Panggonan Wingit: LEUWEUNG SANCANG DAN PRABU SILIWANGI

0
6

Panggonan Wingit:

LEUWEUNG SANCANG DAN PRABU SILIWANGI

 

KAWASAN HUTAN INI DIPERCAYA SEBAGAI TEMPAT TERAKHIR PERTEMUAN PRABU SILIWANGI DENGAN PUTERANYA, PRABU KIAN SANTANG. SETELAH ITU SILIWANGI NGAHYANG BERSAMA PARA PENGIKUT SETIANYA. SEPERTI APAKAH KISAHNYA…?

 

Leuweung Sancang terletak di Kec. Cibalong, Kab. Garut Selatan. Sejak dulu kawasan hutan lindung ini terkanal angker dan penuh misteri. Karena itulah tak sembarang orang berani menjamahnya. Terlebih lagi hutan ini juga erat hubungannya dengan legenda Prabu Siliwangi yang konon berubah wujud menjadi harimau atau lebih dikenal dengan maung kajajaden (harimau jadi-jadian). Karena itulah, mendengar nama Sancang saja, bulu kuduk sudah merinding. Apalagi datang ke lokasi ini. Tapi itu dulu. Kini, keangkeran Leuweung Sancang telah memudar. Mengapa? Simak ulasan kali ini…

 

MANG AKIM, 50 tahun, salah seorang warga Cibalong yang mendampingi penulis berkisah, pada tahun 1980-an silarn dia bersama teman-temannya pergi ke Leuweung Sancang. Untuk menempuh perjalanan ke hutan ini, selain harus mengantongi persediaan yang cukup juga harus siap mental dan punya keberanian. Pasalnya, untuk menuju Leuweung Sancang yang kala itu masih sangat angker, banyak tintangan yang harus dilalui.

 

“Waktu itu, saya dan kawan-kawan harus melewati Leuweung Gelap Pameungpeuk. Bila kita melewati daerah itu keadaannya memang gelap karena sinar matahari tidak bisa tembus alias tertutup daun pohon-pohon yang besar,” kisah Mang Akim dengan mimik serius.

 

Menurutnya, apa yang disebut sebagai Leuweung Gelap Pameungpeuk ini memang salah satu bagian dari Leuweung Sancang yang sangat gelap keadaannya. “Siang saja gelap, apalagi malam. Selain itu, terkadang turun halimun sehingga kendaraan pun lajunya tidak bisa kencang dan untuk melewatinya jarang sendirian tapi rombongan,” tutur Mang Akim.

 

Lebih jauh dia berkisah, setelah Leuweung Gelap Pameungpeuk terlewati, jalan cadas penuh bebatuan pun harus dilalui. “Kita juga harus melintas di jembatan yang kondisinya mengkhawatirkan sehingga menambah ketegangan orang yang sedang menuju Leuweung Sancang,” tambahnya.

 

Rintangan lain yang harus dilalui adalah menyusuri Perkebunan Mira-Mare milik PTPN VII. Maklum saja, kata Mang Akim, waktu itu perkebunan tersebut masih sangat rimbun dan kondisi jalan yang jelek sehingga nyaris tak ada orang yang lewat ke lokasi itu kecuali pegawai perkebunan setempat.

 

“Setelah perjalanan yang begitu menegangkan, barulah kita bisa sampai ke Leuweung Sancang. Tentu saja, keadaan sebelumnya yang begitu menegangkan itu menjadikan mental turun. Apalagi dari luar sudah terasa keangkeran Sancang, seperti melihat pohon besar dan suara-suara aneh yang sebelumnya tak pernah terdengar sehingga bisa membuat orang kehilangan nyali. Tak jarang ada orang yang pulang kembali karena saking takutnya melihat keangkeran Leuweung Sancang,” papar Mang Akim panjang lebar.

 

Kini, apa yang diceritakan oleh Mang Akim itu mungkin hanya tinggal cerita belaka. Leuweung Gelap Pameungpeuk yang memang berada di wilayah Pameungpeuk itu, kini ibaratnya sudah berubah menjadi “Leuweung Caang’ alias hutan yang terang benderang.

 

Begitu juga jalan yang rusak di tahun 1950-an silam, saat ini sudah menjadi jalan. Ditambah lagi, perkebunan yang begitu menyeramkan kini telah dibelah oleh jalan besar, bahkan tidak jauh dan perkebunan Mira Mare yang dulu menyeramkan itu telah dipenuhi pemukiman penduduk Ketika penulis melihat Leuweung Sancang dari dekat, hutan yang dulu amat drtakuts ini, sekarang, sebagian besarnya sudah menjadi hutan yang gundul, sehingga kesan angkernya memang hilang. Hutan ini ibarat harimau yang sudah tidak punya taring lagi. Kesan angker sudah pudar, begitu juga kesan penuh misteri seolah hanya tinggal cerita belaka. Hal ini terjadi sejak pemerintahan Soeharto runtuh. Krisis ekonomi membuat banyak warga masyarakat setempat yang nekad merambah hutan. Saat itulah penggundulan hutan dimulai, areal hutan yang dulu ditakuti itupun kini banyak yang berubah menjadi hutan atau ladang-adang penduduk.

 

LEGENDA PRABU SILIWANGI

 

Legenda tentang Siliwangi merupakan cerita yang tak ada habisnya dalam masyarakat Sunda Prabu Siliwangi dianggap sebagai Raja Pajajaran yang terbesar dan termasyhur. Dalam legenda Sunda, sang Prabu memiliki kekuatan garb dan diyakini tak pernah wafat, namun hanya menghilang raganya dari dunia materi (Sunda ngahiang). Ruhnya tetap hidup dan berada di wilayah Tataran Sunda.

 

Kalangan sesepuh Sunda percaya bahwa ruh Prabu Siliiwangi dapat diundang maupun tidak diundang masuk ke dalam badan seseorang dan melalui orang itu Sang Prabu akan memberi amanat atau petunjuk. Biasanya orang yang kesurupan tersebut bersikap seperti seekor harimau, karena kemasukan ruh harimau jadi-jadian jelmaan Prabu Siliwangi. Bahkan sebagian orang meyakini bahwa Prabu Siliwangi menurunkan wangsit kepada masyarakat Sunda agar kejayaan Pajajaran tercapai kembali.

 

Mitos tentang Prabu Siliwangi hidup pula di sekitar tempat-tempat yang dipercaya sebagai lokasi yang ada hubungannya dengan Sang Prabu. Salah satunya adalah Leuweung Sancang.

 

Hutan ini diyakini sebagai tempat tilem (tempat hilangnya) Prabu Siliwangi. Di hutan ini juga terdapat pohon Kaboa (mirip dengan pohon bakau/Mangrove) yang menurut kepercayaan setempat merupakan penjelmaan para prajurit Pajajaran yang setia kepada Prabu Siliwangi.

 

Nama Sancang yang tersusun dari huruf-huruf SANCANG bagi sesepun Sunda dipercaya memiliki arti khusus, yaitu:

 

● S mempunyai arti: Sasakala asal usul carita sesepuh urang-urang sadaya, yang berarti: hutan Sancang merupakan tempat asalusul nenek moyang kita semua.

 

● A mempunyai arti: Anu luhur tur ngahiang. Yang berarti: Daerah Sancang adalal daerah keramat dan sejak zaman dahulu sudah dikenal.

 

● N mempunyai arti: Nyata sarta talapakurar tah ku aranjeun manusa.Yang berarti: Hutan Sancang adalah nyata dan perlu untuk dikaji oleh setiap manusia.

 

● C mempunyai arti: Cacandran carita sesepuh urang sadaya. Yang berarti: Sancang adalah asal usul cerita tentang nenek moyang kita semua.

 

● A yang kedua mempunyai arti: Aya nya carita Pasundan tur Pajajaran. Yang berarti: Asal-mula dari kerajaan Pasundan dan Pajajaran.

 

● N mempunyai arti: Negri Pajajaran tilas Siliwang. Yang berarti: Hutan Sancang merupakan salah satu wilayah negeri Pajajaran peninggalan Siliwangi.

 

● G mempunyai arti: Goib di Sancang Pameungpeuk Garut. Yang berarti: Hutan Sancang mempunyai cerita gaib dan setiap manusia harus mempercayai hal gaib seperti Tuhan YME yang sifatnya gaib.

 

Memang, Leuweung Sancang yang dijadikan sebagai tempat persinggahan terakhir Prabu Siliwangi, dipercaya memiliki banyak lokasi yang dikeramatkan dan sering dikunjungi para peziarah. Banyak kisah aneh yang dialami pengunjung, terutama mereka yang suka berbicara seenaknya atau menebang pohon sesukanya. Pengalaman-pengalaman itu acapkali sulit diterima akal sehat.

 

Salah satu contoh, mereka yang bernasib mujur akan melihat sosok bayangan manusia berjubah putih di lepas pantai Cagar Alam Leuweung Sancang. Sosok misterius ini dipercaya sebagai jelmaan Prabu Siliwangi yanc sedang menikmati keindahan pantai Leuweung Sancang.

 

HARI JUM’AT pagi itu, penulis melihat sekelompok orang sedang menaiki tangga keluar dari lokasi yang dipercaya sebagai Patilasan Prabu Siliwangi. Persisnya di Blok Ciporeang. Sesekali mereka berhenti untuk sekadar menghela napas mengingat tangga yang dilalui memang begitu terjal.

 

Di antara anggota rombongan tersebut ada wanita setengah tua, namun masih bersemangat untuk menaiki tangga yang berjumlah 250 undakan. Dengan sebatang tongkat kayu di tangannya, dia melangkah pasti. Kegembiraan pun tercermin dari wajahnya.

 

Ketika penulis mengakrabi wanita ini, akhirnya terungkap kalau dia bersama teman-temannya adalah peziarah asal Bandung yang mengaku sudah tiga hari menginap di Patilasan Prabu Siliwangi. Kedatangannya ke Sancang bermaksud untuk lebih meningkatkan usaha dagangnya. Dia mengaku optimis karena saat berada di Patilasan Prabu Siliwangi mendapatkan petunjuk.

 

“Alhamdulillah, meski harus tiga malam menginap, kami akhirnya mendapat ilapat (petunjuk lewat mimpi), mudah-mudahan saja berhasil,” ungkapnya.

 

Untuk berziarah ke Sancang, sebelum sampai di tempat tujuan, harus menemui kuncen. Selain untuk sampurasun (uluk salam) juga ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.

 

Setelah syarat dipenuhi, kuncen mengantar peziarah ke tempat tujuan, lalu di sana sang kuncen membacakan doa-doa serta mengucapkan keinginan dari peziarah tersebut. Setelah itu kuncen kembali ke rumahnya dan peziarah berdiam di sana sambil membaca doa-doa. Para peziarah ini kebanyakan dari Bandung, Jakarta, Banten dan kota lain di Jawa Barat.

 

Di samping Petilasan Prabu Siliwangi, tempat keramat lainnya adalah Guha Grogol yang berada di Blok Ciporeang (bagian tengah Leuweung Sancang). Konon, goa ini merupakan salah satu tempat bermukimnya harimau putih jelmaan Prabu Siliwangi, atau yang lebih dikenal dengan julukan “Maung Sancang.”

 

Kabarnya, yang namanya Maung Sancang ini sering kali kawenehan (terlihat-B.Sunda) oleh pengunjung dan nelayan setempat, terutama pada sore hari. Sosok harimau jadi-jadian ini konon kerap menampakkan wujudnya di suatu tempat yang terjal di lepas pantai

selatan, tepatnya sebelah timur muara Sungai Cipangisikan. Kemunculannya terutama sekali pada sore hari menjelang malam Jum’at Kliwon.

 

KAYU KABOA

 

Cerita lain yang hingga sekarang melegenda adalah mengenai Kayu Kaboa. Kayu sejenis mangrove ini diyakini mengandung tuah Maung Sancang: Uniknya, kayu jenis ini hanya tumbuh di Leuweung Sancang. Itu juga terbatas hanya di sekitar muara sungai Cibako.

 

Karena percaya pada tuahnya, biasanya hampir semua peziarah mengambil Kayu Kaboa sebagai oleh-oleh khas Sancang.

 

Menurut legenda, Kayu Kaboa adalah saksi perjanjian antara Kian Santang dengan Prabu Siliwangi. Konon, sambil memegang sepotong Kayu Kaboa, Prabu Siliwangi menyatakan kepada Kian Santang bahwa dirinya tidak akan dapat mengikuti ajakan Kian Santang, karena dirinya akan ngahiang (lenyap tanpa bekas) bersama para pengikutnya yang setia.

 

Berdasarkan legenda tersebut, masyarakat setempat memercayai kalau kayu kaboa ini dibakar di Sancang, maka akan datang harimau belang, yang merupakan penjelmaan para pengikut Prabu Siliwangi.

 

Legenda juga menyebutkan, setelah ngahiang, Prabu Siliwangi kadang-kadang menampakkan diri dalam wujud harimau putih dan menghuni Guha Grogol di tengah hutan Sancang.

 

R.H. Mohammad Affandi, dalam bukunya “Bandung Baheula” (1969), bercerita tentang seorang penggemar tongkat. Dari ratusan tongkat miliknya, ada sebuah yang terbuat dari Kayu Kaboa. Tiap malam Jumat, tongkat itu sering menimbulkan suara gaduh.

 

Waktu dicoba diintai, di ruang penyimpanan tongkat, tampak sesosok tubuh berbulu sedang duduk-duduk santai. Seekor harimau! Keesokan harinya, pemilik tongkat mendadak sakit keras. Atas anjuran seseorang, dia harus menjual atau memberikan tongkat Kayu Kaboa itu jika ingin segera sembuh. Tentu saja, anjuran itu dituruti. Selain ingin sembuh, dia juga takut jika di rumahnya ada tongkat “persemayaman” harimau.

 

Selain Kayu Kaboa, jenis kayu unik di hutan Sancang adalah Kayu Werejit. Kayu ini getahnya mengandung racun. Jika kena kulit akan gatal-gatal dan luka basah.

 

Bagi kalangan pencari dan pengguna ilmu hitam, getah werejit adalah sarana penting untuk kegiatan santet atau teluh. Kabarnya, dulu ketika daerah pantai selatan dianggap sebagai pusat ilmu teluh, hutan Sancang sering menjadi tempat pertemuan para dukun teluh. Dari mana-mana mereka berdatangan untuk memperoleh getah werejit. Biasanya, pertemuan dilakukan pada hari dan bulan tertentu, saat malam sedang gelap gulita.

 

Memang, kegiatan seperti itu sekarang sudah tidak ada lagi. Mungkin karena tukang teluh sudah banyak dibasmi, atau mungkin karena Sancang sudah kehilangan kewibawaannya. Ya, tidak punya tuah sakti lagi. Wallahu a’lam bissawab. ©️


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!