Petualangan Astral: LEMURIAN

0
16

Petualangan Astral: LEMURIAN

Bangsa Mu… Bangsa Mu atau dikenal juga dengan sebutan bangsa Lemurian merupakan salah satu bangsa yang dipercaya merupakan ekstraterrestrial yang pernah hidup di Bumi.

 

Sebagian orang yakin bahwa mereka hidup sekitar 75.000 hingga 1.000 SM. Dikenal sebagai bangsa yang memiliki spiritualitas tinggi dan teknologi canggih berbasis air. Diklaim jauh lebih dulu ada sebelum bangsa Atlantis eksis.

 

Satu di antara sekian banyak yang meyakini keberadaan bangsa Lemurian adalah seorang spiritualis Amerika bernama Edgar Cayce. Bangsa Lemurian dikenal sebagai bangsa yang cinta damai. Berbanding terbalik dengan bangsa Atlantis yang senang menjajah dan melakukan peperangan. Kedua bangsa besar ini berperang hingga dua benua utama yang dikuasai oleh dua bangsa ini dianggap hilang atau tenggelam.

 

Sebuah Undangan

 

Setelah melakukan perjalanan ke Mars, aku memutuskan untuk mengambil jeda waktu dari kegiatan menjelajahi alam semesta. Aku menemui teman-temanku di basecamp Salaka Minangka dan mengutarakan rencana untuk mengajak mereka pergi liburan ke suatu tempat. Tak kusangka, mereka heboh sekali menyambut rencanaku tersebut. Terlihat jelas ekspresi kegembiraan pada diri mereka.

 

“Jadi ke mana nih enaknya?” tanyaku agar mereka memberikan usul.

 

Sebenarnya ada satu tempat favoritku di Kendan. Namanya adalah Pantai Kalampa. Aku memang sangat menyukai pantai. Bagiku, pemandangan lepas pantai memberikan kesan kebebasan.

 

“Ke Pantai Kalampa aja, gimana?” Aku memperhatikan satu per satu raut dari temantemanku yang kemudian direspon dengan raut wajah kecewa.

 

“Bosan!” protes Sramvita.

 

Tiba-tiba saja terlintas pantai-pantai yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat yang terkenal keindahannya. Di antaranya ada Pantai Tanjung Aan yang jadi favorit wisatawan domestik maupun asing.

 

“Ok, kita ke Pantai Tanjung Aan aja yang ada di Lombok ya. Kita ajak juga Guru Abimana untuk bergabung bersama kita,” usulku.

 

Akhirnya aku, Guru Abimana, Sramvita, Krieva, Guntrasaka, Mynthalla dan Kavatru pergi ke tujuan yang telah ditentukan. Hamparan pasir putih yang menawan begitu memanjakan mata. Teman-temanku langsung berlarian mendekati ombak dan bermain air. Sementara, aku duduk ditemani Guru Abimana menikmati keindahan alam sekitar.

 

“Nak, kudengar kamu mendapat undangan dari Dewan Lemurian.”

 

“Benar, Guru. Sramvita yang menerima undangan tersebut.”

 

“Lantas mengapa kamu belum pergi?”

 

“Hmm, rasanya saya belum siap, Guru. Kecuali jika guru juga ikut membersamai.”

 

Jujur saja aku merasa sedikit minder saat mendapat undangan itu. Memangnya apa istimewanya aku, bisa mendapat undangan kehormatan dari Dewan Lemurian?

 

Dewan Lemurian merupakan perwakilan orangorang bangsa Lemurian yang saat ini tinggal di Planet Lemurian. Konon, bangsa Lemurian merupakan bangsa pertama yang membangun peradaban di Planet Bumi. Sebagian orang menyebut bangsa Lemurian dengan sebutan bangsa Mu.

 

Sudah banyak ahli sejarah yang mencoba menguak jejak peradaban bangsa Lemurian. Bahkan tidak sedikit yang percaya, bahwa Indonesia adalah salah satu bagian dari wilayah bangsa Lemurian ini saat datarannya masih berupa Sundaland. Bahkan jauh sebelum itu.

 

Dari banyak cerita yang kudengar, bangsa Lemurian terlibat perang hebat dengan bangsa Atlantis. Hingga kedua wilayah bangsa-bangsa tersebut dinyatakan hilang atau tenggelam. Sehingga akan sulit sekali untuk membuktikan keberadaan atau eksistensi kedua bangsa ini, jika hanya berdasarkan pada benda-benda peninggalan yang mungkin sudah tak lagi ada.

 

Tak banyak yang kutahu sebelumnya mengenai bangsa Lemurian. Justru yang lebih terkenal adalah Atlantis. Karena Atlantis seringkali diangkat ke layar lebar atau film. Contohnya seperti dalam film Aguaman besutan DC Universe.

 

Dengan adanya undangan dari Dewan Lemurian, mungkin ini jadi sebuah jalan bagiku untuk menelusuri lebih jauh seperti apa peradaban bangsa Lemurian dulu di Bumi dan juga di planet asal mereka saat ini. Rasa-rasanya, ini akan jadi salah satu penelusuranku yang paling menarik.

 

“Kalau begitu tunggu apa lagi?” Guru Abimana menyiratkan pesan agar aku bersiap-siap di balik pertanyaannya tersebut.

 

“Maksudnya berangkat sekarang, Guru?” Aku celingukan. Tak menyangka harus secepat ini melanjutkan penjelajahanku. Aku tak berani membantah. Terlebih karena Guru Abimana bersedia menemaniku menemui Dewan Lemurian.

 

Kupanggil teman-temanku yang masih asyik bermain untuk bersiap-siap. Kami kembali ke Kendan untuk mengakses portal yang akan membawa kami ke Planet Lemurian. Ini jadi pengalaman pertama kami melakukan perjalanan secara full team yang ditemani Guru Abimana.

 

Planet Lemurian

 

Kami berada di sebuah dataran berbatu. Kusapukan pandanganku ke arah langit malam di Planet Lemurian yang berwarna ungu. Indah sekali. Selang beberapa detik, datang seseorang yang bertubuh tinggi besar mendekati kami. Guru Abimana terlihat sudah sangat akrab dengannya.

 

“Akhirnya kau pulang, Abimana!” katanya.

 

“Nak, ini adalah ayahku. Ramaditha,” ungkap Guru Abimana yang membuatku terkejut.

 

Karena secara teknis Ramaditha adalah ayah dari guruku, maka aku pun menyebut beliau dengan sebutan guru. Ia memiliki kumis dan janggut yang saling menyambung. Rambutnya yang tak terlalu panjang dikuncir ke belakang

 

“Salam kenal, Guru.” Aku menyapanya dan memperkenalkan diri.

 

Kami diajak ke tempat sebuah bangunan mirip Iglo oleh Guru Ramadhita. Suasana di dalamnya seperti berada di dalam gua. Hanya saja cahaya lampu menerangi setiap dindingnya. Kami dijamu hidangan makanan seolah sudah dipersiapkan dari jauh-jauh hari.

 

Kami mulai berbincang dengan Guru Ramadhita. Kuceritakan pula kedatanganku ke Planet Lemurian karena mendapat undangan dari Dewan Lemurian. Dari perbincangan tersebut, akhirnya aku tahu bahwa Guru Ramadhita termasuk orang Lemurian yang ikut membantu dalam membangun peradaban-peradaban awal di Bumi.

 

Usai perang antara bangsa Lemurian dan Atlantis pecah, bangsa Lemurian yang masih bertahan tercerai berai. Mereka terbagi ke dalam tiga kelompok besar. Pertama, kelompok yang memutuskan kembali ke Planet asal mereka, Lemurian. Kedua, kelompok yang memutuskan untuk masih tetap tinggal di Bumi. Di antara mereka ada yang tinggal di Agartha, Shambhala dan juga Saranjana. Ketiga, tidak kembali ke Lemurian dan juga tidak tinggal di Bumi. Mereka memilih untuk mencari tempat baru di alam semesta yang luas ini.

 

Mendapat informasi ini membuatku sangat bersemangat untuk mengetahui lebih lanjut peradaban bangsa Lemurian. Hanya saja tidak enak rasanya jika tidak terlebih dahulu memenuhi undangan dari Dewan Lemurian. Maka dari itu, kuputuskan untuk segera menemui orang yang telah memberikanku undangan.

 

“Aku akan mengantar kalian menemuinya. Ikuti saja aku,” ujar Guru Ramadhita memberikan tawaran yang kusambut dengan hati gembira.

 

Kami mendatangi satu tempat yang memiliki kesan seperti sebuah istana. Ramai sekali orang di dalamnya. Namun terlihat sangat tertib dan rapi.

 

“Selamat datang. Senang sekali akhirnya aku bisa bertemu langsung dengan kalian,” sapa seorang wanita yang penuh kharisma. Sepertinya wanita tersebutlah yang telah mengundang kami datang ke sini. Namanya adalah Dhiraksa.

 

“Maaf sebelumnya. Bolehkah saya bertanya sesuatu?” tanyaku pada Dhiraksa yang memang merupakan salah satu Dewan Lemurian.

 

“Tentu saja, silakan.”

 

“Saya penasaran, apa yang membuat Anda mengundang kami ke sini. Saya merasa kurang pantas mendapatkan kesempatan berharga seperti ini.”

 

“Karena kamu istimewa.”

 

“Istimewa karena …?”

 

“Karena kamu memiliki keinginan untuk bisa menjelajahi alam semesta.”

 

“Sepertinya bukan hanya saya saja yang menginginkan hal tersebut. Banyak orang di luar sana yang memiliki keinginan yang sama seperti saya. Mereka pun memiliki kemampuan yang sama seperti apa yang saya miliki saat ini. Mereka bisa mengunjungi tempat apa saja yang mereka mau datangi.”

 

“Benar sekali. Namun hanya kamu yang dengan sungguh-sungguh menuliskannya ke dalam catatan dan membuat banyak orang tahu dari catatanmu tersebut. Kami telah memperhatikanmu dan kami bangga atas apa yang telah kamu lakukan selama ini.”

 

Perkataan Dhiraksa tersebut membuatku sedikit malu. Alasan mengapa aku menuliskan catatan perjalananku menjelajahi alam semesta adalah agar banyak manusia yang sadar akan kehebatan Sang Pencipta. Begitu banyak kehidupan dan peradaban yang jumlahnya tak terhingga di alam semesta. Kita tak sendirian di jagat raya ini.

 

“Sebagai apresiasi dari usahamu selama ini, kami ingin memberikanmu hadiah. Kamu tinggal sebutkan saja apa yang ingin kamu dapatkan saat ini.”

 

Aku tertegun sejenak. Terlintas dengan cepat sebuah informasi mengenai sistem pendidikan Planet Lemurian yang sangat bagus.

 

“Saya ingin menguasai ilmu tertentu jika diizinkan melalui pendidikan singkat di sini,” kataku dengan yakin.

 

“Pendidikan di bidang apa yang ingin kamu dapatkan di sini?”

 

“Ilmu untuk mendapatkan banyak uang dalam waktu singkat.”

 

“Kenapa kamu menginginkan mempelajari hal itu?”

 

“Tak bisa disangkal, di Planet Bumi saat ini uang menjadi salah satu alat yang bisa dijadikan kekuatan di berbagai macam bidang kehidupan. Tanpa uang, manusia Bumi sulit memenuhi kebutuhan hidup mereka. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar, kami membutuhkan uang.”

 

“Aku mengerti.”

 

Dhiraksa menunjuk seorang perempuan berambut panjang lurus dengan pakaian seragam biru dongker yang dikenakan juga orang-orang sekitarnya. Ia mengantarkanku ke sebuah ruangan di mana terdapat sebuah bola besar di dalamnya.

 

“Pendidikan kami di sini untuk yang ingin mempelajari suatu ilmu dengan cepat menggunakan alat ini,” papar perempuan itu.

 

Aku pun memasuki bola besar, kemudian mengambil posisi duduk nyaman. Sepertinya bola besar canggih ini merupakan sebuah simulator.

 

Perlahan tampak sesosok Reptilian di depanku. Keningku berkerut, merasa heran.

 

“Dia adalah guru terbaik yang kami miliki saat ini untuk ilmu yang ingin kamu pelajari.”

 

Suara perempuan yang tadi mengantarkanku masih bisa kudengar dengan jelas.

 

“Mungkin kamu merasa sedikit takut kepadaku. Tapi tenanglah. Aku tak seperti yang kamu kira.” Sosok Reptilian itu sepertinya bisa membaca gelagatku dengan sangat baik.

 

“Tidak semua Reptilian memiliki niatan jahat untuk mencelakakan yang lain. Malah di sini aku akan mengajarimu untuk menguasai apa yang ingin kamu pelajari.”

 

Dari vibrasi energinya, memang sosoknya sangat positif. Berbeda dengan entitas beberapa Reptilian yang pernah kutemui di Planet Bumi.

 

“Kamu bisa mengunduh lebih dulu pengetahuan dariku. Kunci dari apa yang kamu inginkan ada pada chakramu yang ketiga.”

 

Aku tak terlalu mengerti maksud ucapannya tentang chakra yang ketiga. Hanya saja dia terus memperhatikan chakra hatiku. Entahlah, mungkin suatu hari nanti aku akan mengerti maksudnya.

 

Proses pengunduhan pengetahuan telah sepenuhnya selesai dilakukan. Padahal waktunya tidak sampai 5 menit. Pintu bola besar canggih pun kembali terbuka. Kurasa program pendidikan singkatku sudah selesai. Jika di Planet Bumi belajar hanya perlu sesingkat ini, akan terasa sangat menyenangkan bukan?

 

Sang Dewi

 

Usai menyelesaikan pendidikanku yang sangat pendek di tempatnya Dewan Lemurian, aku seperti mendapatkan panggilan. Suaranya sudah tak asing lagi bagiku. Suara sosok yang sudah seringkali datang menemuiku, entah di Kendan maupun saat bertugas di dunia nyata.

 

“Sepertinya saya harus minta izin sebentar untuk menemui seseorang di sini,” pamitku pada Guru Abimana.

 

“Pergilah sendiri. Kami akan kembali ke tempat ayahku dan menunggumu di sana.”

 

“Bak, Guru.”

 

Kuikuti frekuensi suara yang memanggilku. Dan akhirnya aku bertemu dengan seorang dewi yang bernama Glabhinnara. Ini adalah pertemuanku yang keempat kalinya dengan beliau.

 

“Akhirnya kamu datang ke sini secara langsung.”

 

“Benar Dewi. Senang rasanya bisa langsung menemui Anda di sini.”

 

Penampilan Dewi Glabhinnara bisa sangat jelas tergambar dalam pikiranku. Aku masih belum tahu mengapa konektivitas antara kami bisa begitu kuat. Beliau adalah salah satu sosok dari bangsa Lemurian yang banyak membantu perkembangan spiritualitas manusia Bumi. Sifatnya yang penuh welas asih, menjadi inspirasi banyak orang. Beliau memakai pakaian serba putih panjang dan selendang. Wajahnya bercahaya dan perasaan begitu tenang jika berada di dekat beliau. Berbagai masyarakat dunia begitu mengenalnya. Di suatu negeri, Dewi Glabhinnara disebut dengan nama Kwan Im atau Guan Yin.

 

Pertemuanku dengan beliau diawali saat aku memiliki tugas dari komunitasku untuk mengalirkan energi pada kotak terkunci. Saat itu beliau datang dan mengamati apa yang kulakukan. Pertemuan selanjutnya saat aku berada di Kendan, beliau memanggilku untuk memberikan sebuah pesan, bahwa akan ada seorang anak perempuan yang harus kubimbing dengan baik.

 

Sementara pertemuanku yang ketiga saat melakukan penelusuran ke Pantai Selatan. Karena di sana banyak sekali entitas yang menyamar dan ingin menyesatkan manusia ke dalam kesesatan, Dewi Glabhinnara membantuku menunjukkan jalan menuju dimensi atas tempat sang Ratu Pantai Selatan yang sesungguhnya.

 

Banyak orang yang keliru dan tak bisa membedakan mana Ratu Pantai Selatan, Nyi Roro Kidul dan juga Nyi Blorong yang sebenarnya adalah tiga entitas yang berbeda. Maka dari itu, untuk berhasil keluar dari tipu daya besar dari kedua entitas negatif, Dewi Glabhinnara membukakan jalan menuju tempat yang seharusnya.

 

Belum banyak yang bisa kuceritakan tentang Dewi Glabhinnara. Karena selama ini memang pertemuanku dengan beliau masih sangat sedikit. Mungkin suatu hari nanti akan terjawab, mengapa aku bisa sangat terkoneksi dengan beliau. Ya, semoga saja.

 

Peradaban Awal Bumi

 

Tidakkah kalian merasa penasaran tentang bagaimana sebenarnya peradaban pertama yang dibangun di Planet Bumi kita? Usia Bumi saat ini diperkirakan sudah mencapai 4,54 miliar tahun. Waktu yang sudah sangat lama untuk ukuran sebuah planet.

 

Untuk mengetahui peradaban awal di Bumi, secara khusus aku banyak meluangkan waktu untuk banyak berdialog dengan Guru Ramaditha. Beruntungnya, beliau dengan senang hati menjawab banyak pertanyaanku terkait hal itu dan tentunya juga dengan peradaban bangsa Lemurian di Bumi.

 

“Guru, apa benar pengejaan untuk penyebutan Lemurian itu seperti itu? Apa orang-orang Lemurian menyebut namanya Lemurian?”

 

“Tidak, Nak. Kami menyebut planet kami dengan nama Lemburdhia. Seiring berjalannya waktu, karena pengucapannya terlalu berat, maka orang-orang lebih banyak pelafalkannya dengan pelafalan Lemuria.”

 

“Kata ‘Lembur’ yang saya tahu artinya tempat tinggal atau kampung dalam bahasa Sunda.”

 

“Lemburdhia bagi kami memiliki makna tempat kembali. Jadi tidak hanya sebatas tempat untuk kami tinggal,” jelas Guru Ramadhita.

 

“Guru, tolong ceritakan bagaimana asal mula bangsa Lemurian bisa sampai di Planet Bumi dulu.”

 

“Planet kalian dulu masih berupa air. Semua wilayahnya hanya air. Kami bangsa Lemurian mendapat tugas dari Dewan Galaksi untuk membantu mengondisikan Bumi agar bisa ditempati oleh entitas yang akan mewarisi dan menempati Bumi. Tentu saja, tugas ini pun merupakan tugas dari Sang Sumber, yang Maha Menciptakan segalanya.”

 

“Kapan sebenarnya hal itu terjadi?”

 

“Kami mulai bertugas saat Bumi berusia 2,7 miliar tahun. Hal pertama yang kami lakukan adalah membantu proses terbentuknya daratan. Sehingga planet kalian yang mulanya hanya perairan saja, mulai memiliki daratan.”

 

“Itu sudah sangat lama sekali, Guru! Karena informasi yang saya dapat bangsa Lemuria hidup di Bumi sekitar 72.000 tahun yang lalu.”

 

“Kami jauh lebih lama di sini, Nak. Bahkan sebelum kalian menentukan periode-periode zaman prasejarah, kami sudah mulai memakmurkan plaent Bumi.”

 

“Dataran yang kami buat menggunakan teknologi kami hanya muncul dalam satu malam saja. Jadi setelah dataran terbentuk, kami yang bertugas bisa mulai menempatinya.”

 

“Dataran terbentuk hanya dalam satu malam?!”

 

Aku benar-benar terkejut saat mendengarnya.

 

“Dataran yang terbentuk awalnya hanya berupa satu dataran besar saja. Hingga Planet Bumi pun menyesuaikan dirinya sendiri sehingga menjadi seperti saat ini.”

 

Aku mendengarkan dengan saksama apa yang disampaikan oleh Guru Ramadhita. Sungguh, informasi yang beliau berikan merupakan sesuatu yang baru bagiku.

 

“Lantas mengapa Bumi dulu pernah mengalami zaman es yang begitu lama? Apakah ada penyebabnya?” tanyaku.

 

“Itu ada kaitannya dengan apa yang kami lakukan terkait membentuk daratan. Setelah sekitar 300-400 tahun kami berada di planet kalian, suhu inti bumi semakin lama semakin naik. Jika terus dibiarkan, air laut akan banyak menguap dan akan terjadi kekeringan yang menyebabkan tak akan ada tersisa lagi air.”

 

“Lantas bagaimana cara bangsa Lemurian mengatasinya?”

 

“Kami terpaksa harus membuat seluruh permukaan Bumi membeku. Ini dilakukan sebagai upaya menurunkan suhu permukaan. Selanjutnya panas dari inti bumi perlahan akan merambat ke permukaan dan membuat es-es mencair. Dari cairan es itulah yang menyebabkan sebagian daratan terendam air.”

 

“Salah satunya Sundaland.”

 

“Tepat sekali, Nak.”

 

“Selanjutnya mengenai manusia pertama yang ada di Bumi. Kami percaya Adhama adalah manusia pertama di muka Bumi. Meskipun sekarang sudah mulai banyak orang yang menyangkal hal tersebut. Bagaimana pandangan bangsa Lemurian mengenai ini?”

 

“Adhama adalah ras manusia pertama yang paling sempurna dari jenis manusia yang pernah Sang Pencipta buat. Jangan kira ras manusia hanya ada di Bumi saja, di berbagai belahan semesta lain pun ada ras manusia lainnya. Namun sekali lagi, Adhama dan kalian keturunannya adalah ras manusia yang paling sempurna.”

 

“Sempurna dalam hal apa?”

 

“Dari berbagai hal. Namun, Adhama menurunkan kemampuan keturunan-keturunannya demi mencegah kerusakan di Bumi. Kalian sendiri sudah sering kan mendengar cerita pertengkaran antara anak-anak Adhama? Bayangkan saja jika kemampuan mereka sama seperti yang dimiliki Adhama, kemudian terjadi perkelahian di antara mereka. Entah bagaimana nasib planet kalian saat ini.”

 

“Terakhir Guru, saya ingin bertanya perspektif Guru mengenai manusia Bumi akhir-akhir ini. Saya kok melihat orang-orang jadi mudah sekali marah, sensitif bahkan sering melakukan kekejian yang luar biasa dalam tindakan kejahatan mereka. Apa yang sebenarnya terjadi?”

 

“Banyak faktor, Nak. Psikologis dan lingkungan jadi penyebab utamanya. Meski tentu ada faktor pemicu yang banyak dari kalian tidak mengetahuinya.”

 

“Faktor pemicu?”

 

“Ada zat-zat tertentu yang membuat emosi manusia seperti kalian tidak stabil disusupkan pada berbagai jenis makanan, terutama makanan pokok dan yang sering dikonsumsi setiap harinya. Sebenarnya zat tersebut memiliki efek yang rendah dan bisa hilang dengan sendirinya saat kalian terhubung dengan Bumi!.”

 

Perjalananku ke Planet Lemurian atau Lemburdhia menyadarkanku akan pentingnya bersyukur atas apa pun yang kita nikmati saat ini. Kita bisa begitu nyaman tinggal di Bumi atas kerja keras dan usaha ras manusia lain yang membuat Bumi kita ini layak kita huni. Jika kita tarik lebih jauh, kita bisa mendapatkan pelajaran bahwa di balik pencapaian yang telah kita dapatkan dan nikmati hasilnya terdapat perjuangan serta usaha orang-orang yang telah membantu kita. Karena kita tak akan pernah bisa hidup sendiri.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!