Kisah Mistis: ROH TERSANDERA SAAT ATRAKSI PERTUNJUKAN

0
6

Kisah Mistis: ROH TERSANDERA SAAT ATRAKSI PERTUNJUKAN

KISAH INI MENIMPA SEKELOMPAK PELAKU PERTUNJUKAN KEKEBALAN DAN ILMU GAIBNYA. SEORANG PELAKU PERTUNJUKKAN HILANG KESADARANNYA SELAMA 7 JAM, KARENA ROHNYA DISANDERA OLEH SEORANG PENONTON YANG BERILMU TINGGI…

 

Membukanya dengan kalimat ini, ”Kepada para penonton yang saya cintai, kehadiran kami di sini hanyalah untuk mencari sesuap nasi, bukan untuk memamerkan kelebihan yang saya miliki dan saya yakin di antara penonton sekalian ada yang memiliki kemampuan yang lebih dari kami. Maka dari itu, saya memohon dengan sangat, jangan mengganggu atau berbuat jahil atas pertunjukan yang tak seberapa ini, dan yang akan kami gelar di tempat ini.”

 

Setelah mengucapkan rangkai kalimat tersebut, maka jampi-jampi, mantera dan asap bau kemenyan pun mulai melengkapi ritual, yang merupakan bagian awal dari pertunjukkan tersebut. Beberapa alat penunjang pertunjukan seperti golok, samurai, air raksa, hingga pecahan beling dan kaca diperlihatkan satu persatu pada penonton.

 

Tak beberapa lama, murid ayah satu persatu menunjukkan kebolehannya. Ada yang tak mempan dibacok dengan sebilah golok yang sangat tajam, atau tak mempan ditusuk samurai. Ada pula yang mandi air raksa, serta memakan pecahan beling dan kaca.

 

Sorak-sorai penonton adalah sesuatu yang biasa bagi kami. Di antara mereka ada juga yang malah bergidik ngeri menyaksikannya, sambil menyembunyikan wajah di balik telapak tangan, atau punggung penonton lainnya.

 

Pertunjukkan demi pertunjukkan yang digelar tak pernah mengalami kendala. Selama ini selalu berjalan sukses. Dan, kami pun sudah merambah berbagai daerah, sebab dengan pertunjukkan menegangkan inilah kami mencari nafkah.

 

Pada dasarnya, pertunjukkan yang digelar oleh rombongan yang dipimpin ayahku tak beda jauh dengan pertunjukkan debus dari Banten. Memang tak diketahu secara pasti apa namanya. Tak ada sumber-sumber literature yang bisa memberikan keterangan secara rinci. Hanya saja menurut ayahku, kesenian tersebut adalah kesenian rakyat biasa, yang bertujuan sebagai hiburan.

 

Seperti sudah ada perjanjian yang tidak tertulis, sebelum menginjak pada acara inti, ayah sebagai pemimpin dengan kemampuan yang dimilikinya, selalu menggelar sebuah ritual kecil. Bila dicermati dari mantera yang dirapalnya, bisa jadi berfungsi sebagai memanggil roh halus, dan diperintahkannya Untuk menjaga lokasi pertunjukkan agar terhindar dari kekuatan jahat yang datang dari luar.

 

Untuk menarik penonton, lokasi pertunjukan selalu berpindah-pindah, dari satu tempat ke tempat lain. Sampai suatu ketika, Cobaan menimpa kami. Malam itu, sekitar pukul 20.00. Seperti biasanya, jam tersebut adalah sebagai start pertunjukkan dimulai.

 

Aneh! Malam itu rupanya kami kebanjiran rejeki. Penonton begitu membeludak, penuh sesak. Setelah berucap sepatah kata sebagaimana ysng saya paparkan di atas, yang kemudian dilanjutkan dengan sebuah ritual wajib, maka anak buah ayah pun satu persatu menunjukkan kebolehannya.

 

Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Hingga sampailah pada giliran Subandi, yang tak lain adalah adikku sendiri. Adapun peran yang diemban oleh Subandi adalah sebagai manusia sakti yang kebal akan tikaman sebuah samurai pada perutnya.

 

Seperti biasanya, sebelum unjuk kebolehan yang satu ini, ayah membaca mantera. Setelah kedua telapak tangan ayah disapukannya pada raut wajah Subandi, maka tak seberapa lama, Subandi tak sadarkan diri. Tubuhnya yang lemah itu lalu dibaringkan di atas meja. Setelah semuanya dianggap siap, kedua tangan ayah menghujamkan sebilah samurai tepat di atas perutnya. Lalu samurai tersebut dengan perlahan-lahan menembusnya hingga terbenam hampir setengahnya. Beberapa detik kemudian, samurai tersebut ditarik kembali.

 

Melihat pemandangan tersebut, semua penonton dibuat terkesima, bingung dan merasa aneh, sekaligus menegangkan. Mereka bisa melihat dengan jelas, perut Subandi yang ditikam dengan samurai itu tak tampak adanya tanda-tanda adanya luka bekas tusukan.

 

Setelah dianggap tugasnya selesai, ayah kembali membaca mantera untuk membuat Subandi sadar kembali. Tapi kali ini keanehan terjadi. Kurang lebih 1 jam Subandi dalam keadaan trance, mantera yang dibacakan ayahku tak membuatnya sadar kembali. Padahal biasanya, hanya membutuhkan waktu kurang dari tiga menit, setelah ayah membacakan mantera dan mengusap wajahnya, maka Subandi akan segera sadar kembali.

 

Apa yang telah terjadi? Ada apa dengan Subandi?

 

Melihat kejanggalan ini, naluri ayah sebagai seorang supranaturalis meyakini bahwa sesuatu yang gaib telah terjadi. Ada seseorang yang menguji kemampuannya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa mantera yang dikuasainya tak ada satupun yang membuat anak bungsunya itu kembali sadar.

 

“Penonton yang budiman, saya sebagai pemimpin rombongan, mohon maaf yang sebesar-besarnya. Pertunjukkan saya hentikan sejenak. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, kami juga memohon dengan sangat agar memaafkan kami bila dianggap telah lancang,” tutur ayah dengan penuh harapan.

 

“Mungkin dengan sebab pertunjukkan kami di sini ada yang merasa terusik atau tidak menyukai kehadiran kami, sekali lagi saya mohon maaf. Jika penonton yang budiman tidak memaafkannya, berarti hati penonton terbuat dari batu. Saya hanya ada satu permintaan pada malam ini, tolong kembalikan anak saya. Mungkin ada di antara penonton yang kurang berkenan kepada kami,” lanjut ayah.

 

“Sekali lagi, dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, memohon dengan sangat tolong kembalikan anak saya!” Pinta ayah lagi.

 

Suasana malam itu semakin menegangkan. Semua personil dibuat panik, dengan sebab ada hal yang ganjil pada malam itu meski pertunjukkan sudah berhenti sekitar 2 jam.

 

Setelah ayah beberapa kali mengucapkan permohonannya agar anaknya dikembalikan, penonton pun tak kalah dibuat tegang. Apalagi melihat Subandi yang masih terkapar seperti orang mati. Namun anehnya, tak ada satupun penonton yang beranjak pulang meninggalkan ajang pertunjukan. Semuanya tetap berkumpul, seperti ada kekuatan gaib yang mempengaruhi mereka.

 

“Baiklah, jika tidak ada satu pun dari saudara-saudara semua yang mengakui perbuatannya dan memaafkan kelancanaan kami, maka saya sebagai manusia biasa tak bisa berbuat banyak, hanya bisa pasrah kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui.” Kembali ayah berucap.

 

Beberapa detik kemudian, ayahku mengambil mangkuk yang terbuat dari batok kelapa, lalu menaruh beberapa genggam tanah ke dalamnya. Di atasnya kemudian ditaruh sebutir biji sayur-mayur dari jenis waluh (labu). Kemudian, segelas air putih yang sebelumnya telah diberi mantera lalu disiramkannya ke dalam mangkuk yang telah berisi tanah dan biji waluh itu. Apa yang terjadi kemudian?

 

Semua penonton malam itu dibuat terperangah. Aneh sekali! Seiring dengan mantera yang diucapkan ayah, biji waluh itu sedikit demi sedikit tumbuh, bahkan kemudian merambat. Yang tak kalah aneh, bersamaan dengan menjalarnya tumbuhan itu terdengar bunyi ayam berkokok.

 

Diiringi pandangan yang serba tegang, pohon yang merambat itu berbuah, dan semakin lama semakin besar. Setelah besarnya mencapai sebesar telor angsa, ayah memetik buah waluh tersebut, lalu diletakkan di telapak tangan kirinya. Sementara itu, tangan kanan ayah dalam posisi mengepal.

 

“Dengan izinMu ya Allah, bagi mereka yang telah melakukan kesalahan, kalaulah yang datang dari jauh mendekatlah, dan bagi mereka yang datang dari dekat berdiamlah!” Demikian yang terucap dari kedua belah bibir ayahku. Selanjutnya, buah waluh tersebut dihantamnya dengan sekali pukul, hingga hancur berkeping-keping.

 

Mustajab sekali! Pukulan kepalan tangan ayah yang telah menghancurkan buah waluh hingga berkeping-keping, seolah-olah mengkomandoi penonton untuk membubarkan diri. Mereka satu-persatu beranjak untuk pulang. Ada yang berlari dengan ketakutan, ada pula yang berjalan dengan terburu-buru.

 

Semua penonton itu pulang, kecuali hanya menyisakan satu orang penonton saja. Dia adalah seorang pria yang berusia sekitar 50 tahun.

 

Merasa usahanya berhasil, ayah sedikit bisa tersenyum dan merasa yakin bahwa orang inilah pelakunya. Memang, setelah diinterogasi, orang tersebut mengakuinya. lalu, dengan kata-kata bijaksana, ayah memohon kepada orang tersebut untuk mengembalikan roh anak bungsunya.

 

Dengan ilmu kedigdadaan yang dimiliki si pelaku, akhirnya Subandi tersadar kembali. hal ini terjadi setelah kurang lebih tujuh jam dia tak berdaya, persis seperti mayat.

 

Pelaku pada saat itu diamankan oleh aparat setempat, sebab kejadian ini memang cukup menghebohkan.

 

Demikianlah sekilas kenangan menegangkan yang pernah kami alami.

 

Kini, ayah telah wafat. Namun sangat disayangkan, ayah melarang kami untuk mengikuti jejaknya. Jadi wajar saja, jika sampai pada akhir hayatnya, beliau tak mewariskan ilmu gaib yang dimilikinya kepada kami dengan alasan, “takut kami tidak kuat membawanya.”

 

Semoga ada hikmah yang bisa dipetik dari kisah sederhana ini. Paling tidak, kita harus menyadari pepatah yang mengatakan bahwa, “di atas langit masih ada langit.” Artinya, tak ada orang sakti mandaraguna di dunia ini. Selalu ada yang melebihinya. Dan semuanya tentu tak terlepas dari karsa dan kuasa Allah SWT. Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!