Petualangan Astral: LUNA

0
16

Petualangan Astral: LUNA 

Langit malam rasanya akan terasa sempurna saat cuaca sedang cerah. Kita bisa menikmati sajian pemandangan taburan bintang dan pesona sang Bulan. Bulan sendiri seringkali menjadi simbol keindahan di berbagai negeri. Namun misteri tentangnya masih sedikit yang mengetahui.

 

Sejarah mencatat bahwa manusia Bumi berhasil menginjakkan kaki untuk pertama kali di Bulan tahun 1969. Misi Apollo 11 yang dijalankan Neil Armstrong dan Buzz Aldrin ke Bulan membuka harapan besar bagi peradaban manusia. Karena keberhasilan besar mendarat di Bulan membuat kita berekspektasi untuk bisa menjelajah luar angkasa lebih jauh lagi.

 

Namun sayangnya, setelah pendaratan ke Bulan di tahun 1972 usai, tak ada lagi pengiriman manusia ke sana. Salah satu alasannya karena dana yang diperlukan mencapai angka yang sangat fantastis. Dan NASA yang merupakan lembaga antariksa milik negara sangat tergantung pada pemerintah Amerika dalam urusan pendanaan misi-misinya.

 

Jarak Bumi ke Bulan hanya sekitar 384.400 kilometer. Apollo 11 mendaratkan para astronotnya di satelit Bumi tersebut dengan memakan waktu 75 jam 49 menit. Jadi, menurutku relatif dekat ya jaraknya. Namun lagi-lagi mentok di masalah biaya.

 

Sebagian masyarakat kita meragukan manusia mampu menginjakkan kakinya di Bulan. Berbagai teori konspirasi bertebaran. Sehingga banyak yang percaya, misi ke Bulan hanyalah bualan. Aku tak ingin membahas hal itu di sini. Kurasa kalian adalah manusia-manusia cerdas yang sudah bisa mengetahui kebenaran akan hal itu sendiri.

 

Aku membuat janji dengan tiga orang teman untuk melakukan astral traveling. Sengaja aku merahasiakan tujuan destinasinya dari mereka, agar astro sense mereka terasah. Ini merupakan kali pertama bagi ketiganya melakukan perjalanan secara astral.

 

Kami janjian untuk bertemu secara astral pukul 21.30 WIB. Aku berhasil bertemu teman-temanku dan langsung mengajak mereka menuju ke Kendan. Setelah memantapkan niat untuk melakukan perjalanan ke Bulan, kami diberikan akses menggunakan salah satu portal di Kendan. Bentuk portalnya seperti lambang 0 (Ohm). Tengahnya tampak cahaya medan energi. Kami pun segera masuk ke dalamnya.

 

Latar pun berganti menjadi sebuah dataran bebatuan kosong. Langitnya gelap. Aku mencoba untuk melihat ke sekeliling. Memang kosong. Aku memastikan bahwa kami telah tiba di Bulan. Tak lama kemudian, ada sebuah benda terbang pipih dengan cahaya kebiruan mendekati kami.

 

Di situ, aku merasakan ketakutan. Dari intensi energinya seperti hendak menangkap kami yang dianggapnya seperti para penyusup. Dari benda terbang tersebut, muncul satu sosok berwarna keabuan seperti alien Grey. Hanya bentuk kepalanya seperti ada tonjolan untuk tanduk di bagian kanan dan kiri.

 

Khawatir akan terjadi hal yang tak diinginkan, aku segera memperkenalkan diri kepada sosok tersebut. Menjelaskan maksud kedatangan kami datang ke sana. Setelah tahu apa niatan kami, ekspresi wajahnya berubah menjadi lebih tenang. Intensi energinya pun juga ikut berubah.

 

Kami diajak berkeliling dan masuk ke dalam bagian dalam bulan. Ia memperlihatkan bentuk Bulan secara holografik. Sebetulnya ada beberapa informasi yang diberikan sosok tersebut, hanya saja aku kurang bisa menangkapnya dengan jelas. Akhirnya kami mengakhiri perjalanan pertama kami di sana.

 

Keesokan malamnya, aku berniat untuk kembali melakukan perjalanan ke Bulan. Kali ini aku mengajak tujuh orang teman sekaligus. Awalnya, kami menuju ke Kendan dan masuk melewati portal yang sama seperti hari sebelumnya.

 

Setelah memasuki portal, kami ternyata malah mendarat di sebuah batu besar yang melayang-layang di luar angkasa. Mungkin bisa dibilang itu adalah sebuah asteroid. Untungnya di depan kami sudah sangat terlihat dengan jelas tujuan kami.

 

Di perjalanan kedua ini, aku melihat di kejauhan terdapat beberapa bentuk bangunan. Tapi hanya di satu area tertentu saja. Sementara di area lain tampak kosong. Lagi-lagi ada sebuah benda terbang menghampiri kami. Muncul sosok alien Grey yang terlihat lebih pendek dari yang kemarin.

 

Dari awal, tidak ada intensi negatif dari sosok Grey tersebut. Mungkin karena kami sudah pernah ke tempat ini sebelumnya, jadi mereka sudah tidak lagi merasa asing dengan kami. Aku yang berniat untuk mengeksplorasi tentang Bulan lebih jauh, bertanya kepadanya apa yang harus kami lakukan.

 

Makhluk Grey itu menunjuk ke sebuah bangunan berbentuk menara, dengan bagian bawah seperti bentuk pohon. Sementara bagian atasnya mirip sebuah piring terbang. Kurasa itu sebuah gedung yang terlihat sangat modern.

 

Kami memasuki bangunan dengan desain ruangan yang sangat futuristik. Hingga kami menemui satu sosok yang berwajah seperti tapir. Ia menggunakan pakaian armor keemasan. Aku memperkenalkan diri padanya. Ia pun memperkenalkan namanya dan menjelaskan bahwa dirinya merupakan perwakilan dari Dewan Galaksi. Dirinya ditugaskan untuk mengawasi kegiatan yang ada di bulan.

 

Cukup banyak hal yang kutanyakan padanya. Salah satunya adalah mengenai fenomena di zaman Nabi, mengenai peristiwa terbelahnya Bulan. Entah mengapa tiba-tiba muncul kitab suci melayang di antara kedua tanganku saat menceritakan kejadian Bulan yang pernah terbelah. Sosok itu menunjukkan sikap respek saat melihatnya.

 

Setelah mendengarkan pertanyaan dariku, ia hanya menjawab, “Bukan bulan ini yang terbelah.”

 

Jujur saja, mendengar pernyataan tersebut, muncul sebuah pergolakan dalam batinku. Selama ini aku sangat percaya bahwa Bulan yang biasa kita lihat di malam hari pernah terbelah di zaman Nabi. Apalagi di internet tersebar foto retakan Bulan yang pernah dirilis oleh NASA.

 

Karena takut mengganggu keyakinan yang kuanut selama ini, akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri perjalanan astral ke Bulan episode kedua ini.

 

Keesokan harinya, setelah melakukan perjalanan singkat ke Piramida Giza!, aku masih sangat penasaran dengan apa yang dinyatakan sosok perwakilan sang Dewan Galaksi di Bulan. Aku mencoba memeriksa ulang berita mengenai bukti foto retakan di bulan yang dianggap sebagai bukti bahwa bulan pernah terbelah.

 

Rupanya aku mendapatkan fakta yang mencengangkan. Retakan bulan yang disebut Rima Ariadaeus itu rupanya hanya sepanjang kurang lebih 300 kilometer saja. Sementara diameter bulan lebih dari 3.400 kilometer. Artinya retakan tersebut tidak bisa dijadikan bukti bahwa Bulan pernah terbelah. Beda halnya jika retakan tersebut rata di sepanjang diameter Bulan, barulah bisa dijadikan bukti ilmiah.

 

Aku sangat percaya pada fenomena terjadinya terbelahnya bulan di zaman Nabi. Namun aku pun mempertimbangkan apa yang disampaikan salah satu Dewan Galaksi yang kutemui. Bisa jadi memang dulu memang pernah ada Bulan yang lain. Bulan yang berbeda dari Bulan yang kita kenal selama ini.

 

Hal yang membuatku lagi-lagi terkejut adalah saat menemukan artikel mengenai kemungkinan terdapatnya dua Bulan di masa dahulu. Ada peneliti dari Amerika dan Swiss memiliki hipotesis bahwa Bumi awalnya memiliki dua Bulan. Satu yang kita kenal sekarang dan satunya lagi berukuran lebih kecil yang sudah hancur. Rasanya untuk mengungkap kebenaran ini, kemungkinan aku memerlukan waktu yang tidak singkat.

 

Selang waktu 4 bulan, rasanya aku ingin kembali menjelajah bulan. Karena kali ini aku sudah memiliki tim Salaka Minangka?, aku memutuskan untuk pergi bersama Sramvita dan Mynthalla. Beberapa jam sebelumnya, Sramvita telah membuat janji dengan salah satu pimpinan koloni di Bulan.

 

Mynthalla memimpin perjalanan kami hingga kami tiba di sebuah lubang pintu masuk menuju ke bawah permukaan Bulan. Sesosok makhluk Grey menuntun kami untuk memasukinya. Gelap sekali di dalamnya. Aku meminta Sramvita mengeluarkan cahaya sebagai sumber penerangan bagi kami untuk berjalan.

 

Sambil melangkahkan kaki untuk terus berjalan ke depan, aku melihat-lihat ke sekeliling. Di sebuah percabangan jalan, kulihat ada satu patung yang mirip sekali dengan yang ada di pulau Paskah. Tingginya hanya seukuran tinggi badanku. Apa pulau Paskah memiliki kaitan dengan Bulan? Aku mulai menduga-duga. Mungkin menelusuri pulau Paskah akan jadi tujuan petualanganku yang selanjutnya.

 

Setelah beberapa menit berjalan, kami akhirnya tiba di sebuah tempat di mana pemimpin koloni yang ingin kami kunjungi tengah duduk-duduk. Bentuknya seperti ras Grey pada umumnya, hanya saja bagian kepalanya sangat besar, seperti seseorang yang terkena hidrosefalus.

 

Sosok pemimpin tersebut menyebut dirinya bernama Troiyyol. Dia sangat ramah dan sopan untuk ukuran seorang pemimpin. Ini juga memberikanku referensi baru, bahwa memang tidak semua Grey itu negatif. Menurutku Troiyyol itu amat sangat positif.

 

“Terima kasih karena telah memberikan izin dan waktu untuk kami bertamu,” kataku sambil tersenyum.

 

“Tentu, kami sangat senang kalian datang ke sini,” ungkap Troiyyol.

 

“Kami ingin tahu lebih lanjut mengenai Bulan. Mungkin Anda bisa memberikan informasi yang Anda tahu kepada kami tentangnya.”

 

Troiyyol tertawa ringan, “Bukankah kalian sudah tahu banyak hal tentang Bulan? Tapi baiklah, aku akan memberikan sesuatu yang mungkin akan berguna.”

 

“Bulan ini ditempati oleh banyak sekali koloni. Aku hanya memimpin koloni kecil semenjak ayahku meninggal. Bisa dibilang, koloniku adalah koloni terkecil di sini.”

 

“Jadi Ayah Anda sudah meninggal?” tanyaku.

 

“Iya, belum lama. Dia mati saat menjalankan misi. Usia ratarata koloni kami hanya sekitar 300 tahun3. Ada juga yang bisa lebih dari itu.”

 

Terlintas tiba-tiba pertanyaan terkait spiritualitas dan nilai-nilai ketuhanan yang mereka miliki. Tanpa ragu, aku pun menanyakannya pada Troiyyol.

 

“Apakah kalian percaya dengan Tuhan, Sang Pencipta?”

 

“Tentu saja, kami percaya pada Sang Pencipta. Yang membuat kita semua menjadi ada dari ketiadaan. Yang menciptakan alam semesta beserta isi-isinya.”

 

Aku terkagum-kagum sekaligus heran, bagaimana bisa dia mengetahui atau mempelajari hal tersebut.

 

“Dia hanya melakukan kebaikan. Maka dari itu, tak ada pilihan bagi kita, kecuali mencontoh-Nya untuk terus melakukan kebaikan,” ujar Troiyyol. Mendengar kata-katanya itu, aku seperti mendapat nasihat dari seorang pemuka agama. Upaya menasihati tanpa ada kesan menggurui.

 

Dari Troiyyol aku mempelajari beberapa hal. Pertama, tak semua yang disebut jahat oleh kebanyakan orang adalah jahat. Kita tidak boleh menggeneralisir satu kelompok dengan label tertentu. Karena setiap individu pasti memiliki sifat berbeda, satu dengan yang lainnya.

 

Kedua, kita sebagai makhluk yang diciptakan oleh Sang Maha, kita tidak punya pilihan, kecuali melakukan kebaikan sebagaimana Dia telah memberikan banyak sekali kebaikan kepada kita. Saat kita melakukan keburukan atau kejahatan, seharusnya kita malu. Malu karena telah melakukan yang berlawanan dengan apa yang dicontohkan Tuhan.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!