Ritual: SIRAMAN TOLAK BALA ALA TIONGKOK

0
20

Ritual: SIRAMAN TOLAK BALA ALA TIONGHOA

Pada Menjelang Tahun Baru China, atau yang dikenal dengan sebutan Hari Raya Imlek, banyak warga khususnya keturunan etnis Tionghoa melakukan beragam ritual sakral. Salah satunya adalah dengan Siraman Tolak Bala. Ritual ini dilakukan di dalam Vihara atau Klentheng. Sebuah tempat sakral yang biasa digunakan beribadah oleh umat Budha atau penganut ajaran Tri Dharma. Semua umat yang melakukan ritual itu sangat percaya, bahwa hal itu bisa menjadi bekal spiritual dalam menapaki tahun baru mendatang dengan aman, lancar dan selalu penuh limpahan rejeki…

 

Seperti pada penyambutan tahun bai kemarin. Masyarakat etnis Tionghoa di Solo Jawa Tengah melaksanaan ritual Siraman Tolak Bala di Klentheng Tien Kok Sie yang berlokasi di kawasan Pasar Gede. Untuk tahun 2015 ini atau 2565 tahun China, ratusan warga dengan sabar mengantri untuk bisa mendapatkan giliran melakuka ritual tersebut. Selain warga keturunan Tionghoa, banyak pula warga Etnis pribun yang melakukannya.

 

“Ritual siraman Tolak Bala ini, memang selalu kami buka untuk umum dan untuk semua golongan masyarakat yang berminat,” ujar Atek (58), salah satu panitia ritual itu saat ditemui penulis.

 

Jadi selain warga keturunan yang datang, juga banyak warga suku asli Jawa yang meramaikan ritual tersebut. Bahkan beberapa peserta kabarnya ada yang sengaja datang dari Bali dan Jakarta.

 

Dalam rangka menyongsong tahun baru Cina, Klenteng Tien Kok Sie menggelar ritual Pao Oen. Diharapkan doa di awai tahun yang baru ini manusia aran diberikan jalan terang dalam mencapai kehidupan.

 

Sebelum Ritual Siraman Tolak Bala digel. memang diawali dulu dengan beberapa ritu yang saling berkaitan seperti penyucian patung Kwan Im, pelafalan Sutra Phu Meng Phin (agama Budha), Sutra Cin Kang Pau Chan, pelepasan burung pipit dan ikan, serta beberapa ritual lain. Namun karena ritual Siraman merupakan acara puncak sebelum tiba Tahun Baru, tentu saja banyak warga yang antusias untuk datang mengikuti. Apalagi ritual itu gratis, alias tidak dipungut bayaran sepersenpun.

 

Khusus acara pelepasan burung dan ikan dilakukan tepat sebelum acara siraman Tolak Bala dimulai. Pelepasan ratusan burung dan ikan itu sebagai simbol tahun 2015 mendatang yang harus diisi dengan kegiatan positif. Kegiatan positif seperti melepas hewan ke habitat asalnya itu diyakini juga bisa menyerap energi positif dari alam.

 

Semenjak pagi, warga sudah memadati halaman depan Klentheng. Sebagian besar adalah warga yang sebelumnya telah mendaftar ke panitia ritual Klenteng. Setelah satu per satu peserta dipanggil oleh panitia, maka dimulailah ritual yang sangat diharap-harapkan warga itu. Semua peserta biasanya akan berdoa dulu di beberapa titik ritual doa di dalam Klentheng.

 

“Di Klentheng ini ada puluhan titik tempat melakukan ritual doa, namun tidak semuanya harus didatangi untuk sekedar melakukan doa,” paparnya.

 

Pengunjung atau peserta ritual rata-rata hanya singgah di 3 hingga 5 tempat titik ritual. Bahkan seringkali hanya pada satu titik ritual doa. Titik paling utama dari ritual doa menjelang tahun baru adalah di depan patung Dewi Kwan Im. Patung yang dikenal dengan tuah keberuntungannya itu selalu menjadi titik utama dari tempat yang disasar pengunjung.

 

Baru setelah mereka sudah merasa lengkap ritual doanya, mereka akan bersiap menuju ruangan tengah agak Ke depan dari bangunan Klenteng. Di lantai yang sengaja dibuat agak rendah dari lantai lainnya inilah prosesi ritual siraman Tolak Bala dilakukan. Satu persatu peserta masuk lantai mirip kolam kecil itu. Di sanalah beberapa biksu senior akan menyiram rambut atau badan peserta sesuai permintaan peserta. Kebanyakan hanya meminta disiram wajah dan rambut saja.

 

“Untuk Tahun ini, kami sengaja mendatangkan 8 biksu dari Vihara Maha Bodhi Semarang,” tutur pria yang punya nama asli Budiono Tekiyanto ini. Peran biksu-biksu itu memang sangat penting karena mereka dipercaya sebagai orang-orang suci atau mempunyai kadar spiritual lebih dibanding umat Budha atau warga biasa lainnya. Peran paling utamanya ada memandu jalannya ritual dan bertugas menyiram atau membasuh kepala pesert: ritual. Para biksu terutama yang sudah bergelar master atau tingkatan tertinggi d sekolah biksu konon punya daya pancar 2 gaib yang dahsyat.

 

Para Biksu itu sengaja turun gunung pada saat menjelang tahun baru China ini Mereka berkeliling dari vihara ke vihara yang tersebar di kota dan desa. Tugas yang diembannya adalah menjadi perantara, penyucian manusia secara umum. Jadi tal hanya dikhususkan bagi warga tertentu atau agama tertentu, melainkan terbuka bagi siapa saja yang percaya. Banyak pula yang datang karena memang sengaja diundang oleh panitia dari vihara-vihara yang berkepentingan.

 

Kehadiran para biksu ini menjadi pemandangan tersendiri saat mereka berbaur dengan masyarakat biasa. Pakaian khas dan kepala plontosnya mengingatkai banyak orang akan pendekar-pendekar China dari biara Saolin yang sangat terker Namun di event kali ini mereka tidak dalam misi bertanding melawan penjahat, melainkan misi mensucikan umat manusia lewat ritual di Kletheng atau Vihara.

 

Jadi dengan adanya biksu-biksu ini, maka antusias warga juga makin besar. Ritual Siraman Tolak Bala itu sendiri sebenarr bertujuan membersihkan aura negatif dalam tubuh seseorang. Jika aura seseora lebih banyak negatifnya atau secara kasai dianggap banyak aura roh jahat, maka dipercaya beban hidupnya juga semakin berat untuk menghadapi beragam masalah hidup.

 

Air sering disebut air kehidupan. Tak heran banyak warga juga mengambil air siran dalam botol atau wadah plastik untuk dibawa pulang. Mereka mempercayakan proses penuangan atau pengambilan air tersel lewat tangan para biksu yang bertugas Jadi selain mengikuti ritual keramas da siraman, mereka banyak membawa pu air kehidupan itu. Bisanya mereka men untuk dicampurkan dalam air bak man di rumah. Ada pula dipakai sebagai air minuman murni. Artinya mereka nanti akan menggunakan air itu untuk langsi diminum atau sering juga dicampurkar dengan bahan makanan lain. Dipercaya energi positif dari air itu bisa mengalir menular ke semua segi kehidupan.

 

“Selain membawa air, peserta juga handuk khusus dari panitia ritual yang didoakan oleh para biksu,” katanya.

 

Saat rambut atau badan basah kuyup kena siraman air selaniutnya para biksu tersebut juga bisa dijadikan simbol penolak roh-roh jahat nantinya saat dipakai di rumah masing-masing. Ritual Siraman Tolak Bala itu biasanya juga satu paket dengan ritual Puja Petita atau Thiam Ting, yaitu menyalakan lilin selama lima belas hari hingga perayaan hari Cap Go Meh tiba. Maknanya adalah agar di tahun yang baru nanti senantiasa memperoleh penerangan, kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan.

 

Peserta yang mengikuti ritual ini, wajib menyerahkan baju atau pakaian bekas. Baju-baju bekas itu nantinya akan disumbangkan pihak panitia ke warga yang membutuhkan. Namun sebagian juga akan dibuang untuk simbol membuang kesialan atau kesalahan di masa lalu.

 

“Baju bekas yang dilepas itu diibaratkan membuang dosa-dosa di masa lampau, namun peserta juga boleh membawa ganti dengan menyerahkan baju-baju baru ke panitia,” terangnya lagi.

 

Baju atau pakaian baru itu diserahkan bersamaan dengan penyerahan pakaian bekas. Bedanya dengan baju bekas, baju baru itu nantinya justru akan dipakai oleh pemiliknya sendiri, atau orang yang telah menyerahkan ke pihak panitia. Selama berada dalam panitia ritual, baju-baju baru itu akan ditandai dengan semacam cap atau rajah mantra khas agama Budha.

 

Tanda cap itu diyakini bisa mengantarkan si pemakai baju baru untuk memasuki tahun baru dengan semangat baru yang lebih kuat dan mantap. Jadi selain mendapat handuk setelah ritual, peserta juga mendapat baju baru miliknya sendiri yang sudah mendapat cap tulisan atau mantra doa keselamatan dan kekuatan.

 

Selain ritual yang dilakukan warga dengan puncaknya Siraman Tolak Bata, pihak panitia kelentheng juga membagikan beras kepada keluarga yang tidak mampu. Bahkan Siapapun warga yang hadir di lokasi juga bisa menikmati makanan khas Jawa dan etnis China secara gratis. Di depan bangunan Klenteng juga disediakan air minum kehidupan yang wujudnya seperti air teh. Air itu dipercaya warga bisa mendatangkan keberuntungan serta rejeki jika diminum saat di lokasi.

 

Klenteng yang berlokasi tepat di seberang Pasar Gede ini sudah berdiri sejak tahun 1746 M. Jadi sudah ada sebelum Pasar Gede didirikan. Sebelumnya klenteng ini mempunyai beberapa bagian yang hilang dan sempat tak diketahui sejarahnya karena termakan bangunan sekitarnya. Suasana Klenteng sangat nyaman dan tenteram, sehingga tak heran jika sering dijadikan ajang ritual spiritual menjelang Tahun Baru. Beberapa arsitektur kunonya yang bewarna mencolok juga menarik untuk dikunjungi bagi warga umum. Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!