Kisah Mistis: SEPERJALANAN DENGAN ORANG BUNIAN

0
17

Kisah Mistis: SEPERJALANAN DENGAN ORANG BUNIAN

BAGI SEBAGIAN BESAR MASYARAKAT SUMATERA UTARA, KEHADIRAN ORANG BUNIAN DALAM SEBUAH KENDURI ATAU PESTA SANGATLAH PENTING. NAH, DALAM PERJALANAN MENUJU KE TEMPAT KENDURI ITULAH ADA ORANG BUNIAN PERNAH IKUT MENUMPANG MOBIL YANG DIKEMUDIKAN WAGIMAN SUTONADI. KEPADA PENULIS DIAMENUTURKAN KISAHNYA…

 

KAWASAN luas di daerah Sumatera Utara sampai ke wilayah pulau Redang, yang telah masuk ke wilayah negeri jiran Malaysia, hingga kini masih banyak menyimpan misteri. Salah satunya di sepanjang lembah hijau yang bernama Ngarai Dolok Merawan, Deli Serdang, dan kawasan Batu Surat, Pulau Redang. Kedua kawasan ini dipercaya menjadi pusat segala aktifitas Orang Bunian. Umumnya mereka menempati goa-goa karang lembah ngarai yang masih alami. Di situlah raja Orang Bunian bertahta. Bahkan, mereka hidup berdampingan dengan masyarakat luas lainnya. Penduduk setempat meyakini keberadaan mereka, Kemunculan sekelompok orang. bunian pada saat tertentu, masih sering ditemui oleh warga hingga saat ini. Bahkan ada keyakinan, bila bertemu dengan Orang Bunian, yang konon katanya dikepalai seorang ratu berparas canti, akan membawa pengaruh yang teramat besar. Pengaruh macam apakah itu?

 

Pengalaman bertemu Orang Bunian setidaknya pernah dialami Wagiman Sutonadi, seorang sopir sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang perkayuan di Jakarta Utara. Peristiwa langka ini terjadi pada saat dia mengantar bossnya yang bernama Candra ke sebuah daerah di Sumatera Utara.

 

Kejadian ganjil itu sangat berkesan bagi Wagiman. Seumur hidup, baru pertama kalinya dia bertatapan langsung bahkan mendapat bantuan dari Orang Bunian yang ternyata benar-benar ada.

 

Setelah mendarat di Bandara Polonia, Medan, jalan darat pun ditempuh. Ketika menempuh rute lewat Muara Bungo, tepatnya di kawasan Bukit Gantung, tiba-tiba roda ban depan Daihatsu Terios yang dikemudian Wagiman pecah. Untung masih bisa dikendalikan, sehingga tidak terjadi kecelakaan yang lebih fatal.

 

Wagiman pun segera menghentikan kendaraannya. Begitu mengetahui salah satu bagian yang paling penting dari mobilnya itu kempes, tanpa berpikir panjang, dengan sigap dia mempersiapkan peralatan untuk menggantinya dengan ban serep.

 

Waktu itu jam menunjukan pukul setengah satu dini hari. Kabut pun mulai turun. Sesekali cahaya kilat dan guntur menerangi kawasan sepi tersebut hingga nampaklah dengan jelas hutan Bukit Gantung yang sangat mencekam dan menakutkan. Sebelah kiri-kanan jalan diapit tebing yang menjulang dan ditumbuhi pepohonan besar, lebat, dengan akarnya yang panjang bergelantungan menjulur ke bawah.

 

Sepertinya, hujan akan segera turun. Mobil pun segera dipasangi dongkrak. Pada saat saya berjongkok, tiba-tiba, mobil bergerak-gerak seperti didorong seseorang, tutur Wagiman, mengenang kembali peristiwa yang dialaminya setahun lalu itu.

 

Merasa ada yang aneh, dia pun segera mencari asal pembuat mobil hingga bergerakgerak itu. Tapi tak terlihat siapapun. Apa mungkin bossnya? Tidak, Pak Candra bahkan masih terlihat tidur.

 

Kembali pekerjaan mengganti ban dilanjutkan. Tapi tak begitu lama kemudian, lagi-lagi mobil kembali bergerak-gerak. Pada saat itu juga Wagiman menghentikan pekerjaannya. Dia mulai kesal karena merasa dipermainkan oleh seseorang.

 

Belum juga hilang rasa kesalnya, dia melihat sang boss terbangun kemudian turun dan bertanya kenapa perjalanan berhenti. Wagiman memberitahu bahwa ada kerusakan dan kini sedang proses penggantian. Mengetahui hal itu Pak Candra memaklumi bahkan segera membantu memegangi lampu senter untuk mempermudah proses pergantian ban depan tersebut.

 

Ketika roda ditarik ke luar, mendadak terdengar suara, “Kalau boleh, biar kubantu, Pak!”

 

Teguran yang terdengar menggunakan logat Melayu Timur dari lelaki yang tak dikenal itu mengejutkan Wagiman. Begitu pula halnya dengan Pak Candra. Spontan Pak Candra malah mengalihkan sorotan lampu senternya ke arah sumber suara.

 

Tamu yang tak diundang itu mengenakan celana panjang hitam dan sarung melilit pinggang, serta mengenakan peci di kepalanya. Karena sorot lampu senter yang telah lemah baterainya, wajah orang tersebut tak tampak dengan jelas.

 

“Tidak apa-apa, biar kubantu, rumahku dekat sinilah!” Kembali ucapan bernada bantuan dilontarkan lelaki asing itu.

 

Karena mendengar niat yang tulus, mereka akhirnya membiarkan orang itu membantu. Tak membutuhkan waktu lama, roda baru pun telah terpasang. Dan sebagai balas jasa Pak Candra menawarinya untuk menumpang. Entah karena mau turun hujan atau memang tujuannya searah, lelaki yang baik hati itu tak menolak. Dengan senang dia malah segera memasuki mobil sambil membuang rokok lintingan yang baru saja dihisaspnya. Dia pun duduk di jok belakang.

 

Dengan hati-hati Wagiman kembali melanjutkan perjalanannya. Selama dalam perjalanan, ketiganya sibuk berbincangbincang. Bahkan lelaki itu mengenalkan dirinya sebagai Pak Rinding, tinggal di Dolok Merawan. Katanya, malam itu dia hendak menghadiri acara kendurian.

 

Apa tidak salah? Pikir Wagiman dan Pak Candra. Kok, menghadiri kendurian di pagi buta seperti ini? Ketika unek-unek batin ini hendak disampaikannya, hambatan kembali terjadi. Kali ini, roda dari mobil yang berwarna silver itu terperosok lubang.

 

“Sebenarnya waktu itu saya bermaksud turun tapi Pak Rinding mencegahnya. Lalu dia turun dan mendorong sendiri mobil kami,” kenang Wagiman.

 

Dalam hitungan menit, roda mobil pun sudah kembali ke luar dari lubang. Sebegitu entengnya. Pak Rinding pun kembali masuk dan duduk. Sementara Pak Candra merebahkan diri. Tak lama kemudian si boss pun tertidur pulas. Kendaraan kembali melaju dengan tenang.

 

Di sebuah tikungan jalan Wagiman memperlambat laju mobilnya. Pak Rinding minta diturunkan di tempat ini. Anehnya, begitu diamati, Wagiman tak melihat satupun rumah di sekitar itu. Apa lagi ada acara kendurian. Yang terlihat hanyalah hutan belantara dan lembah ngarai.

 

Wagiman hendak bertanya lokasi yang disebutkan Pak Rinding, tetapi betapa terkejutnya. Ternyata di jok belakang telah kosong. Pak Rinding sudah tidak ada di tempat duduknya.

 

Aneh, kemana hilangnya lelaki itu? Tidak juga didengar bantingan pintu tanda Pak Rinding ke luar. Apa lagi dalam keadaan kendaraan berjalan. Sementara itu Pak Candra nampak masih tertidur lelap.

 

“Mendadak saya jadi merinding. Saya jadi ketakutan tak karuan,” aku pria berkumis tebal dan berjenggot itu pada penulis tentang pertemuannya dengan lelaki misterius itu.

 

“Rasanya belum hilang rasa takut saya, pada saat itulah terdengar suara Pak Rinding mengucapkan terima kasih dari luar mobil. Namun wujudnya tak nampak. Rasa takut pun semakin menjadi. Kubaca beberapa ayat suci dan berulang-ulang melafal asma Allah, begitu tahu berhadapan dengan lelembut,” paparnya sambil menggambarkan ketakutannya.

 

Tiba di persimpangan Teluk Kuantan, hujan pun mulai turun. Menyusul cuaca buruk. Angin puting beliung mengakibatkan kaca mobil jadi buram hingga membuat penglihatan jadi sedikit kabur. Setelah melintasi Lubuk Jambi, kendaraan tiba di kawasan rawa-rawa. Di situ pula mas Wagiman hampir saja menabrak seseorang yang mendadak menyebrang jalan.

 

Mobil mulai diperlambat. Kali ini dia baru sadar dan melihat dengan jelas kalau dikanan-kiri jalan yang dilaluinya mulai banyak orang yang berjalan kaki beriringan. Lelaki, perempuan, tua, muda, dan anak-anak. Bahkan di antaranya ada yang menggendong balita. Yang lelaki bercelana panjang dan berbaju muslim. Ada juga satu dua yang mengenakan sarung dan berpeci seperti Pak Rinding. Di pihak perempuan, rata-rata mengenakan kain panjang dan berbaju kurung serta mengenakan kerudung kepala. Anehnya, meskipun berjalan kaki dalam lebatnya hujan, tapi, tubuh dan pakaian mereka tak terlihat basah. Mereka seolah berjalan di bawah teriknya mentari.

 

Wagiman merasa laju mobilnya sudah berjalan lama, tetapi rombongan orang aneh itu tetap saja masih tampak berjalan kaki. Semakin ke depan semakin banyak jumlah mereka. Sampai kemudian Wagiman melihat sebuah rumah panggung besar sekitar 20 meter di sebelah kiri jalan. Sepertinya di rumah yang berornamen serba kayu itu sedang ada upacara kenduri. Terlihat ramai sekali. Suara kompang atau gendang sejenis musik rebana terdengar bertalu-talu di areal tersebut.

 

“Mari … Pak … singgah dulu. Pesta, Pak …!” Suara yang tak bisa mengucapkan “R” kembali terdengar menyapa ramah ketika kendaraan Wagiman melintasi rombongan para undangan tersebut.

 

“Yang membuatku kaget, dalam deretan tamu undangan itu tampak Pak Rinding sudah ada di sana. Dia duduk rapih dengan tamu lainnya di deretan kursi paling depan. Aneh memang, begitu melihatku dia tersenyum dan melambaikan tangan,” ungkap Wagiman tak percaya. Ooo… rupanya ini lokasi yang disebutkan Pak Rinding tadi.

 

“Dari beberapa informasi selama dalam perjalanan, peristiwa itu menjadi keyakinanya bahwa Pak Rinding dan rombongan pejalan kaki itu adalah sebangsa lelembut Orang Bunian yang sengaja diundang salah seorang warga setempat dalam acara kendurian” sambung Wagiman, meyakinkan.

 

Dari kejadian ganjil yang ditemuinya dalam perjalanan itu, membuat Wagiman semakin sadar dan hati-hati. Tak banyak yang diceritakan, sesampainya di tempat tujuan. Hanya saja, ketika kembali pulang ke Jakarta, dalam perjalanan dia sempat singgah di sebuah kedai di daerah Deli Serdang. Apa yang ditemuinya diceritakanya pada Pak Dullah, salah seorang warga setempat. Seperti yang diyakininya selama ini, Pak Dullah juga membenarkan bahwa yang ditemui Wagiman tak lain adalah lelembut Orang Bunian. Bahkan secara panjang lebar didengarnya cerita tentang Orang Bunian dari orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan menerawang dan menerobos alam lain, alam gaib.

 

“Menurut Pak Dullah, Orang Bunian memang seringkali didatangkan untuk kepentingan suatu hajatan atau kenduri,” cerita Wagiman.

 

Dengan melakukan semacam ritual khusus, dilengkapi bermacam sesaji Ubo rampe seperti minyak wangi, kembang telon, dupa ratus dan sebagainya, pelaku kenduri itu bisa memanggil Sang Ratu Orang Bunian untuk dibawa dalam suatu penawaran yang akan menghasilkan suatu perjanjian. Permohonan pada umumnya menginginkan Sang Ratu Orang Bunian untuk membimbing para lelembut lain. Yang diminta cuma mengundang atau menghadirkan para tamu undangan gaib dalam acara kenduri tersebut.

 

“Entah benar atau tidak, tapi itulah yang diceritakan oleh Pak Dullah ketika saya menceritakan pengalaman gaib yang saya alami,” kenang Wagiman.

 

Dari pertemuan gaib tersebut Wagiman juga bersyukur, karena menurut Pak Dullah, terkadang makhluk halus itu seringkali mengecoh para pengguna jalan dengan jebakan-jebakan, hingga si penggunajalan tak bisa lagi memasuki dunia nyata. Jebakannya beragam, jika tak hati-hati dan mawas diri bisa membahayakan jiwa.

 

“Pengalaman melakoni peristiwa tak masuk akal ini semakin mempertebal keimamanku, bahwa kita hidup di dunia ini memang tidak sendiri. Di balik dunia nyata ternyata masih ada makhluk lainnya. Nah, dari kejadian ini pula aku selalu berhati-hati jika memasuki sebuah kawasan yang belum dikenal, imbuh lelaki yang kini menetap di Karawang ini tentang pengalaman gaibnya di Sumatera saat menjadi sopir pribadi seorang pengusaha perkayuan… Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!