Panggonan Wingit: KEANGKERAN HUTAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG

0
4

Panggonan Wingit: KEANGKERAN HUTAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG

Kawasan hutan yang satu ini sejak lama dipercayai menyimpan keangkeran tersendiri. Lalu, apa yang melatarbelakanginya?

 

Hutan Cadas Pangeran bagi bangsa Indonesia umumnya, khususnya bagi warga Jawa Barat, menyimpan kenangan tersendiri. Nama suatu tempat di wilayah kabupaten Sumedang yang dilalui jalur kendaraan Cirebon-Bandung ini, memang sudah tidak asing lagi bagi mereka yang mendalami sejarah pergolakan di negeri ini. Pasalnya, tempat bersejarah itu namanya terpahat pada buku-buku sejarah resmi, sehingga dikenal secara meluas. Dan biasanya, apabila mendengar nama ini, ingatan kita bukan hanya tertuju ke suatu tempat yang sangat mengerikan, tetapi juga teringat kepada beberapa hal yang sulit terlupakan. Sebagai conroh adalah tentang kekejaman penjajah Belanda, penderitaan rakyat Sumedang tempo dulu ketika membuat jalan raya di tempat ini. Sejarah lain yang sulit terlupakan adalah tentang keberanian Pangeran Kornel alias Pangeran Kusumahdinata dalam menentang Gubernur Jenderal Daendels.

 

Nah, untuk mengetahui lebih jauh mengenai apa sebenarnya yang pernah terjadi di kawasan Hutan Cadas Pangeran pada zaman dahulu, dalam Jelajah kali ini sengaja penulis mendatangi lokasi yang menyimpan sejarah kelam tersebut. Tak lupa, penulis juga sajikan sejumlah kisah misterius yang berhembus dari kawasan Hutan Cadas Pangeran. Selamat mengikuti!

 

Hutan Cadas Pangeran terbilang kawasan yang sangat terpencil letaknya. Maka tak heran bila di zaman silam sangat jarang ada orang yang sudi mendatangi tempat ini Namun untungnya, keadaan sekarang sudah berbeda dengan zaman dahulu. Sekarang, selama 24 jam penuh kendaraan umum yang melewati jalur pinggiran hutan ini, bahkan nyaris tiada henti-hentinya.

 

Walhasil, jam berapa pun kita hendak ke sana, dalam hal kendaraan tak ada masalah sama sekali. Penulis sendiri sengaja berangkat setelah shalat Subuh, agar leluasa dalam melakukan peliputan.

 

Ketika bus yang ditumpangi penulis akan mulai memasuki kawasan Hutan Cadas Pangeran, hari sudah agak siang. Dan entah kenapa, tiba-tiba sopir menghentikan kendaraannya. Kemudian tampak dia menekurkan kepalanya, sementara kedua tangannya memeluk setir mobil. Suasana di dalam kendaraan jadi terasa agak hening.

 

“Ada apa, Pak?” tanya penulis penasaran setelah si sopir kembali menjalankan busnya.

 

“Maaf, ini merupakan kawasan Hutan Cadas Pangeran. Di sini sering terjadi kecelakaan yang berakibat fatal. Karena itu, saat hendak melintasi jalanan ini, kadang Saya menyempatkan diri sejenak untuk berdoa memohon keselamatan. Juga mendoakan para arwah korban kerja paksa yang mati secara mengenaskan waktu membuat jalan ini agar diterima di sisi Allah,” jelasnya, datar.

 

Suatu sikap yang sangat patut diteladani, tentunya. Ya, lelaki paruh baya ini rupanya cukup mengenal sejarah hutan yang legendaris ini. Ratusan, bahkan mungkin ribuan nyawa warga pribumi turut menjadi korban saat direkrut sebagai pekerja paksa oleh Belanda untuk membangun ruas jalan tersebut.

 

Bus yang ditumpangi penulis kembali melaju di jalan beraspal yang licin. Jalanan yang dilalui bus kini sarat dengan belokan tajam. Kalau kurang hati-hati dalam mengendalikan kemudi, bisa terjadi tabrakan dengan kendaraan lain, atau bisa juga masuk jurang yang sangat dalam dan mengerikan yang menghiasi sepanjang jalur Cadas Pangeran. Mungkin, ketidakhati-hatian itu juga yang kerap menjadi sebab terjadinya kecelakaan. Kendati demikian banyak orang, khususnya para awak angkutan umum, yang mempercayai bahwa ada intervensi gaib di balik kecelakaan yang kerap terjadi di sana.

 

“Jalan yang berliku-liku tajam ini panjangnya hanya sekitar 3 atau 4 kilometer saja. Namun di jalan yang pendek ini sering terjadi kecelakaan yang sangat mengerikan. Entah sudah berapa banyak kendaraan yang terguling masuk jurang,” kata pak sopir lagi.

 

Kalau diperhatikan, jalan yang terkenal sangat angker ini persis berada di suatu lereng yang disebut sebagai Bukit Cadas Raksasa. Lereng ini memang memiliki kemiringan sedemikian tajam. Sebelah kanan jalan (kalau dari arah timur), terdiri dari bukit cadas yang di sana-sini memancar mata air dari sisinya. Sedangk sebelah kiri berupa jurang yang sangat dalam dan panjang. Nun jauh di sawah sana yang tampak hanya rimbunnya pepohonan, yang sebagian hanya pucuknya saja.

 

Mungkin karena keadaan alamnya yang seperti itu, maka wilayah Hutan Cadas Pangeran selalu lembab dan basah. Hawanya pun terasa sangat sejuk. Sebab selain berada di dataran tinggi, juga pepohonan besar dan berdaun rindang seakan-akan menjadi payung, yang menaungi jalanan ini dari teriknya sinar mentari.

 

Seorang pria tua yang penulis temui di kawasan ini mengatakan bahwa Hutan Cadas Pangeran sejak zaman dulu terkenal sangat angker. Karena itu, kalau tidak ingin mobilnya terjungkal ke dalam jurang, janganlah mengeluarkan kata-kata tidak senonoh, takabur, dan bersikap sombong saat melintasi ruas jalan yang membelah di kawasan hutan ini.

 

“Memang di tempat lain pun tidak boleh berperilaku seperti itu. Namun bedanya kalau di sini, akibat buruk dari perbuatan tersebut kadang langsung diterima si pelaku,” katanya menerangkan.

 

KEANGKERAN CADAS PANGERAN

 

Kalau dilihat secara fisik, nampaknya tidaklah mengherankan bila lokasi seperti Hutan Cadas Pangeran menjadi sarang berbagai jenis makhluk halus, sehingga menjadi sebuah tempat yang sangat angker. Dan nyatanya, tidak sedikit orang yang mengaku pernah mengalami hal yang aneh di kawasan hutan ini.

 

“Di dalam kelebatan Hutan Cadas Pangeran yang lembab, terutama pada malam hari, sering terdengar suara-suara aneh dan bunyi-bunyian yang meremangkan bulu kuduk. Saya pernah mengalami hal aneh itu,” kata seorang tua warga setempat yang mengaku bernama Suminta.

 

“Kapan?” tanya penulis, penasaran.

 

“Dulu semasa zaman revolusi fisik (antara tahun 1946-1949), ketika kita sedang menengakkan dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada tahun 1945,” jelas Pak Suminta sambil mengingat kembali pengalamannya di masa silam.

 

Waktu itu, kisah Pak Suminta, pasukannya baru kembali dari pertempuran melawan penjajah Belanda. Mereka berjalan kaki, karena selain kendaraan ketika itu masih jarang, juga jalan raya masih belum aman benar.

 

Dalam keadaan sangat letih, kemudian mereka tiba di Hutan Cadas Pangeran. Suasananya sepi sekali karena malam telah begitu larut. Sementara udara dingin terasa menggigit hingga ke tulang sum-sum.

 

“Ketika itu, tiba-tiba salah seorang anggota pasukan memegang tangan saya. Saya langsung menghentikan langkah, lalu bertanya padanya mengapa dia seperti ketakutan. Prajarit yang gagah berani itu menjawab bahwa dia mendengar suara bunyi-bunyian yang cukup nyaring,” papar Pak Suminta.

 

Dikisahkan oleh veteran perang dunia kedua tersebut bahwa dia sendiri terus mempertajam pendengarannya. Dan ternyata apa yang dikatakan anak buahnya itu memang benar. Suminta juga mendengarkan suara bunyi-bunyiaan gamelan yang tak nampak siapa penabuhnya itu. Tak lama disusul suara teriakan orang baramai-ramai, seperti sedang ada pesta yang sangat meriah.

 

Ketika pasukan saya berusaha mencarinya, ternyata kami tak menemukan apa-apa. Hutan itu sunyi-senyap, yang ada hanya suara binatang-binatang malam dan dahan pohon yang saling beradu akibat tertiup angin, tutup veteran perang dunia kedua yang masih segar, kendati usianya sudah relatif udzur itu.

 

Anehnya, apa yang dialami oleh Pak Suminta dan anak buahnya di masa silam itu, ternyata masih sering dialami oleh para sopir angkutan umum yang jalur trayeknya melewati Hutan Cadas Pangeran.

 

“Bagi kami, para sopir, sudah terbiasa dengan teriakan dan bunyi-bunyian gamelan seperti itu. Dan saya beserta para penumpang, biasanya diam saja bila mendapati hal demikian,” cerita seorang sopir bus jurusan Bandung-Semarang, yang sempat diwawancarai penulis di salah satu rumah makan yang berada di Tanjungsari, Sumedang.

 

Berdasarkan investigasi penulis, bukan hanya suara bunyi-bunyian gamelan dan teriakan yang sering muncul dari tempat ini. Tetapi, tak jarang pula terjadi penampakan makhluk halus. Bahkan, sejumlah orang berkenan membeberkan kesaksiannya kepada penulis. Salah satunya adalah Reni. Wanita muda berparas cantik yang beralamat di Kota Cirebon ini mengaku mengalami hal yang sangat mustahil dalam suatu perjalanan melintasi kawasan Hutan Cadas Pangeran.

 

“Waktu itu saya pergi ke Bandung untuk urusan bisnis. Saya sengaja berangkat dari Cirebon pada malam hari, agar pagi hari sudah ada di tempat yang dituju. Ketika itu saya tidak membawa mobil pribadi karena pertimbangan keamanan. Saya naik bus patas dari terminal Harjamukti, Cirebon,” Reni memulai kisahnya.

 

Dia melanjutkan, sekitar pukul dua dinihari, bus yang ditumpanginya tiba di wilayah Hutan Cadas Pangeran. Hampir semua penumpang tampak tertidur, hanya dia sendiri yang sepertinya masih terjaga. Reni juga sebenarnya sudah sangat mengantuk, tetapi dia menguatkan diri untuk tetap terjaga. Dia khawatir, kalau sampai tertidur, tasnya yang berisi uang cukup banyak jumlahnya, dan surat-surat berharga akan disikat si tangan jahil.

 

“Ketika itu, untuk menghilangkan rasa kantuk, iseng-iseng saya menatap ke luar, ke arah kanan, lewat kaca jendela mobil.

 

Namun ya ampun, saya langsung terlonjak kaget saat di suatu tempat di sisi tebing yang ada mata airnya, tampak seorang wanita sedang membungkuk. Wanita tersebut sepertinya sedang mencuci. Saya yakin perempuan itu bukan manusia melainkan sesosok hantu penghuni Hutan Cadas Pangeran. Mana mungkin ada seorang wanita yang mencuci di tengah malam dan di tempat yang sangat terpencil itu,” ungkap Reni sambil bergidik.

 

Waktu penulis menanyakan apakah sopir bus juga melihat penampakan itu, Reni dengan cepat menjawab, “Tempat duduk saya kebetulan dekat supir. Saya lihat, dia juga sempat melirik ke arah di mana sosok hantu itu berada. Jadi pasti melihat. Tapi mungkin karena sudah biasa melihat penampakan seperti itu, dia kelihatannya biasa-biasa saja.”

 

Apa yang dialami Reni, sangat berbeda dengan pengalaman Bambang, 50 tahun, penduduk Kabupaten Majalengka. Lelaki berusia 55 tahun ini malah mengaku pernah ditolong penghuni gaib Cadas Pangeran ketika mobil yang ditumpanginya terguling ke jurang.

 

“Bus yang sarat penumpang itu tersangkut di atas pohon. Penumpangnya ada beberapa orang yang mati di tempat, dan banyak yang terluka parah. Adapun yang saya alami, hanya berupa lecet-lecet ringan saja,” ujar Bambang dengan mimik sangat serius.

 

Menurut cerita dia, saat kendaraannya terperosok, tiba-tiba dirinya merasa didatangi sesosok makhluk asing berpakaian putih-putih. Makhluk yang menyerupai seorang kakek tersebut langsung memeluk dan kemudian mengangkat tubuhnya.

 

Kondisi Bambang sendiri ketika itu antara sadar dan tidak. Setelah kendaraan tersangkut di atas pepohonan, makhluk itu melepaskannya kembali.

 

“Itulah pengalaman aneh di Cadas Pangeran, yang tidak mungkin bisa dilupakan sampai kapan pun. Saya merasa yakin sekali, karena dipeluk dan diangkat makhluk tersebutlah yang menyebabkan tubuh saya jadi terlindungi dari berbagai benturan keras,” jelasnya.

 

Lalu dia menambahkan, “Sejak saat itu saya merasa sangat yakin, bahwa penghuni gaib Cadas Pangeran banyak juga dari golongan yang baik.”

 

SUMBER KESERKAMAN CADAS PANGERAN

 

Menurut salah satu versi, keseraman Hutan Cadas Pangeran konon bersumber dari banyaknya arwah penasaran korban keganansan para perampok di zaman pemerintahan Pangeran Kusu:mahdinata.

 

Dikisahkan, para perampok itu selain dari wilayah kerajaan Sumedang sendiri juga banyak yang datang dari luar Sumedang. Di antaranya dari Kandanghaur, Indramayu.

 

Begitu kuatnya organisasi para perampok dan begal uitu, tentara VOC yane ditugaskan di Sumedang, tak mampu menghadapi keganasan mereka. Karena itulah akhirnya Pangeran Kusuma” dinata turun tangan sendiri. Dengan segala kesaktiannya, sang Pangeran berhasil menumpas habis para perampok yang sangat biabad itu.

 

Melihat kehebatan sang Pangeran, Kompeni Belanda terkagum-kagum. Mereka kemudian menganugerahkan pangkat Korner kepadanya. Pangeran Kusuma disebut juga sebagai Pangeran Korner, yang lama-kelamaan berubah mengikuti logat daerah menjadi “Pangeran Kornel”.

 

Nah, menurut cerita masyarakat sekitarnya, arwah korban keganasan para perampok itu hingga kini terus bergentayangan di Hutan Cadas Pangeran. Meskipun manusia-manusia biadab yang membunuh mereka, telah ditumpas habis oleh Pangeran Kornel, namun rupanya arwah mereka belum tenang di alam sana.

 

Sementara itu versi lain menyebutkan, keseraman Hutan Cadas Pangeran bersumber dari arwah penasaran korban kerja paksa, ketika pembuatan jalan raya dari Anyer di Banten sampai ke Panarukan di Banyuwangi, Jawa Timur. Jalan ini dibuat atas perintah Gubernur Hindia Belanda, Herman Wilem Daendels.

 

Dikisahkan, ketika pembuatan jalan memasuki daerah Sumedang, rakyat Sumedang dikerahkan dan dijadikan para pekerja paksa. Dan saat pengerjaan proyek tiba di kawasan Hutan Cadas Pangeran, berbagai kesulitan yang sangat luar biasa beratnya menghadang para pekerja. Akibatnya, tidak sedikit rakyat yang mati di tempat ini.

 

Melihat penderitaan rakyatnya yang sedemikian hebat, penguasa Sumedang yang saat itu dijabat oleh Pangeran Kornel alias Pangeran Kusumahdinata. menjadi sangat murka. Ketika Daendels memeriksa pembuatan jalan di kawasan Cadas Pangeran, sang Pangeran segera menemuinya.

 

Setelah berhadapan, Pangeran Kornel mengulurkan tangan kiri pada sang Gubernur Jenderal, sementara tangan kanannya menggenggam hulu keris sakti miliknya.

 

Sikap Pangeran Kornel ini oleh Daendels dianggap sebagai sikap menentang. “Apa maksud Pangeran ini?” demikian kira-kira pertanyaan Daendels.

 

“Jika Anda masih terus memerintah rakyat Sumedang untuk menembus batu cadas ini, maka keris saktiku akan berbicara dengan bahasanya sendiri terhadapmu,” jawab Pangeran Kornel.

 

Daendels terkesiap. Dengan mata merah dia menatap Pangeran Kornel, lalu berkata, “Lantas, apakah Pangeran pikir saya akan menghentikan pembuatan jalan raya ini?”

 

“Tapi rakyat Sumedang tidak mungkin dapat mengerjakannya, kalau alat yang ada hanya cangkul dan linggis.”

 

“Jadi, apa yang harus dilakukan?”

 

“Anda juga harus mengerahkan pasukan Zeni. Tidak bisa pembuatan jalan hanya dengan mengandalkan tenaga rakyat saja. Anda sudah tahu tentunya, rakyat Sumedang sudah banyak yang menjadi korban karena pembuatan jalan ini.”

 

Sejenak Daendels terdiam. Apa yang dikatakan Pangeran Kornel menjadi perhatiannya. Akhirnya, dia menyetujui apa yang disarankan Pangeran Kornel. Pasukan zeni pun dikerahkan untuk membantu pembuatan jalan.

 

Nah, sebagaimana telah disebutkan di muka, konon arwah korban kerja paksa yang mati mengenaskan di tempat ini selalu bergentayangan, sampai pada saat sekarang.

 

Selain kedua versi di atas, masih ada satu versi lagi mengenai sumber keangkeran Hutan Cadas Pangeran ini. Versi yang terakhir ini menyebutkan bahwa segala keanehan yang terjadi di Hutan Cadas Pangeran, seperti suara bunyi-bunyian gamelan dan teriakan misterius, penampakan sosok yang menakutkan dan lain sebagainya, semua itu merupakan ulah atau perbuatan makhluk halus dari golongan jin yang menghuni tempat tersebut.

 

Merekalah yang menjadi sumber keangkeran di kawasan hutan ini. Jadi bukan arwah penasaran dari orang yang mati karena dibunuh perampok ataupun mati dengan sebab lainnya.

 

Adapun yang menjadi alasan dari versi ketiga ini ada dua hal. Pertama, kawasan seperti Hutan Cadas Pangeran merupakan kawasan yang layak atau pantas menjadi hunian para makhluk halus dari golongan jin, terutama yang berperangai buruk dan jahat.

 

Kedua, kepercayaan bawah arwah manusia yang telah mati bisa bergentayangan merupakan kepercayaan yang sangat keliru dan sangat bertentangan dengan Al-Qur’an.

 

Menurut hemat penulis, pendapat versi terakhirlah yang benar serta dapat dipertanggungjawabkan, yakni bahwa sumber keseraman Hutan Cadas Pangeran adalah jin-jin penghuni tempat itu, bukan arwah manusia yang telah mati.

 

Pembaca yang budiman, demikianlah Jelajah tentang Hutan Cadas Pangeran. Apabila terdapat kekeliruan, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya, terutama kepada para sesepuh Sumedang dan para ahli sejarah tentang Sumedang. Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!