Petualangan Astral: MENEMBUS RUANG DAN WAKTU
Sudahkah kita memahami siapa diri kita sebenarnya? Sudahkah kita mengetahui secara persis di mana posisi planet yang kita tempati di alam semesta yang begitu luas ini? Bisakah kita mengendalikan waktu dan menjelajahinya hingga mampu pergi ke zaman apa pun yang kita kehendaki?
Aku meyakini bahwa manusia sebenarnya adalah makhluk multidimensi. Maksud dari multidimensi di sini adalah kemampuan untuk mengakses berbagai macam dimensi. Hannya saja karena kita memiliki tubuh fisik, kita merasa tak memiliki kemampuan mengakses dimensi-dimensi tersebut.
Apa buktinya kita bisa mengakses dimensi lain? Tidur. Itu adalah bukti sederhana dan semua mengalaminya. Di saat kita tidur, kita berada di dimensi yang bukan dimensi tiga Bumi. Di saat kita lebih tersadar dalam keadaan tidur, kita bisa melihat dan mengingat apa yang kita alami dalam mimpi.
Lebih lanjut lagi, seseorang bisa merasakan fenomena Lucid Dream atau mimpi jernih. Sebuah istilah untuk menggambarkan kondisi seseorang yang sadar bahwa dirinya sedang bermimpi di alam mimpinya. Jika terus dilatih, seseorang bisa mengarungi mimpi bahkan mengarahkan mimpi yang seperti apa yang ingin ia dapatkan. Menarik sekali, bukan?
Kehidupan kita di planet Bumi memiliki dimensi tiga dan amat sangat lekat dengan ruang-waktu. Waktu ada karena adanya ruang. Begitupula ruang ada karena adanya waktu. Keduanya tak bisa terpisahkan. Namun, bagaimana jika kita bisa lepas dari ruang dan waktu? Bagaimana caranya? Salah satu caranya adalah dengan melakukan perjalanan astral yang mampu melampaui ruang maupun waktu.
Catatan Akashic atau Akashic Record merupakan sebuah sebutan tempat di mana data serta memori terkumpul dalam bentuk energi. Sejauh dari apa yang kuketahui saat ini, catatan akashic ini banyak macamnya. Pertama adalah catatan akashic personal, ini dimiliki oleh setiap individu manusia. Hanya bisa diakses oleh orang bersangkutan atau orang yang bersangkutan mengizinkan agar catatan akashic-nya dibaca oleh orang lain.
Kedua, ada pula catatan akashic planet. Data yang tersimpan tentu jauh lebih banyak karena memuat informasi hal-hal yang terjadi dalam skala planet. Setidaknya ada tiga tempat catatan akashic Bumi yang kuketahui dan pernah kukunjungi. Lokasi pertama terdapat di Sphinx Giza-Mesir, Pustaka Kendan, dan Perpustakaan Porthologos yang letaknya di Agartha.
Agartha sendiri merupakan sebutan bagi peradaban manusia-manusia terdahulu yang ada di dalam tanah. Letak Perpustakaan Porthologos tepatnya di bawah laut Aegea. Laut yang berada di antara Yunani dan Turki. Konon ada beberapa lagi catatan akashic Bumi di negara lain. Hanya saja aku baru menemukan dan mengunjungi ketiga tempat tersebut saja.
Ketiga, catatan akashic galaksi. Karena skalanya galaksi, artinya data yang dimuat di dalamnya pun benar-benar amat sangat banyak. Sampai saat ini aku belum pernah mengunjunginya sekalipun, karena memang belum tahu lokasi persisnya ada di mana. Mungkin aku harus melakukan penelitian lebih serius jika ingin mengunjunginya.
Aku sendiri baru mengenal serta mengakses catatan akashic personal diriku sendiri sekitar tahun 2022 awal. Ada banyak sekali buku dan video panduan yang bisa membantu kita untuk membaca catatan akashic personal diri kita sendiri. Tentu dengan cara yang juga beragam. Karena merasa bingung dengan berbagai jenis cara, akhirnya aku putuskan untuk mengikuti kelas online di Udemy.
Dengan memiliki seorang mentor, aku merasa akan lebih terarah dan informasi yang kudapatkan tidak simpang-siur. Kurasa apa yang disampaikan akan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan panduang yang ada di Youtube, tanpa kita tahu siapa pembuat videonya.
Aku memilih Julian Jenkins sebagai mentorku. Reputasinya di Udemy sudah sangat terkenal. Beberapa kelas online-nya bahkan masuk dalam kategori best seller. Untuk itulah aku memilih ikut bergabung di kelasnya.
Secara bertahap, Julian memberikanku pemahaman mengenai apa itu catatan akashic. Di sesisesi tertentu dalam videonya, ia memandu para peserta untuk bersama mengakses catatan akashic masing-masing. Sayangnya aku merasa gagal mengikuti kelasnya. Di akhir pembelajaran, aku masih merasa bingung dengan cara mengakses catatan akashic pribadiku.
Setelah mendapat dasar dari Julian, aku kembali mencari video panduan di Youtube. Akhirnya aku mendapatkan cara yang paling mudah kumengerti. Dan akan kubagikan cara ini dalam catatanku ini. Kurasa ini cara yang paling mudah menurutku.
Posisikan dirimu senyaman mungkin. Agar tidak sampai ketiduran, aku sangat menganjurkan posisi duduk bersila dengan posisi punggung yang bersandar nyaman. Aturlah napasmu senyaman mungkin. Dan bayangkan sebuah tempat favoritmu. Entah itu pegunungan, hutan, sawah, taman ataupun pantai.
Bayangkan dirimu berjalan menikmati suasana tempat favoritmu tersebut dalam beberapa menit. Kemudian bayangkan terdapat sebuah pintu lift terbuka dan membawamu turun ke bawah, ke lantai yang paling dasar.
Pintu lift kembali terbuka dan kamu berada di sebuah tempat atau dimensi yang gelap. Satu-satunya cahaya akan menuntunmu pada beberapa anak tangga dan sebuah pintu. Ukuran, warna, bahan pintu tersebut akan berbeda antara dirimu dengan orang lain. Pintu itulah yang akan membawamu menuju catatan akashic-mu.
Amati sejenak pintu tersebut, kemudian buka perlahan. Di balik pintu itu terdapat sebuah dimensi di mana catatan akashic-mu berada. Maka setiap orang akan memiliki gambaran yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Dari titik ini akan kuceritakan apa yang kulihat di balik pintu yang kulihat.
Setelah melewati pintu, aku keluar dari sebuah mulut gua yang tak terlalu besar dengan jurang di bagian depannya. Di ketinggian ini, kulihat sebuah jalan lurus dihiasi lampu kota di tengahnya yang mengarah ke sebuah gedung berwarna biru dongker dengan ornamen seperti tanduk terbalik ke bawah berwarna perak di bagian paling atas sisi kanan dan kirinya.
Tanpa merasa kesulitan, aku bisa dengan cepat berada di pintu masuk utama dari bangunan tersebut. Di pintunya terukir nama lengkapku. Ruangan pertama yang kumasuki adalah sebuah lobi dengan lorong melengkung dengan jendela-jendela besar di salah satu sisinya. Pemandangan di luar jendela dipenuhi dengan tanaman-tanaman hijau.
Langkah kakiku membawaku tepat ke sebuah pintu ruangan yang tertutup. Kubuka perlahan dan terlihat ruang baca dengan rak yang dipenuhi banyak sekali buku. Tampak sosok seorang pria gagah dengan pakaian ala suku Indian berdiri menoleh ke arahku.
“Sudah lama sekali aku menunggumu,” ujarnya dengan tersenyum. “Siapa kamu?” Aku berjalan mendekat ke arahnya. “Shana’a. Akulah yang menjaga catatan akashic milikmu ini.” “Jadi ini adalah catatan akashic milikku?” Shana’a mengangguk untuk lebih meyakinkanku. Setelah itu, kami berdua pun berbincang-bincang. Dari obrolan kami, aku mendapat simpulan mengenai apa sebenarnya catatan akashic. Sebagian orang percaya, peristiwa kehidupan masa lalu seseorang/inkarnasi pun terdapat di dalamnya.
Menurutku, mengakses catatan akashic personal sangat bagus untuk mengetahui kemampuan, kelebihan dan kekurangan diri.
Terkait dengan melihat catatan akashic milik orang lain, aku pun punya pengalaman tentangnya. Aku mencoba untuk mengakses catatan akashic dari salah seorang muridku setelah mendapatkan izin. Tanpa kesulitan, aku bisa masuk ke bangunan akashic yang bentuk dan suasananya sangat mempresentasikan anak tersebut.
Bagi orang-orang yang skeptis, tentu akan sulit sekali menerima hal ini sebagai sebuah fakta. Karena memang rasanya tak mungkin membuktikannya secara ilmiah dengan standar yang digunakan saat ini. Hanya saja aku menemukan konsep akashic record ini mirip atau bahkan mungkin sama persis dengan medan morfogenetik dalam ilmu Biologi.
Kebanyakan dari kita memersepsikan waktu berjalan secara linier. Masa yang telah kita lewati disebut masa lalu. Masa yang kita alami saat ini disebut masa sekarang. Sementara yang akan dilewati disebut dengan masa depan. Kita ibarat pada seutas tali tambang yang harus terus berjalan ke depan, tanpa bisa mundur ke belakang. Sehingga, perjalanan ke masa lalu dianggap hal yang masih mustahil untuk saat ini.
Padahal ketika kita sedang melamun memikirkan masa lalu saja, itu sudah perjalanan ke masa lalu. Meski hanya dalam batas pikiran saja, tanpa badan fisik. Sementara untuk bisa mengunjungi masa lalu secara utuh, para fisikawan menyebutkan bahwa kita membutuhkan mesin waktu untuk melakukannya.
Di dunia fiksi, sudah banyak sekali cerita yang mengisahkan berbagai perjalanan epik menjelajahi waktu. Entah itu di novel atau di film. Sementara di dunia nyata, mesin waktu masih belum berhasil kita ciptakan. Mungkin masih sangat jauh zaman kita saat ini untuk bisa berhasil mewujudkannya.
Beda ceritanya jika kita membahas dengan proyeksi astral. Dengan teknik ini, selain bisa menjelajah berbagai tempat, kita pun bisa menjelajahi waktu. Aku beberapa kali mengunjungi masa laluku sendiri dengan tujuan menyembuhkan innerchild yang masih ada dalam diriku. Membersihkan semua luka lama masa lalu yang lahir dari berbagai pengalaman tak menyenangkan, tak mengenakkan.
Karena tujuanku ke masa laluku sendiri untuk tujuan healing, aku meminta guru Abimana yang ikut membersamaiku. Hal pertama yang pernah kulakukan adalah pergi ke masa di saat aku masih duduk di kelas 4 SD. Saat itu, merupakan hari pembagian buku rapor dan kenaikan kelas ke kelas 5.
Peringkat rangking 1 masih kupegang di caturwulan! terakhir pada tahun ajaran tersebut. Wali kelas dan teman-teman sekelasku memberiku selamat atas prestasi puncak yang kembali kuraih. Aku menerima sendiri buku rapor dari wali kelas, tanpa kehadiran orang tua. Bahkan setelah mengambil rapor tersebut, aku pulang jalan kaki sendirian dari sekolah ke rumah. Padahal biasanya aku pulang bersama teman-teman lainnya.
Di rumah, aku menunjukkan buku rapor kepada kedua orang tuaku. Ekspresi senang memang tampak terlihat di raut wajah mereka. Namun tak ada kata “selamat” atau apresiasi apa pun yang kudapat. Setelah belajar semaksimal mungkin, meraih prestasi puncak, aku tak mendapatkan apa-apa dari orang tuaku. Dan kejadian seperti itu berulang hingga aku dewasa.
Aku sangat iri dengan teman-temanku yang bercerita bahwa mereka mendapat hadiah mainan meski tak mendapat rangking pertama. Mereka berjalan-jalan ke berbagai tempat wisata meski tak mendapat rangking pertama. Mereka diajak untuk nonton bioskop, makan-makan enak, meski tak mendapat rangking pertama. Lantas apa yang kudapat, padahal aku yang mendapat rangking pertama? Tak ada!
Hatiku ingin sekali rasanya memberontak. Berteriak bertanya kepada semesta, untuk apa aku berusaha melakukan yang terbaik jika pada akhirnya aku tak mendapatkan apa-apa?
Untuk mengobati rasa kekecewaan tersebut, aku dan guru Abimana menemui diriku di masa lalu. Tepatnya ketika diriku yang masih kecil sedang berjalan pulang setelah mengambil buku rapor. Kubawakan sekantung plastik besar yang berikan makanan dan mainan di dalamnya. Kulihat diri kecilku amat sangat senang saat menerimanya.
Aku memeluk diriku yang masih kecil dan mengucapkan selamat atas prestasi yang berhasil ia ukir. Sekaligus menyampaikan permohonan maaf, jika ia tak akan mendapatkan apa-apa dari orang tuanya sendiri. Kuharap dengan sedikit hadiah yang kubawa itu sudah cukup menghibur kesedihannya.
Ajaibnya, setelah melakukan itu, perasaanku menjadi tenang dan bahagia. Rasanya kenanganku yang buruk tergantikan dengan memori baru yang menyenangkan. Muncul kedamaian di hati yang dicampur dengan rasa haru. Kurasa, aku telah berhasil mengobati luka masa laluku yang ini.
Selanjutnya aku menuju masa laluku saat masih kuliah di Jakarta. Awalnya tak ada masalah berarti di masa-masa tersebut. Sampai akhirnya aku ditinggalkan oleh dua teman satu kost, karena mereka pindah untuk tinggal di tempat yang lain. Dengan begitu, biaya sewa kost yang semula ditanggung bertiga menjadi tanggung jawabku sepenuhnya.
Masalah ekonomi di momen itu jadi ujian terberatku. Bayangkan saja, di kamar kost, tak ada tempat tidur sama sekali. Aku sebagai mahasiswa yang merantau di kota orang itu harus tidur di lantai beralaskan pakaian-pakaianku yang sedang tak kupakai. Beberapa teman menyebutkan risiko serius jika aku terus meneruskan tidur seperti itu, yaitu penyakit paru-paru basah.
Untunglah Tuhan begitu baik, sehingga ada kakak seniorku yang memberikan pinjaman karpet untuk sekadar mengurangi dinginnya ubin lantai kamar kost di malam hari. Setidaknya terasa sedikit lebih hangat dibandingkan sebelumnya.
Hari-hari di Jakarta benar-benar menguras pikiranku. Fokusku bukan lagi hanya untuk menuntut ilmu, tapi juga untuk bertahan hidup. Uang yang tersisa setelah membayar uang sewa kost hanya ada 50 ribu rupiah. Uang itu adalah alokasi untukku makan selama sebulan. Mustahil untuk hidup dengan uang sekecil itu di tahun 2011, terlebih di Jakarta.
Sarapan pagi, aku bisa mendapatkan sarapan nasi pecel, orek tempe dengan satu gorengan. Siang hari, aku hanya bisa membeli dua potong roti yang harganya seribuan. Malam, aku kembali membeli nasi yang anya menggunakan tahu dan tumis kacang panjang. Itu yang terus kumakan setiap hari.
Untuk menahan rasa lapar, setelah pulang kuliah sekitar jam 12 siang, aku akan memaksa mataku untuk terpejam. Sambil membuka baju karena udara luar siang hari begitu panas. Mungkin akan terasa menyenangkan jika saat itu aku memiliki kipas angin yang bisa mendinginkan badanku. Namun nyatanya tak ada.
Ini adalah salah satu luka masa laluku yang ingin kusembuhkan. Aku melakukan proyeksi astral ke masa itu dan membawakan sejumlah uang dan makanan untuk diriku yang lebih muda dari saat ini. Ia menangis saat memberikan bantuan kepadanya. Sekali lagi, setelah berikhtiar kembali ke masa lalu, perasaanku menjadi lebih lega dan bahagia.
Dipikir-pikir, ilmu hipnoterapi mirip sekali dengan apa yang kulakukan. Bedanya, dalam hipnoterapi, seseorang membutuhkan bantuan terapis untuk membimbing orang tersebut masuk ke trance state. Setelah itu, terapis bisa mengarahkan kliennya tersebut ke masa-masa traumatik yang pernah dialami. Setelah itu ia akan memberikan sugesti positif agar trauma masa lalu yang diderita berkurang atau bahkan bisa hilang sama sekali.
Bersyukur rasanya bisa mendapatkan manfaat healing dari melakukan proyeksi astral. Tentunya masih banyak yang bisa kita dapatkan jika kita terus mau mengeksplorasi diri lebih jauh lagi. Semoga halhal seru lainnya bisa kurasakan sendiri.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!