar penjelasan dari perempuan Itu Min kaget dan berucap, bahwa jerih payah yang ia lakukan selama ini sebagai pengayuh becak adalah untuk menghidupi anak dan istrinya, jadi mustahil anak yang ia sayangi dipersembahkan sebagai tumbal untuk perempuan yang tak lain adalah Blorong.
Setelah menolak syarat yang diajukan oleh Blorong Kali Kuncen, Min lantas diminta mengantarkan kembali perempuan itu ke jembatan Kali Kuncen. Dengan menaiki becak, Min Pletrek mengantarkan perempuan tersebut ke jembatan Kali Kuncen. Belum sempat berada di atas jembatan, tiba-tiba dilihatnya perempuan itu berubah wujud menjadi seekor ular raksasa dan secepat kilat terjun ke dalam sungai.
Bagi warga desa, peristiwa demi peristiwa aneh memang sudah menjadi hai yang biasa. Tak terkecuali satu peristiwa yang pernah dialami sendiri oleh mbah Maji. Selama ini keluarganya dikenal sebagai tuan tanah, namun sejak usaha warisan yang dimilikinya pailit, seluruh harta warisan peninggalan kedua orang tuanya ludes terjual untuk melunasi hutang istrinya.
Seluruh harta yang ia jual masih belum cukup untuk melunasi hutang-hutang yang ditanggung oleh istrinya. Apa yang ia lakukan sebenarnya hanyalah wujud tanggung jawab seorang suami kepada istri. Seluruh harta warisan hampir tak tersisa sedikitpun, sampai akhirnya Sumaji nekad menjalani laku kungkum di bawah jembatan Kuncen selama berbulan-bulan, berharap agar harta yang masih tersisa bisa dipertahankan untuk hidup membiayai anak-anaknya.
“Hanya tinggal satu rumah yang ditempati bersama dengan anaknya.” Kata Sumaji mengungkapkan cerita kesedihannya.
Saat menjalani laku kungkum Sumaji tak pernah berharap dirinya memperoleh kekayaan dari Blorong penunggu Kali Kuncen, apalagi menjadi pemujanya. Oleh karena itu sebelum menjalani laku kungkum Sumaji terlebih dulu akan kulo nuwun kepada para danyang dan makhluk halus yang bersemayan di Kali Kuncen, dilanjutkan dengan permintaan kepada para makhluk gaib agar menyingkir dari tempatnya menjalani laku.
Apabila para makhluk halus tersebut tidak disingkirkan, bisa juga mereka akan menyesatkan dan mengabulkan permohonannya. Sehingga tanpa disadari maka kita akan menjadi pengikutnya. Papar Sumaji Sastrowardoyo
Selama bertahun-tahun menjalani laku kungkum di bawah jembatan Kuncen, berbagai peristiwa gaib pernah dialami oleh Sumaji. Tak terkecuali beberapa batu mustika dan pusaka pernah ia dapatkan dari hasil laku kungkum di Kali Kuncen, dan dikoleksi di kamar pribadinya. Di antaranya, pusaka berwujud tombak, keris, batu akik dan beberapa pusaka lainya yang semuanya diyakini untuk jimat karejekian.
Dari seringnya menjalani laku kungkum, Sumaji akhirnya dikenal sebagai tokoh desa yang memiliki keluwihan. Tak jarang banyak warga yang meminta pertolongan kepada Sumaji saat mereka diterpa kesulitan. Dari kegemaranya menjalani laku kungkum di bawah jembatan Kuncen, meski terseok-seok akhirnya semua persoalan bisa teratasi. Usaha yang pernah bangkrut kemudian dirintis kembali oleh anaknya dan kembali bangkit lagi.
“Lebih baik bertani saja.” Demikian dikatakan oleh Sumaji yang lebih memilih menjadi seorang petani.
Tidak hanya Sumaji, Daliman salah seorang sejawatnya yang juga gemar menjalani laku di Kali Kuncen akhirnya dikenal sebagai orang pintar yang memiliki keluwihan mampu berkomunikasi dengan bangsa gaib penunggu Kali Kuncen.
“Orang-orang yang hendak menjalani laku di Kali Kuncen, biasanya meminta tuntunan kepada Daliman.” Ujar mbah Sumaji.
Sebagai orang yang dianggap pintar, Daliman biasanya hanya mengantarkan saja apa penyuwunan orang yang ingin menjalani laku, sekaligus menjadi talang atur bagi orang-orang yang ingin ngalap berkah laku prihatin di Kali Kuncen. Dalam menjalankan tugasnya tersebut ungkap mbah Maji, Daliman mengatakan, bahwa segala sesuatu sudah menjadi kehendak orang yang ingin ngalap berkah. Segala resiko dan syarat persyaratan adalah hak kewajiban orang yang menjalaninya.
Popok Wewe Kali Kuncen
Keangkeran Kali Kuncen tidak hanya diceritakan oleh Sumaji, salah seorang warga desa sekitar yang berlainan dusun dengan Sumaji juga mengungkapkan. Di pinggir Kali Kuncen yang banyak ditumbuhi rimbunan pohon bambu seringkali terdengar seseorang tengah mandi. Setiap jelang petang dan tengah malam warga dikejutkan dengan suara deburan air di sungai. Kejadian ini kadang dibarengi dengan penampakan sosok hitam besar setinggi pohon randu.
Suara aneh yang menyerupai suara orang mandi di sungai, diyakini oleh warga adalah suara wewe yang tengah mandi di sungai. Wewe adalah sebangsa makhluk halus yang sosoknya berwujud seorang perempuan tua. Kegemaran makhluk halus ini biasanya berada di pinggir sungai yang dipenuhi lebatnya pohon bambu (papringan).
Wewe dipercaya memiliki pegangan popok yang sering diincar para pelaku ritual penganut aliran hitam, karena kegunaannya yang bisa dipakai untuk berbuat kejahatan.
Popok Wewe, jimat yang mampu membuat orang menghilang dari pandangan mata biasa, berupa selembar kain seukuran sapu tangan yang menyerupai kulit kambing namun sangat lembut sekali. Oleh orang yang memilikinya, jimat Popok Wewe biasanya disalah gunakan untuk mencuri karena keampuhanya yang bisa membuat seseorang menghilang.
Menurut pengakuan warga desa sekitar, Jimat Popok Wewe pernah diambil dari pinggir Kali Kuncen oleh orang pintar yang tidak mau menyebutkan siapa jati dirinya. Usai mengambil Popok Wewe, orang pintar tersebut lantas memberikan kepada seseorang yang mengaku berasal dari Surabaya. Karena menurut pengakuanya, orang inilah yang meminta pertolongannya untuk mengambil Popok Wewe dari tangan makHluk halus yang menjaganya.
“Segala resiko dan karma kelak akan menjadi tanggung jawab orang yang memakainya.” Kata orang pintar itu kepada penduduk desa.
Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!