Kisah Mistis: TEROR KERETA HANTU
SETIBANYA DI STASIUN TANAH ABANG, SAVITRI LANGSUNG DUDUK DI KORIDOR TIMUR. TAPI TAK SEPERTI BIASANYA, MALAM ITU, SUASANA RUANG TUNGGU NAMPAK DAN SERASA AMAT SEPI…
Peristiwa yang menegangkan dan sekaligus menakutkan ini dialami oleh Savitri, pegawal Kantor Law Office Herry Anggara, SH, Jakarta Pusat. Wanita cantik bertubuh sintal yang mukim di Jalan Pelangi Blok B 3, Papan Indah Permal, Parungpanjang, Kabupaten Tengerang, tiap hari selalu menggunakan kereta api Merak – Jakarta, yang oleh praktisi dunia mistik biasa disebut sebagai “Jalur Hitam.” Dikatakan jalur hitam karena pada jalur itu banyak dihuni oleh hantu, Jin-jin Jahat yang maujud seperti manusia dan selalu menakut-nakuti anak cucu Adam. Sudah banyak korban yang mengalami hal serupa, tapi tak banyak yang dituturkan untuk pembaca yang budiman. Agar lebih menarik, maka, kisah nyata Ini sengaja tidak ditulis dalam bentuk reportase, tetapi disarikan dalam gaya bertutur oleh yang bersangkutan. Dan berikut adalah kisahnya…
Malam Jumat Kliwon, 27 Desember 2007, Kala itu, udara sangat cerah. Bintang bertaburan di angkasa Jakarta. Bulan pun nampak tersenyum di balik gedung-gedung pencakar langit. Hari Itu, tidak setetes pun gerimis turun, padahal musim penghujan sudah tiba.
Begitu usai menyelesaikan tugas lembur di kantornya, Savitri pun langsung pulang. Mulanya dia berniat untuk mencarter taksi ke Parungpanjang, Tangerang, Padahal, pimpinannya di kantor Law Office, Herry Anggara SH telah pula memberi ongkos taksi yang cukup untuk menempuh perjalanan sekitar 70 km ke baratdaya ibukota itu. Herry Anggara, memang selalu memberi perhatian yang penuh pada para karyawannya yang lembur. Apalagi pada perempuan seperti Savitri yang rumahnya sangat jauh dan terpencil.
Tapi karena waktu baru menunjukkan pukul 20.15 WIB, Savitri berubah pikiran. Kereta api dari stasiun Tanahabang yang menuju Rangkasbitung dan melewati Parungpanjang masih ada. Kalau bisa naik kereta dan murah, kenapa mesti naik taksi yang mahal, demikian pikirnya. Apalagi, masih ada kereta api terakhir. Ya … Savitri ingat, kereta Gayabaru itu berangkat dari stasiun Kota, Jakarta Barat, sekitar pukul 21.00. Akhirnya, dengan bergegas Savitri pun naik bajaj menuju stasiun Tanahabang.
Setibanya di stasiun Savitri langsung duduk di koridor timur. Tapi tidak seperti biasanya, malam itu, suasana ruang tunggu nampak dan serasa amat sepi. Tidak banyak penumpang dan pedagang yang menunggu kereta. Padahal biasanya, lokasi itu ramai dan berjubel oleh penumpang yang mau ke Bintaro, Sudimara, Serpong, Cisauk, Parungpanjang, bahkan banyak banyak pula yang ke Rangkasbitung dan Merak.
Setelah menunggu beberapa saat, kereta pun datang. Savitri langsung naik di gerbong paling belakang. Dengan langkah sangat hati-hati, Savitri menyandarkan punggungnya di bangku berwarna hijau yang terletak di bagian tengah sebelah kanan. Anehnya tagi, tak berapa lama kemudian kereta langsung berangkat. Setelah melihat kiri-kanan, Savitri sempat terkejut karena melihat banyaknya bangku yang kosong. Bahkan, dia sempat menghitung dalam hati, ternyata, hanya tiga belas orang termasuk dirinya yang ada di dalam gerbong belakang itu. Dan kesemuanya tampak tertunduk seolah tidur. Yang jelas, di gerbong belakang itu ada dua anak kecil, empat ibu-ibu dan enam bapak-bapak.
Dan tepat di kiri Savitri, di bangku sebelahnya, tampak seorang ibu dan dua anak kecil berbaju putih sedang tertidur lelap. Entah kenapa, Savitri merasakan ada sesuatu yang aneh di gerbong itu. Apalagi setelah di stasiun Bintaro semuanya terbangun serentak dan mata mereka menatap kosong ke depan. Batin Savitri pun mulai gundah. Ada sesuatu yang tidak lazim dalam perjalanannya pulang malam itu. Jangan-jangan mereka terkena ilmu sirep!” Batin Savitri, Apalagi, belakangan, kejahatan mistik berupa gendam dan sirep memang acap tejadi di kereta api maupun di kendaraan umum lainnya. Ilmu sirep yaitu suatu cabang ilmu mistik yang digunakan penjahat untuk menjarah harta benda orang-orang yang berhasil disirepnya. Modusnya adalah membuat korban tidak sadarkan diri dan linglung. Saat itulah tindak kejahatan berlangsung.
Untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Savitri berusaha menyapa seorang ibu yang ada di sebelahnya. Tapi, walau berulang kali memanggil, selama itu pula ibu dan kedua anaknya itu tidak pernah menyahut. Pandangan mereka nanar ke depan. Karena tidak mendapatkan jawaban, maka, Savitri pun berdiri dan memandang penumpang lain yang ada di bagian belakangnya.
Saat melihat ketiga orang bapak-bapak yang duduk di bangku belakangnya, nyali Savitri tiba-tiba menciut. Betapa tidak, ternyata wajah dan bagian tubuh dari bapak-bapak yang dilihatnya itu hancur. Ada yang putus. tangannya, tidak memiliki kaki dan ada pula yang kedua bola matanya ke luar dan mengggantung di pipinya. “Astagfirullah! Mereka bukan manusia biasa!” Pekik Savitri.
Tak berhenti sampai di situ, jeritan Savitri telah membuat ibu dan dua anak yang duduk di sampingnya, tiba-tiba juga berubah wujud. Muka mereka ternyata juga hancur total, tubuh mereka tak lagi memiliki tangan dan kaki. Sementara itu, potongan tangan dan kaki yang besimbah darah segar itu tampak berceceran di bawah bangku. Dan darah segar pun mengalir menganak sungai di lantai kereta…
“Kami adalah korban kecelakaan kereta Bintaro!” demikian kata si Ibu, setengah bergumam. Batin Savitri semakin bertambah ciut. Jantungnya berdebar hebat dan sekujur tubuh pun jadi bergetar hebat. Savitri jadi ingat akan cerita Wita, teman SMA-nya yang juga pemah mengalami kejadian yang sama pada rentang 2000 lalu. Wita terjebak dalam kereta siluman, kereta hantu yang mengangkut korban tragedi Bintaro. “Tidak salah lagi, aku sedang terjebak dalam kereta siluman, kereta hantu yang mengangkut korban tragedi kecelakaan kereta api di Bintaro” Demikian bisik hati Savitri. Karena dihinggapi rasa takut yang teramat sangat, maka, Savitri pun tak mampu turun dari kereta. Jangankan berlari ke luar, untuk berjalan saja kakinya tak mampu digerakkan.”Oh Tuhan, kenapa hal ini harus terjadi dan harus saya alami?” Tanya Savitri.
Setelah beberapa waktu berhenti di stasiun Bintaro, kereta pun kembali melaju. Sedang Savitri hanya pasrah, dan kembali duduk merenungi nasibnya. Batinnya terus bertanya, apa yang bakal terjadi di depan sana. Mungkinkah dia bakal dicekik, diculik, dianiaya atau dilemparkan keluar kereta dan mati dengan tubuh berantakan dibebatuan bantalan kereta.
Sementara batinnya terus berkecamuk, Savitri berusaha untuk membaca ayat-ayat suci yang mumpuni untuk mengusir setan. Sebab kyainya, Haji Imron, di Parungpanjang, bercerita bahwa arwah tragedi Bintaro yang sering menampakkan diri itu sejatinya bukan arwah korban kecelakaan. Arwah yang maujud itu adalah jin jahat atau setan yang menyerupai korban Bintaro. “Arwah korban sudah tenang di alam barzah dan tidak mungkin menjadi hantu. Yang menjadi hantu dan menakut-nakuti orang yang hidup itu adalah jin kafir, setan yang jahat dan menyesatkan!” Ungkap sang Kyai pada suatu kesempatan.
Sesuai saran kyai yang berhasil diingatnya, Savitri pun mulai membaca surat Al-Ikhlas, An-nas, Al Falaq dan ayat Kursy. Sementara mulutnya komat-kamit, berkonsentrasi meminta perlindungan dari Allah, pandangan Savitri pun mengarah kepada ibu dan dua anak yang duduk di sebelahnya. Dalam hitungan detik setelah Savitri membaca ayat-ayat suci itu, tiba-tiba, ibu dan dua anak itu berubah menjadi asap. Asap itu dengan cepat ke luar pintu kereta dan terbang entah kemana. Begitu pula dengan delapan penumpang lainnya, semua berubah menjadi asap dan menghambur keluar jendela. Sementara itu, kereta terus bejalan dalam keadaan kosong.
Sekonyong-konyong tubuh Savitri menggigil kedinginan. Suasana gerbong yang ditumpangi sangat lengang dan sunyi. Begitu tiba di stasiun Sudimara, ternyata kereta juga tidak berhenti, tetapi malahan melaju dengan kencang dengan kecepatan sekitar 200 km per-jam. Melebihi kecepatan yang biasa pada kereta malam. Di stasiun Serpong, kereta pun tidak berhenti, begitu pula di stasiun Cisauk yang biasanya pasti menurunkan dan menaikkan penumpang. Dan kereta baru berhenti setelah tiba di stasiun Parungpanjang. Dalam keadaan cemas, gundah gulana dan takut, kaki Savitri serentak bisa digerakkan. Dengan serta merta Savitri langsung turun keluar gerbong dan masuk ke pasar Parungpanjang yang ada di dekat stasiun itu.
Dalam hitungan waktu sepersekian detik setelah Savitri turun, kereta pun menghilang bagaikan spiritus yang dilalap api. Tidak terdengar suara klakson dan bunyi mesin diesel kereta yang menggema. Bahkan, derit suara rel yang terlindas oleh baja ban kereta juga tak terdengar. Dengan terengah-engah Savitri tiba di depan pasar guna mencari ojek yang bisa mengantarkan ke rumahnya yang terletak di Jalan Pelangi Blok 83, Papan Indah Permai, Parungpanjang, Kabupaten Tengerang.
Pada saat yang sama, ternyata, Herman, suami dan ayah dari dua anaknya itu sudah ada lebih dahulu di depan pasar. Herman pun tersentak ketika melihat istrinya yang menenteng sepatu berlari dengan nafas tersengal-sengal. “Mama naik apa? Bukankah kereta belum sampai ke sini?” Tanya Herman.
Sejatinya mulut Savitri akan menjawab, tapi batinnya sudah tak kuat lagi untuk mengeluarkan kata-kata. Rasa cemas dan takut yang membuncah, membuat tenggorokannya terlalu lemah untuk mengucapkan kata-kata. Setelah memeluk tubuh Herman, badan Savitri pun melemah dan tak sadarkan diri lagi.
Setibanya di rumah, sekitar pukul 24.00 WIB Savitri pun siuman. Setelah menghirup teh manis panas, dengan suara datar, Savitri menceritakan semua pengalaman mengerikan yang baru saja terjadi kepada suaminya. Herman langsung tanggap, dia yakin, istrinya telah naik kereta hantu bersama arwah yang maujud sebagai korban tragedi Bintaro. Sejak peristiwa itu, Herman berjanji akan pindah rumah. Rumah yang ada di Papan Permai akhirnya dijual dan mereka pun pindah ke Cileduk. Sejak kejadian itu, akhirnya, Savitri tidak mau lagi pulang atau pergi bekerja dengan kereta api, dia lebih memilih untuk naik Bus Patas AC 44.
Ya… empat jam menaiki kereta hantu dan ditemani hantu-hantu, adalah merupakan pengalaman yang menggetarkan jiwanya dan tak mungkin bisa terlupakan seumur hidupnya. Yang pasti, kereta dan penumpang yang bersamanya di malam Jumat Kliwon itu, tidak pernah ada dan tidak terdaftar di PJKA. Sebab kereta yang mengangkutnya itu adalah kereta hantu, kereta yang hingga saat ini menjadi momok bagi penumpang sebelah barat kota Jakarta. Anehnya, kereta siluman itu ternyata berhasil membawa Savitri dari stasiun Tanahabang, Jakarta, menuju stasiun Parungpanjang, di kabupaten Tangerang. “Karena peristiwa itu menyangkut dunia gaib, maka, kita tak dapat mengukur dan menghitungnya sebagaimana matematika” demikian ucap Kyai Haji Imron.
Dan yang paling bijak adalah kita cukup mengatakan, “Peristiwa itu adalah sesuatu yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata. Karena dia ada tapi tiada. Tapi bila Allah mau menunjukkan sesuatu yang gaib itu dalam bentuk nyata, maka, tak ada seorang pun yang dapat menyangkalnya!” imbuh Kyai Haji Imron, guru spiritual Savitri hingga sekarang. Wallahu a’lam bissawab. ©️.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!