Petualangan Astral: THIAOOUBA

0
15

Petualangan Astral: THIAOOUBA 

Ketika kamu punya pintu ke mana saja milik Doraemon, ke mana pertama kali kamu akan menggunakannya? Seru kan rasanya bisa ke mana saja dengan bantuan alat tersebut. Tidak perlu mengeluarkan ongkos untuk perjalanan dan bisa sampai di tempat secara instan.

 

Setelah mengikuti perjalanan Michel Desmarguet dalam bukunya “Thiaoouba Prophecy”, tempat yang paling aku ingin kunjungi adalah planet Thiaoouba. Michel adalah seorang pria berkebangsaan Prancis yang tinggal di Australia.

 

Suatu malam di tahun 1987, ia terbangun dari tidurnya dan melihat seseorang yang bertubuh tinggi. Orang asing tersebut membawa Michel ke planetnya yang dinamakan Thiaoouba. Untuk satu kali perjalanan menuju planet tersebut, Michel membutuhkan waktu setidaknya 4 hari, menggunakan pesawat luar angkasa yang memiliki kecepatan yang tak masuk diakal.

 

Kecepatan pesawat luar angkasa tersebut beberapa kali lebih cepat dari kecepatan cahaya. Tentu saja ini bertabrakan dengan fisika yang kita anut dari Albert Einstein. Bahwasanya, tak ada satu pun benda yang ada di alam semesta yang bisa bergerak melebihi kecepatan cahaya. Namun, itulah yang Michel tuliskan dalam karyanya.

 

Michel dianggap orang yang tepat untuk menerima pesan penting yang perlu disampaikan kepada manusia Bumi lainnya. Intinya adalah agar manusia meningkatkan kesadaran diri dan menghindari penggunaan nuklir. Michel diajak untuk mengunjungi planet yang sudah sekarat, akibat perang nuklir yang terjadi di sana.

 

Semua perjalanan Michel selama 10 hari pulang-pergi antara planet Bumi dan Thiaoouba, tercatat rapi dalam bukunya tersebut. Banyak perkara yang membuatku tercengang, bahkan sempat membuat mulutku menganga. Benar-benar di luar dugaan.

 

Rasa penasaran yang amat tinggi untuk mengetahui bagaimana sebenarnya keadaan planet Thiaoouba, menjadi salah satu motivasiku untuk menguasai astral projection. Aku ingin memiliki pengalaman yang Michel dapatkan, berkunjung ke Thiaoouba.

 

Kuceritakan kenginanku kepada teman-temanku di tim Salaka Minangka. Kami mempersiapkan segala kebutuhan.

 

Terutama pakaian khusus yang harus disesuaikan dengan kondisi di Thiaoouba. Untuk urusan ini, Guntrasaka yang menjadi penanggungjawabnya. Sramvita berangkat sendiri terlebih dulu untuk meminta izin agar kami bisa memasuki Thiaoouba.

 

Memangnya apa tidak bisa menggunakan telepati saja? Sebenarnya berkomunikasi melalui telepati jarak jauh sangat memungkinkan. Hanya saja kupikir, akan lebih baik ada seseorang yang datang lebih dulu untuk memberikan kabar bahwa kami akan berkunjung ke sana. Kurasa itu lebih sopan untuk dilakukan.

 

Perjalananku bersama keempat tim lainnya dari Salaka Minangka pun dimulai. Kami memasuki portal yang tersedia di Kendan dan mulai memasuki orbit planet Thiaoouba. Saat memasuki portal dimensi, kami lupa untuk menggunakan pakaian khusus yang seharusnya kami pakai.

 

Selain sebagai proteksi, pakaian khusus ini dirancang agar kami bisa menangkap semua jenis panjang gelombang dan frekuensi. Selanjutnya dikonversikan ke dalam bentuk yang mendekati apa yang kami ketahui. Karena Thiaoouba memiliki warna-warna yang tak pernah terlihat di planet Bumi dan tak bisa diindra oleh kedua bola mata manusia.

 

Kami menginjakkan kaki di permukaan Thiaoouba saat suasana hari telah gelap. Saat kami berjalan, tanah yang kami injak mengeluarkan berbagai macam warna. Aku merasa takjub melihat hal tersebut.

 

Tak lama kemudian, muncul seseorang yang tinggi. Ia menyambut kami dengan ramah. Membuatku merasa sangat diterima di planet ini.

 

“Namaku Labradas. Aku akan menemani kalian selama di sini.”

 

Mendengar namanya mengingatkanku pada nama “Labrador”, sebuah nama tempat yang berada di Kanada. Labradas memandu kami menuju ke bangunan yang bentuknya seperti batu. Aku meraba permukaan bangunan tersebut mirip seperti batu sungai. Hanya saja warnanya hitam seperti dicat.

 

Di dalam ruangan itu, kami dipertemukan dengan beberapa orang Thiaoouba yang mungkin seperti tokoh penting di sana. Visualku agak terganggu, karena mungkin apa yang kulihat di depanku tak pernah kusaksikan sebelumnya. Sehingga, lebih banyak gambaran yang bersifat abstrak.

 

Aku diminta oleh salah satu tokoh tersebut untuk mendekat kepadanya. Jarinya menyentuh keningku dan aku diberi kemampuan untuk bisa memahami bahasa cahaya. Setelah selesai, kami pun kembali berjalan ke arah luar. Sambil berjalan, aku mulai memberikan beberapa pertanyaan pada Labradas. Lebih banyak mempertanyakan tentang kebenaran informasi yang selama ini kuketahui.

 

“Ngomong-ngomong, Michel Desmarguet itu benar-benar pernah ke sini, ya?” tanyaku.

 

“Bagaimana mungkin seseorang yang belum pernah ke sini bisa menceritakan apa yang saat ini kamu lihat sendiri?” Labradas malah bertanya balik sekaligus menjawab pertanyaanku itu.

 

Memang, berkali-kali aku mencoba untuk memeriksa, apakah yang ditulis Michel hanya karangan atau kenyataan, jawabannya yang kudapatkan dari hasil pemeriksaan itu selalu sama. Ya, Michel benar-benar mengalami sendiri pengalaman luar biasa tersebut, baik fisik maupun jiwanya.

 

“Hanya ada beberapa kekeliruan kecil yang bukan sesuatu yang penting. Tapi sekali lagi, itu tak berpengaruh apa-apa pada keseluruhan yang telah diceritakannya pada kalian manusia Bumi.” Labradas memberikan sedikit keterangan tambahan.

 

Ingin sekali rasanya mengeksplorasi lebih jauh mengenai Thiaoouba. Hanya saja visualku tak mampu melihat dengan jelas. Padahal orang-orang Thiaoouba sendiri memiliki tubuh fisik. Hanya saja betul-betul berbeda dengan manusia Bumi. Bukan dari segi bentuknya, tapi lebih ke frekuensi dan energinya yang amat jauh berbeda. Sehingga sulit sekali visualku menggambarkannya.

 

“Sepertinya aku harus kembali saat ini. Terima kasih telah memandu kami di sini. Izin kami untuk bisa kembali di lain hari,” ungkapku kepada Labradas. Ia pun mengangguk dan tersenyum.

 

“Kami akan selalu terbuka untuk kalian. Datanglah kapan saja kalian mau.” Akhirnya kami pun berpamitan. Kembali menuju ke Kendan. Selang beberapa hari kemudian, keinginanku untuk kembali ke Thiaoouba begitu besar. Kuajak Sramvita dan Mynthalla untuk menjadi teman perjalananku ke sana. Kami membuat aturan baru di tim Salaka Minangka, bahwa tim yang berangkat hanya boleh tiga orang saat akan menjelajah ke mana pun kami akan berangkat. Tujuannya adalah demi mengoptimalkan perjalanan kami.

 

Sebelum berangkat, Guntrasaka memberikan kami pakaian khusus baru yang telah diperbaharuinya. Ia mengatakan, pakaian kali ini sudah disesuaikan dengan frekuensi dan energi yang ada di Thiaoouba. Sehingga diharapkan, apa yang ada di sana bisa kami lihat lebih jelas dari perjalanan kami sebelumnya.

 

Kami mendapatkan pakaian seperti pakaian armor luar angkasa berwarna hitam dengan corak emas di beberapa bagiannya. Sangat keren menurutku. Tak lupa aku pun mengucapkan terima kasih kepada Guntrasaka.

 

Aku meminta Mynthalla yang memimpin perjalanan. Kami tiba-tiba berada di sebuah tempat dengan lantai berbentuk lingkaran. Suasana sekitar benar-benar kosong. Seolah kami berada di dimensi lainnya. Di sekeliling lantai lingkaran tersebut terdapat beberapa portal yang bentuknya seperti susunan batu Stonehenge. Ada satu portal yang aktif dan memunculkan pusaran energi. Kami pun satu per satu memasukinya.

 

Sensasi saat berada dalam lorong dimensi bisa kurasakan dengan amat jelas. Kami bergerak dengan kecepatan yang tinggi sekali. Seru sekali bisa merasakannya, meski hanya beberapa belas detik.

 

Setelah berhasil melewati lorong dimensi, kami melihat pemandangan planet Thiaoouba dari kejauhan. Planetnya indah sekali. Warnanya antara putih dan kuning terang, diliputi selaput cahaya yang memiliki warna yang sama. Mungkin inilah mengapa Michel menyebut Thiaoouba sebagai planet emas. Meski dalam penglihatanku tidak benar-benar berwarna emas, hanya saja memang ada kesan demikian saat melihatnya.

 

Pakaian khusus yang diberikan Guntrasaka kali ini sangat membantuku untuk melihat sangat jelas setiap apa yang ada di hadapanku. Melihat Thiaoouba dari jauh benar-benar menenangkan. Sangat beruntung bisa melihatnya dengan jelas.

 

Kami bergerak maju untuk memasuki Thiaoouba. Senang melihat suasananya ternyata sedang di pagi hari. Langitnya biru seperti di Bumi. Banyak pohon tinggi besar yang ada di sekeliling kami. Kucoba untuk menghirup udara pagi di sana. Benar-benar menyegarkan!

 

Untuk sejenak, aku menikmati pemandangan sekitar. Visualku betul-betul jernih kali ini. Kami tengah berada di sebuah tempat yang mungkin kukira sejenis taman.

 

“Selamat datang kembali!” Labradas menyambut kami. Bisa kulihat pula dengan jelas sosok Labradas yang di perjalanan sebelumnya masih agak samar dalam pandanganku.

 

Labradas menggunakan pakaian berwarna dasar hitam dengan motif belah ketupat dan paduan warna yang sangat bertabrakan jika dilihat dari perspektif manusia Bumi. Rambutnya hitam lurus sebahu dengan ada ikatan di sebelah kanan dan kiri kepalanya. Untuk detail wajahnya aku tak begitu memperhatikannya, maka dari itu aku tak bisa mendeskripsikan bagaimana wajahnya.

 

“Apa kira-kira yang ingin kalian ketahui lebih lanjut tentang planet ini?” tanya Labradas, “bagaimana jika kita mulai dari mengenal makanannya?”

 

“Sayang sekali, aku baru saja sarapan bubur dua porsi pagi ini. Jadi masih sangat kenyang. Kalau makan buah-buahannya saja, bagaimana?” Aku memberi usulan.

 

“Baiklah. Mari ikut denganku.”

 

Kami berjalan mengikuti Labradas.

 

“Aku penasaran, sebenarnya planet Thiaoouba ini ada di mana?” Jujur saja, pertanyaan ini cukup menggangguku selama ini.

 

“Kedua planet kita berada di galaksi yang sama. Berdasarkan sudut pandang kalian, Thiaoouba berada di konstelasi Aries.”

 

Aku cukup terkejut saat mengetahui jika Thiaoouba berada di galaksi bima sakti juga. Meski demikian, tetap saja teknologi manusia Bumi saat ini masih sangat jauh untuk bisa menjelajahi luar angkasa secara leluasa.

 

“Bisa kamu sebutkan lebih detail?” pintaku.

 

“Kenali terlebih dulu konstelasi Aries. Karena akan percuma jika kamu belum mengenalnya.” Aku hanya mengangguk saja. Memang, pengetahuanku tentang konstelasi bintang masih amat sangat sedikit. Sehingga, aku bisa mengerti mengapa Labradas mengatakan hal tersebut kepadaku.

 

Setelah beberapa saat berjalan, kami menaiki sebuah piringan kaca mirip cawan petri. Aku bisa mendengar dengan jelas nama benda yang kami naiki itu, Lativok. Benda ini membawa kami terbang menuju ke tempat yang akan kami tuju. Pengalaman menaiki Lativok adalah pengalaman yang seru bagiku. Mungkin karena selama ini aku belum pernah naik pesawat untuk ke luar kota atau ke luar negeri.

 

Kami tiba di sebuah tempat outdoor yang ada meja makan bundar. Ukurannya tidak terlalu besar. Namun cukup untuk kami semua menggunakannya.

 

Buah-buahan yang pertama dibawakan kepada kami adalah buah yang tampak luarnya seperti semangka. Anehnya, ketika dipotong, bagian dalamnya malah mirip mentimun. Rasanya tawar. Hanya saja ada sensasi rasa dingin saat memakannya. Seperti baru dikeluarkan dari lemari es.

 

“Hmm, bisa tidak bawakan buah yang rasanya asam manis saja?” Aku terkekeh saat memintanya.

 

Kami selanjutnya dibawakan buah yang mirip seperti tiga terong ungu yang saling menempel layaknya sesisir pisang. Kami potong bagian tengahnya, keluar cairan serupa madu dan terdapat biji-biji merah delima. Benar-benar aneh. Ternyata benar, rasanya asam manis segar. Aku suka buah yang satu ini!

 

“Bisa tidak ya, kira-kira menanam benih buah ini di Bumi?” celetukku usil.

 

“Untuk ditanam di Bumi sepertinya tidak memungkinkan. Benih tidak tumbuh atau mati sebelum biji bertunas,” ungkap Labradas menjelaskan.

 

Aku sudah menduga jawaban seperti itu yang akan dikeluarkan Labradas.

 

“Dari tadi aku terus yang bertanya, giliran kalian dong!” protesku, sambil melirik ke arah Mynthalla dan Sramvita. Begitulah mereka. Bukan hanya mereka berdua, anggota tim lainnya pun lebih sering diam, tak aktif bertanya. Apa mungkin mereka bisa membaca pikiran, sehingga sudah bisa mengetahui jawabannya sebelum bertanya ya?

 

Mynthalla akhirnya bertanya. Ia menanyakan perihal teknologi yang ada di Thiaoouba. Aku agak kurang menyimak penjelasan Labradas ketika menjawab pertanyaan Mynthalla. Sedikit yang kuingat, penduduk Thiaoouba merupakan manusia yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi. Tidak hanya sangat maju di bidang teknologi, spiritualitas mereka pun begitu luhur.

 

“Apakah penduduk Thiaoouba juga bekerja? Apa pekerjaan mereka?” selidikku.

 

“Beragam. Mari kuantar kalian menemui orang-orang yang bekerja di bidang pertanian.”

 

Kami kembali menaiki Lativok, terbang ke daerah pertanian. Ada beberapa orang yang tengah menggarap ladang. Kami hanya melihat mereka yang tengah beraktivitas dari kejauhan.

 

“Boleh aku mengambil sedikit tanahnya?” pinta Sramvita yang dijawab dengan anggukan Labradas.

 

Sramvita mengeluarkan sebuah wadah kaca berbentuk kapsul, kemudian memasukkan sedikit tanah ke dalamnya.

 

Labradas pun menjelaskan, “Tanah ini sangat subur. Tanaman bisa tumbuh cepat dan dapat segera dipanen.”

 

Aku sudah bisa membaca apa yang akan dilakukan Sramvita dengan tanah yang ia ambil dari Thiaoouba. Tentunya, ia akan meneliti dan memperbanyaknya di Kendan. Dia memang suka sekali belajar. Kurasa, Sramvita akan jadi bintang sekolah atau kampus jika ia belajar di lembaga formal pendidikan di Bumi.

 

Berkunjung ke Thiaoouba selalu menyenangkan bagiku. Dari berbagai macam aspek kehidupan, Thiaoouba memang amat sangat jauh melampaui Bumi. Sepertinya aku akan sangat sering mengunjungi planet yang satu ini.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!