Kisah Mistis: SANTET SUSUK LEBAH MERAPI

0
38

Kisah Mistis: SANTET SUSUK LEBAH MERAPI

Kekuatan santet ini bisa membuat wanita ogah melayani suaminya. Ia lebih suka mengumbar syahwatnya dengan pria lain…

 

Aku menikah setelah merasa cukup kuat mengayuh biduk bahtera rumah tangga dengan gadis pujaanku yang berasal dari Kota Udang, Cirebon. Tepat di usia yang ke-28, aku menjalin hubungan dengan Anita yang kala itu baru berusia 21 tahun. Karena kami dan begitu juga masing-masing orang tua telah sepakat akhirnya dilangsungkan pesta pernikahan kami yang waktu itu tergolong amat meriah. Harapan untuk hidup bahagia di dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis, ternyata hanyalah sebatas angan-angan belaka. Kehangatan dan kasih sayang yang kini hendak kucurahkan dengan sepenuh hati ternyata menemui hambatan.

 

Entah kenapa, istriku Anita selalu menolak jika hendak kucumbu. Bahkan pada saat-saat seperti itu, ia selalu menunjukkan wajah yang tak senang. Sejak malam pertama hingga usia perkawinanku genap setahun, aku hanya dapat mencium, mencium dan mencium. Tak lebih dari itu! Anehnya, jika kutanyakan alasannya, ia hanya diam seribu bahasa.

 

Dalam anganku terbersit suatu pikiran, jangan-jangan istriku sudah tidak perawan lagi sehingga ia selalu menolak dan enggan melayaniku. Sudah tentu, perasaan itu segera kubuang jauh-jauh. Walau bagaimana pun dia adalah istri dan wanita yang telah menjadi pilihanku. Andai pun dia tak suci lagi, aku tetap akan menerima dengan apa adanya.

 

Belakangan, cekcok mulut pun sering terjadi. Bahkan tindak-tanduknya, selalu Saja membuatku kesal. Suatu hari, sepulang dari kantor, aku tak mendapatkan istriku di rumah. Menurut penuturan tetangga, isriku pergi dengan seorang lelaki. Walau hatiku kecewa, tetapi di hadapan mereka, kusembunyikan kekecewaan itu.

 

Malamnya, istriku pulang dengan wajah yang letih. Dan ketika kutanyakan kemana saja seharian, dengan wajah yang tak berdosa dan jawaban ketus ia pun menjawab, “Aku pergi ke rumah teman. Kenapa…?”

 

Aku hanya diam. Selanjutnya tak kuusik lagi. Berbilang hari, minggu bahkan bulan kupendam saja kekecawaan ini. Dan kini aku bagaikan lelaki yang tak berdaya. Atau sebagai suami yang tak bisa mengarahkan istrinya. Sedang untuk menceritakan kejadian ini kepada orang lain, aku tak mempuynyai keberanian. Aku tak berharap, aib dari pernikahanku jangan sampai tercium dan akhirnya menjadi gunjingan orang lain. Aku yakin, siapa pun yang mendengar peristiwa ini pasti akan mencibir, mentertawakan atau Mungkin ada pula yang menarun belas kasihan.

 

Bak kata pepatah, serapat-rapatnya menyimpan bangkai, suatu saat pasti akan tecium juga. Dan begitulah yang terjadi dengan perkawinanku. Sungguh tak disangka, perbuatan istriku di luar sana, akhirnya terlihat juga oleh salah seorang tetangga. Kian hari, bisik-bisik mereka pun kian bertambah hangat. Hingga akhirnya, terdengar juga oleh telingaku. Intinya, ternyata istriku mempunyai PIL.

 

Dengan diam-diam aku ingin membuktikan kebenaran dari desas-desus itu. Ternyata benar. Istriku sering dikencani oleh PIL-nya di sebuah rumah kontrakan di kawasan Serpong, Tangerang. Meski hati menjadi remuk redam, tapi aku tetap berpura-pura tak tahu.

 

Dalam sebulan, entah berapa kali ia pergi dari rumah dengan alasan pergi dan menginap di rumah salah seorang keluarganya. Bahkan terkadang, ia pergi sampai seminggu lamanya. Bila kutanya atau kunasihati, ia marah dan langsung meminta cerai. Mendengar itu, hatiku panas bagai disentuh oleh bara. Semula aku nekad akan menceraikannya. Tetapi, setelah ingat pesan orang-orang tua bahwa perceraian adalah suatu perbuatan yang dibenci Allah, maka aku memilih untuk bersabar. Hanya saja, aku telah memutuskan untuk bersikap guna menghentikan segala ulahnya.

 

Walau pada mulanya aku telah bertekad akan menanggung beban hidup ini seorang diri, akhirnya kuputuskan untuk membagi beban kehidupan ini kepada orang yang selama ini amat kupercayai, kebetulan dia ‘orang pintar’, paranormal, bernama Kyai Pamungkas. Apalagi aku merasa, perbuatan Anita seolah dilakukan di luar kesadarannya.

 

Hari Kamis, sekembalinya dari kantor, aku menyempatkan diri untuk singgah di rumah Kyai Pamungkas di daerah Condet, Jakarta Timur, yang sejak perkawinan tak pernah kusambangi. Sejenak kami berdua saling melepaskan kerinduan. Dan setelah berbasa-basi, aku pun langsung menceritakan segala apa yang kualami.

 

Kyai Pamungkas pun hanya diam dan sesekali menganggukkan kepala tanda mengerti. Dan setelah menghela napas, sambil menggeleng-gelengkan kepala Kyai Pamungkas berkata, “Sabar. Bawalah foto dan tiga lembar rambut istrimu kesini. Makin cepat makin baik.”

 

Aku mafhum dengan apa yang dimintanya. Tak lama kemudian, aku pun mohon diri untuk pulang. Beruntung, malam itu Anita ada di rumah sehingga dengan mudah aku berhasil mendapatkan tiga helai rambutnya yang rontok di bantal.

 

Esoknya, aku kembali mengunjungi rumah Kyai Pamungkas. Setelah menyerahkan apa yang diminta, Kyai Pamungkas langsung melakukan penerawangan batin. Waktu seolah berjalan teramat lambat. Tak berapa lama kemudian, terdengar suara Kyai Pamungkas, “Ternyata istrimu terkena Santet Susuk Lebah Merapi.”

 

“Maksud, Kyai Pamungkas?” tanyaku.

 

Kyai Pamungkas hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil sesekali menghisap rokoknya dalam-dalam. Dengan lirih, kembali Kyai Pamungkas menjelaskan, “Santet susuk Merapi dapat membuat yang terkena tidak sadar dan selalu menuruti apa-apa yang dimintanya. Bahkan tanpa sadar, ia seolah rela memberikan kehormatannya untuk orang itu.”

 

“Siapakah yang tega berbuat seperti itu?” potongku.

 

“Lelaki yang dulu pernah ditolak cintanya,” jawab Kyai Pamungkas.

 

“Lalu, kapan ia memasukkan santet susuk itu?” Tanyaku penasaran.

 

Setelah kembali melakukan penerawangan, Kyai Pamungkas pun memaparkan penglihatan batinnya, “Santet Susuk Lebah Merapi itu ia masukkan ke dalam jari tangan istrimu saat ia memberikan ucapan selamat pada pesta pernikahan kalian.”

 

“Biadab! Lalu sudah seberapa jauh hubungan mereka?” tanyaku penasaran.

 

Kyai Pamungkas kembali terdiam. Ia seolah tengah menimbang-nimbang jawaban yang akan diberikan. Tak sabar melihat itu, aku pun langsung berkata, “Tolong katakan dengan sejujurnya. Walau Anita telah ternoda, aku tetap mencintai dan takkan pernah menceraikannya. Aku sadar, apa-apa yang dilakukannya selama ini di luar kesadarannya. Bukan Karena keinginannya sendiri. Jadi, tolonglah Anita. Hindarkanlah dia dari pengaruh santet susuk jahanam itu.”

 

“Aku benar-benar terharu mendengar kata-katamu,” kata Kyai Pamungkas. Setelah itu, dengan cepat dan sambil mulutnya melafadzkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, tiga helai rambut Anita dan bunga mawar yang sejak semula ditaruh di sebuah mangkuk kecil berisi air itu ditetesi minyak wangi. Aneh tapi nyata. Seketika, benda yang ada di dalam mangkuk itu mengeluarkan asap disertai bau amis amat menyengat. Setelah itu, ketiga bunga mawar dan tiga helai rambut Anita berubah menjadi semacam serbuk putih dan kemudian berangsur menjadi cair.

 

Selanjutnya, Kyai Pamungkas menyiapkan ramuan yang dibungkus dengan kain putih persegi. Sambil menyerahkan benda itu, Kyai Pamungkas pun berkata, “Ramuan ini terbuat dari racikan mahkota bunga kelor dengan kembang setaman yang dapat menangkal pengaruh Santet Susuk Lebah Merapi. Dan cara menggunakannya, celupkan ke dalam air bak mandi sebanyak tiga kali. Hati-hati, jangan sampai Anita tahu apa yang engkau perbuat.”

 

“Baik, apa yang Kyai Pamungkas pesan akan saya lakukan dengan sebaik-baiknya,” ujarku sambil minta diri.

 

Setibanya di rumah, dengan bergegas aku menuju kamar mandi dan melakukan apa yang telah dipesankan oleh Kyai Pamungkas. Dan benar, sehabis mandi, Anita datang memelukku dan kemudian meminta maaf dengan mencium ujung jari kakiku. Aku tergugu, bahkan turut menangis dan memeluknya dengan erat.

 

Sore itu, ya… sore itu, aku benar-benar merasa menjadi seorang suami. Betapa tidak, kuda poni kesayanganku berhasil kupacu untuk mendaki gunung yang terjal dan berbatu. Lahar panas yang selama ini tersimpan dalam tubuhku dan istriku, Anita, secara bersamaan membuncah ke luar kala. kami tiba di puncaknya. Wallahu a’lam bissawab. ©️


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!