Petualangan Astral: INTUISI
Intuisi… Masih banyak orang yang sulit membedakan antara intuisi, firasat dan insting. Itu karena memang ketiga istilah ini memiliki kemiripan yang perbedaannya sangat tipis.
Intuisi meliputi hal-hal yang bersifat metafisika atau di luar jangkauan rasional. Sebagian orang menyebutnya sebagai indera keenam. Berbeda halnya dengan intuisi, firasat merupakan perasaan yang muncul setelah melihat indikasi atau gelagat.
Sementara insting merupakan naluri yang ada sejak lahir untuk memberikan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu. Insting tidak hanya dimiliki oleh manusia, karena hewan pun memilikinya. Salah satu contoh dari insting pada manusia terlihat pada bayi yang secara refleks mendorong dirinya untuk mencari puting susu ibunya, tanpa ada siapa pun yang mengajari untuk melakukannya.
Akhir-akhir ini, seringkali aku melihat postingan yang berisikan kekhawatiran akan dampak negatif Artificial Intelligence (Al). Kekhawatiran masyarakat kurasa wajar karena memang sudah mulai ada beberapa orang yang menggunakan Al untuk tujuantujuan tidak terpuji.
Salah satu di antaranya adalah manipulasi foto para public figure dengan menggunakan teknologi Al sehingga seolah mereka menggunakan pakaianpakaian yang tidak pantas. Padahal aslinya tidak demikian.
Mungkin untuk sekarang ini (tahun 2023), kita masih bisa membedakan mana foto-foto yang asli dan mana yang buatan Al. Namun bagaimana dengan 5-10 tahun yang akan datang? Teknologi Al akan jauh berkembang sangat pesat, sehingga mungkin akan nyaris sulit dibedakan antara yang asli dan buatan hanya dengan mengandalkan mata telanjang.
Bukan hanya untuk manipulasi foto, teknologi Al mampu memanipulasi suara bahkan video. Kita sudah mulai mengenal swap face atau deep fake. Dengan teknologi itu, seseorang bisa menjadi siapa saja dengan mengubah wajah dan suaranya setelah mengambil rekaman video dirinya sendiri.
Dengan begitu, orang-orang yang tak bertanggung jawab akan semakin mudah untuk menyebarkan berita bohong (hoax), karena didukung oleh video-video yang sebenarnya telah dimanipulasi. Fitnah bisa dengan mudah dilancarkan oleh satu pihak ke pihak lawannya. Dan hal yang terburuk dari itu semua adalah peperangan yang terjadi antara satu pihak dengan pihak lain gara-gara berita palsu yang sebenarnya tak pernah terjadi. Miris sekali bukan?
Jika digunakan untuk hal positif, tentu teknologi Al amat sangat membantu manusia menyelesaikan berbagai macam pekerjaannya. Namun apa jadinya jika digunakan untuk tujuan-tujuan negatif? Itulah yang saat ini dikhawatirkan oleh masyarakat secara umum, bahkan para pembuat Al sekalipun.
Lantas apa yang bisa kita lakukan dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat seperti saat ini? Adakah cara agar kita bisa terhindar dari dampak-dampak teknologi Al ini? Kupikir salah satu yang bisa mengantisipasi dampak negatif dari hal ini adalah dengan mempertajam intuisi diri.
Intuisi merupakan suatu pemahaman yang didapatkan secara langsung, spontan, tiba-tiba dan tanpa adanya perantara. Tidak jarang bagi mereka yang telah terasah intuisinya, mereka mampu memutuskan sebuah keputusan dengan cepat dan juga tepat. Ini akan sangat membantu kita untuk bertahan di tengah gempuran tuntutan kehidupan yang harus serba cepat seperti saat ini.
Dan saat kita gunakan intuisi kita untuk menyaring berita, kita bisa membedakan dengan cepat, mana yang memang berupa fakta dan mana yang berupa manipulasi belaka. Tanpa harus melakukan riset yang mungkin butuh waktu lama untuk memeriksa kebenarannya.
Bagiku, intuisi sangat membantuku untuk mengenal karakter dengan cepat. Hanya dengan beberapa menit memperhatikan seseorang, aku bisa mengetahui karakter-karakter dasar yang paling menonjol darinya. Dengan begitu, aku bisa dengan mudah menyaring lingkar pertemananku. Agar terhindar dari mereka yang toksik atau termasuk orang yang suka memanfaatkan orang lain.
Salah satu pengalaman yang menurutku menarik adalah saat ada seorang tenaga pengajar baru yang melakukan pengabdian hanya untuk beberapa pekan di sebuah lembaga pendidikan. Ia dikenal sebagai lulusan berprestasi, pernah mendapatkan kesempatan dan penghargaan di luar negeri, dan sangat disegani oleh para juniornya.
Namun entah mengapa, intuisiku mengatakan hal yang justru bertolak belakang dari apa yang ia banggabanggakan. Karakter yang sangat kuat melekat ada padanya adalah sifat sombong, ingin menang sendiri, dan orang lain harus selalu patuh padanya.
Di pekan pertama, kulihat semuanya berjalan seperti biasa saja. Kuakui dengan kehadirannya, para siswa menjadi lebih disiplin dalam urusan mengatur waktu dan aktivitas hariannya. Aku turut senang dengan melihat perubahan positif para siswa yang lebih teratur di berbagai aktivitasnya.
Hingga tibalah waktu di mana para siswa satu per satu mulai mengadu padaku dengan cara mendidik guru muda tersebut. Mereka mengatakan seringkali mendapatkan hukuman fisik berupa tamparan dan pukulan di beberapa anggota tubuh mereka dengan sebuah alasan yang menurutku bukan termasuk kesalahan besar.
Jujur saja aku sangat marah setelah mengetahuinya. Aku kurang bisa mengendalikan diri dan membuat “keributan” di grup media sosial internal para guru dan pimpinan sekolah. Kulakukan hal tersebut karena khawatir jika nantinya akan ada siswa yang melaporkan kejadian ini kepada orangtuanya dan berdampak kerugian yang besar bagi lembaga pendidikan.
Pimpinan sekolah saat itu pun langsung menanyakan kebenaran dari poin-poin yang kubeberkan di grup. Guru muda itu mengakuinya, namun ia tetap berkelit bahwa pukulan yang dia berikan kepada para siswa masih terukur baginya. Apa yang dilakukannya kepada para siswa didapatinya saat ia masih menjadi pelajar dengan menggunakan metode mendidik yang seperti itu. Maka dari itu, ia menganggap selama untuk mendidik, memberikan hukuman fisik adalah sesuatu yang wajar baginya.
Aku mencoba menggali lebih dalam informasi dari anak-anak yang menjadi target sasaran hukuman fisik. Tapi ternyata mereka malah tutup mulut, karena rupanya mereka telah dipojokkan oleh guru muda tersebut, setelah kuadukan dirinya ke para pimpinan lembaga.
Beruntungnya, masih ada yang mau menceritakan lebih detail. Ternyata pukulan yang diberikannya kepada salah satu siswa membuat siswa tersebut tersungkur dan terjungkal ke belakang. Inikah yang dia bilang terukur?
Mungkin cara mendidik seperti itu cocok untuk orang-orang zaman dulu hingga akhir tahun 1900-an. Tapi untuk zaman sekarang, anak-anak tak bisa dididik dengan cara seperti itu. Terlebih sudah ada Undang-Undang di Indonesia yang mengatur perlindungan terhadap anak, salah satunya adalah Undang-Undang No. 35 tahun 2014, pasal 54.
Hal lain yang tak bisa kuterima adalah semua siswa kena hukuman secara rata, yaitu mendapatkan pukulan di dada atau paha, gara-gara ada sedikit sampah yang tercecer di asrama siswa. Bukankah ini tidak logis, menghukum banyak orang yang sama sekali tidak bersalah?
Singkat cerita, di pekan terakhirnya program pengabdian, dia terlihat sangat membatasi dirinya. Bahkan yang awalnya ia akan meminta maaf dan menjelaskan secara langsung kepada guru lainnya mengenai apa yang terjadi, ternyata batal dilakukannya.
Para siswa kembali ceria setelah kepergian guru muda tersebut. Banyak siswa yang bersyukur karena kepergiannya. Hanya satu siswa yang menyayangkan kepergiannya tersebut, karena menurutnya temantemannya kembali menjadi kurang disiplin setelah guru muda tersebut tak lagi menjadi pembimbing mereka.
Ya, aku pun tak menafikan usaha dan pengabdiannya yang sebenarnya memiliki niat untuk memberikan yang terbaik. Namun cara yang digunakannya tidak tepat. Sehingga menghasilkan sesuatu yang tidak baik pada akhirnya. Para siswa disiplin bukan karena kesadaran mereka sendiri, akan tetapi takut pada sosok guru tersebut. Dan menurutku, itu bukan suatu prestasi. Itu hanya akan mencetak generasi penakut dan pemberontak. Takut saat diawasi dan bersikap liar saat di luar pengawasan.
Dari satu pengalaman ini, aku semakin percaya pada intuisiku. Apa yang kurasakan membuatku bisa menilai karakter orang tersebut dengan cepat dan ternyata memang terbukti demikian adanya seiring berjalannya waktu.
Pertanyaannya sekarang, bisakah setiap orang mengasah intuisinya masing-masing agar semakin tajam? Tentu saja bisa. Sebagaimana intuisi bisa tumpul jika tidak diasah, ia bisa semakin tajam jika terus dilatih. Bagaimana cara untuk melatih intuisi?
Aku pernah belajar pada Sonia Choguette yang dikenal sebagai guru spiritual yang sering mengajarkan untuk melatih intuisi. Aku mengikuti program “Sixth Sense Superpower” yang dimentori oleh Sonia. Maksud dari sixth sense yang dimaksud di program ini adalah intuisi. Karena intuisi ini merupakan indera yang sebenarnya kita semua miliki, hanya tak semua menyadari keberadaannya.
Sonia memberikan tips yang sangat sederhana untuk melatih intuisi. Dengan kata lain, intuisi memang bisa dilatih dengan cara-cara yang sangat sederhana. Di antaranya adalah:
1. Lebih banyak mengamati dan mendengarkan daripada berbicara
Sonia menganjurkan kita untuk lebih teliti melihat segala sesuatu yang ada di sekeliling kita. Selain itu dengarkan apa yang terdengar dengan saksama saat melakukan duduk hening. Mulailah untuk mengurangi porsi berbicara.
2. Memperhatikan intuisi yang datang
Dengan menaruh perhatian lebih terhadap intuisi-intuisi yang datang, maka intuisi akan semakin terasah. Berbeda halnya jika kita mengabaikannya, intuisi kita akan semakin melemah. Kebanyakan orang tidak menganggap penting intuisi, sehingga intuisi mereka tidak terlatih dengan baik.
3. Terhubung dengan alam sekitar
Tingkatkan kepekaan diri kita terhadap alam sekitar. Semakin terkoneksi kita dengan alam semesta, semakin mudah kita menyadari intuisi yang datang.
Satu poin inti yang kupelajari dari Sonia untuk melatih intuisi adalah dengan lebih memperhatikan apa yang ada di sekitar kita. Ini adalah kuncinya. Untuk tips lainnya terkait intuisi, akses saja saluran Youtube pribadinya “Sonia Choguette” atau bergabung mengikuti program online “Sixth Sense Superpower” yang diselenggarakan oleh Mindvalley.
Ada pengalaman nyata seorang spiritualis wanita asal Amerika terkait dengan intuisi yang dimilikinya. la termasuk orang yang sangat percaya dengan intuisinya, meski terkadang awalnya dinilai sangat tidak masuk akal.
Sebut saja namanya Maria. Suatu ketika, ia memutuskan untuk membeli rumah yang begitu diidamkannya. Setelah membayar sejumlah uang di awal sebagai kesepakatan pembelian, ia bersama suaminya pun mulai menempati rumah tersebut.
Pembelian rumah itu dilakukan dengan sistem cicilan per bulan. Jadi dalam beberapa bulan ke depan, mereka perlu melunasi rumah tersebut agar secara kepemilikan menjadi milik mereka secara utuh.
Sekitar satu bulan menempati rumah tersebut, Maria sangat menikmati kehidupannya di sana. Mengingat rumah itu adalah rumah yang begitu diinginkannya. Namun tibalah di hari di mana intuisinya begitu kuat untuk segera pindah dari rumah tersebut.
Maria menceritakan intuisi yang ia rasakan kepada suaminya, kemudian meminta untuk segera pindah. Suaminya merasa heran dan kesal, bagaimana mungkin rumah yang sudah diinginkan Maria cukup lama, tiba-tiba saja ingin ditinggalkannya. Apalagi mereka sudah mengeluarkan sejumlah uang sebagai pembayaran awal pembelian rumah tersebut.
Maria tak peduli dengan masalah uang. Ia minta agar suaminya merelakan uang yang sudah dibayarkan dan membatalkan pembelian rumah yang sudah mereka tempati itu. Sebagai suami, ia hanya bisa mengalah kemauan keras Maria yang begitu percaya dengan intuisinya. Dan menurutnya, intuisi istrinya benar-benar tak masuk akal!
Pihak agensi pun tak terima dan marah dengan keputusan Maria yang membatalkan secara sepihak. Tapi untunglah masalah di antara keduanya bisa selesai.
Hingga selang beberapa pekan kemudian, di daerah rumah yang awalnya didiami oleh Maria dan suaminya terjadi banjir besar yang akhirnya menghancurkan rumah tersebut. Maria pun tak menyangka bahwa kejadian bencana alam itu akan berdampak seburuk itu.
Suami Maria yang mengetahui kejadian banjir besar dan merusak rumah yang batal dibelinya merasa bersyukur, karena bisa selamat dari bencana dan tentunya hanya kehilangan uang yang terbilang tidak seberapa jika dibandingkan ia harus melunasi penuh harga rumah tersebut.
Dari pengalaman Maria ini, kita belajar bahwa intuisi kadang tampak tak masuk akal saat ia datang. Namun seiring berjalannya waktu, kita akan mengerti mengapa intuisi tersebut datang yang sebenarnya memberikan petunjuk agar kita tidak salah melangkah dalam kehidupan.
Aku menyempatkan waktu untuk menemui Putri Iguina di Inner core Kendan untuk menanyakan lebih lanjut tentang intuisi. Beliau adalah salah seorang yang menguasai serta memahami ilmu jiwa. Jadi kurasa ia orang yang cocok untuk kudatangi dalam membahas topik ini.
“Mengapa baru kali ini kamu datang, Vantrala?” tanya Putri Iguina yang kemudian mempersilakanku untuk duduk berdekatan dengan tempat duduknya.
“Ya begitulah Putri, baru kali ini memang saya memiliki waktu luang untuk menemui Anda.”
“Jadi kali ini tentang intuisi, begitu?”
“Benar, Putri. Apakah intuisi bisa dijelaskan secara logika?” tanyaku penasaran.
“Pertama yang harus kamu ketahui, intuisi merupakan kemampuan dasar yang dimiliki semua manusia sepertimu. Jadi itu bukan sesuatu yang mistis atau aneh. Sayangnya, banyak manusia yang mengacuhkan keberadaannya, sehingga mereka lebih banyak menguras logika. Padahal tak semua bisa tepat dilakukan menggunakan logika.”
“Bagaimana mekanismenya seseorang bisa mendapatkan suatu intuisi tertentu?”
“Semua kejadian atau peristiwa terjadi karena adanya interaksi antara satu entitas dengan entitas lainnya. Setiap entitas terhubung satu sama lain dengan apa pun yang ada di alam semesta ini. Karena dalam ukuran yang amat sangat kecil, semesta memiliki jaring-jaring penghubung. Dengan kata lain apa yang kalian lihat kosong sebenarnya sama sekali tidak kosong. Itu sebenarnya berisi sesuatu yang sangat kecil berupa jaring-jaring penghubung.”
“Karena setiap entitas pada dasarnya terhubung dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta, maka ia bisa merasakan apa pun yang dirasakan oleh yang lain. Ini tidak hanya dibatasi antara manusia seperti kalian dengan manusia yang sejenis, tapi benar-benar terhubung dengan semuanya. Semuanya saling berkaitan dan terhubung.”
“Kita ambil sebuah contoh sederhana. Ada seorang gadis yang dilamar oleh seorang laki-laki yang tampak baik. Baik dalam bertutur kata, tingkah laku dan lain sebagainya. Namun gadis ini mendapatkan sebuah intuisi bahwa laki-laki itu tak sebaik yang tampak secara lahiriah. Sehingga, ia pun memutuskan untuk menolak lamaran laki-laki tersebut.”
“Seiring berjalannya waktu, akhirnya sifat asli dari laki-laki itu terungkap. Ternyata memang benar dia adalah orang yang jahat. Kasar terhadap wanita, melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang ja suka dan banyak hal negatif lainnya.”
“Pertanyaannya, mengapa sang gadis bisa merasakan sifat negatif dari laki-laki tersebut tanpa pernah melihat lebih dulu secara langsung keburukan yang dilakukannya? Karena mereka berdua saling terkoneksi dan terhubung.”
“Tanpa melihat dengan mata yang terbatas pandangannya, intuisi menuntunnya untuk menjauhi laki-laki tadi meski mungkin pada awalnya ia hanya mendapatkan sebuah dorongan untuk menolak saja. Tak sampai merasa bahwa laki-laki itu bermasalah. Seperti itulah intuisi.”
Aku hanya mengagguk-anggukkan kepala.
“Apakah intuisi memiliki bentuk?”
“Intuisi merupakan sebuah vibrasi. Seseorang bisa merasakan adanya intuisi yang datang karena orang tersebut memang menyadari kemampuan intuisinya. Atensi tersebut menjadi sangat penting bagi kalian, sehingga seluruh tubuh, bahkan setiap sel dari diri kalian mampu menjadi reseptor penerima intuisi.”
Kukira intuisi hanya diterima oleh beberapa bagian di otak saja. Ternyata ia bisa ditangkap oleh seluruh sel di tubuh kita. Penjelasan dari Putri Iguina barusan semakin menyadarkanku akan hebatnya tubuh manusia yang diciptakan begitu sempurna oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Seperti yang dikatakan banyak orang, semakin kita mengenal diri kita, semakin kita mengenal Sang Pencipta.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!