Kisah Mistis: RITUAL GASING TENGKORAK

0
59

Kisah Mistis: RITUAL GASING TENGKORAK

GASIANG TANGKURAK ATAU GASING TENGKURAK MERUPAKAN RITUAL ILMU PELET YANG SANGAT AMPUH. KORBANNYA BISA MENJADI GILA, BAHKAN TEWAS DENGAN SANGAT MENGENASKAN…

 

DI TANAH MINANG ada sebuah ritual ilmu pelet yang dikenal dengan nama Gasiang Tangkurak atau Gasing Tengkorak. Dinamakan demikian karena ilmu pelet ini dalam melancarkan aksinya dengan menggunakan media berupa gasing yang terbuat dari tulang tengkorak kepala manusia. Keampuhan ilmu pelet Ini dapat membuat korbannya, yang pada umumnya wanita, akan menjadi setengah gila atau bahkan benar-benar gila.

 

Konon, korban ritual Gasiang Tengkurak di Ranang Minang sudah cukup banyak, terutama di daerah pesisir yang masih memegang adat pihak perempuan harus membeli (meminang) pihak lelaki.

 

Disebutkan, di Pariaman biasanya yang memiliki jenis ilmu ini adalah mereka yang dikenal dengan sebutan Parewa, atau mereka yang disebut sebagai orang Bagak (pemberani). Blasanya, ke pihak mereka inilah kaum pria yang merasa sakit hati kepada seorang wanita akan meminta amalan ritual Gasiang Tangkurak. Bagaimanakah sebenarnya rentetan ritual ilmu pelet legendaris ini? Berikut sebuah kisah yang dituturkan langsung oleh pelaku kepada penulis…

 

Sidi Rasyidin (bukan nama sebenarnya), adalah pria berdarah Minang yang telah cukup lama merantau di kota Medan. Sebagai pemuda yang masih jomblo alias lajang, dia senang berpenampilan keren dengan maksud untuk memikat lawan jenis.

 

Sidi memang pantas berdandan perlente sebab di tanah rantau dia telah sukses mengelola sebuah rumah makan yang ada di pusat kota. Sialnya, walau telah berdandan ala pemuda masa kini, namun setiap kali dia mendekati seorang gadis yang hendak dijadikan pacar atau teman hidup, maka, tak jarang dia kerap mengalami kegagalan. Sepertinya, memang tak gampang baginya untuk memikat gadis-gadis cantik.

 

Tak hanya kegagalan yang harus diterimanya. Bahkan, suatu ketika dia harus menerima cemoohan yang diwarnai ejekan dari mulut seorang gadis yang diam-diam telah mencuri hatinya. Sebutlah gadis itu dengan nama Farida.

 

“Abang ini ngaca dong kalau mau naksir aku. Apa Abang pantas dengan aku? Hih, lihat kulit Abang yang hitam saja aku jijik rasanya!”

 

Bagi Sidi Rasyidin, kata-kata Farida itu memang sudah sangat keterlaluan. Dan kata-kata menyakitkan itu seakan terus terngiang-ngiang di telinganya. Gadis yang masih tetangga dan masih ada kaitan kekerabatan dengan ninik mamak di kampung halamannya di Pariaman tersebut tak disangka akan menghinanya dengan kalimat yang keterlaluan seperti itu.

 

“Ajo (Abang) Rasyidin memang baik dan tampan. Tapi maaf, denai (saya) tidak suka dengan pria kampungan dan tidak menyandang gelar sarjana!” Demikian Farida berkata, ketika Sidi bertandang ke rumahnya, jauh hari sebelum dia mengungkapkan kata-kata menyakitkan yang menyebutnya hitam dan menjijikan.

 

Ketika itu, hati Sidi memang sakit. Namun dia tidak terlalu menggubrisnya sebab memang dia tidak memiliki titel apa-apa. Berbeda dengan Farida, Dia tidak hanya cantik, tapi juaa sudah menyandang gelar sebagai Sarjana Ekonomi. Jadi, dia menganggap pantas dihina demikian. Tapi, kali ini sungguh keterlaluan. Farida menyebutnya hitam, sehingga menjijikan bagi dirinya.

 

Kebencian, kekecewaan, dan rasa sakit hati akhirnya menimbulkan dendam dalam kalbu . Sidi. Dan dendam itu semakin lama semakin mengental, sehingga dia mulai berpikir untuk membalas sakit hatinya dengan cara-cara halus, yakni melalui pelet yang dikenal bernama Gasing Tangkurak.

 

Ya, sudah bulat tekad Sidi untuk menghubungi seorang Parewa yang tinggal di kota kelahirannya di Pauah, Pariaman. Beberapa waktu yang lalu, di Desa Pauah tersebut, dia diperkenalkan oleh teman sekampungnya dengan seorang Parewa yang cukup disegani di sana karena kesaktian ilmunya.

 

Menurut cerita sang teman, gasing tengkorak manusia yang dimiliki si Parewa itu sangat sakti, sebab berasal dari kepala seseorang yang meninggal ratusan tahun yang lalu. Ketika membongkar kuburannya untuk mengambil tengkoraknya, sang Parewa harus mengorbankan kepala seorang perampok ganas sebagai penggantinya. Konon, hal ini merupakan syarat utama bagi mereka yang sedang menuntut ilmu pelet Gasiang Tangkurak. Memang, di bumi “Bundo Kanduang” khususnya di Pariaman dan sekitarnya, ilmu pelet ini sudah tak asing lagi. Begitu melegendanya sehingga pernah diabadikan oleh Elly Kasim, penyanyi kondang dari Ranah Minang di era tahun tujuh puluhan dengan judul “Gasiang Tangkurak”, Lagu tersebut sempat menjadi hits selama beberapa tahun, dan sempat dilarang oleh para ninik mamak yang agamis yang ada di Pariaman karena syairnya yang berbau mistis.

 

Singkat cerita, Sidi menemui sang Parewa sakti itu. Dia pun menceritakan problem yang dialaminya. Sang Parewa merasa iba mendengarnya. Dia menyanggupi akan membantu Sidi menaklukkan Farida.

 

Karena kesanggupan sang Parewa, Sidi merasa lega sebab akan dapat membalas dendam kepada Farida. Dalam perjalanan pulang ke Medan, berada dalam bus angkutan Antar Lintas Sumatera, Sidi terkadang bergumam sambil bersiul-siul kecil mendendangkan lagu Gasiang Tangkurak yani terkesan melankonis itu.

 

Begitu tiba di Medan, dia segera mempersiapkan segala sesuatunya. Kamis siang, sejak pagi, Sidi telah merampungkan semua sarana yang diperlukan.

 

Karena malamnya merupakan malam Jum’at, maka dia mulai melaksanakan ritual khusus seperti yang diajarkan sang Parewa. Sementara, bersamaan dengan ritual yang dilakukan oleh Sidi, si Parewa, di Desa Pauah sana juga akan memainkan Gasiang Tangkurak miliknya.

 

Menjelang tengah malam, pria yang sakit hati tersebut telah berada di dalam kamar pribadinya. Di hadapannya tampak sesaji yang sarat dengan aroma mistis, seperti aneka kembang setaman, dupa, secangkir darah babi, juga kemenyan. Semua barang-barang ini sesuai dengan pesan gaib dari sang Parewa beberapa hari yang lalu.

 

Dari wajah Sidi yang polos dan tugu, kini mulai tersirat kebulatan tekadnya. Betapapun risiko yang akan dihadapinya kelak, dia akan siap menerimanya dengan kepasrahan hati. Baginya, yang terpenting adalah bisa membalas sakit hatinya terhadap Farida.

 

Sebelumnya, Sidi memang sempat ragu saat mendengar saran dan nasihat dari kedua orang tua dan adik-adiknya. Namun begitu membayangkan wajah Faridah yang cantik dan sensual tersebut, ditambah penghinaannya yang sangat menyakitkan, maka saran dan nasihat dari orang-orang yang dicintainya itu dia anggapnya sebagai angin lalu saja. Obsesinya tetap terpusat pada segala daya upaya agar wanita yang menjadi target cintanya, apalagi wanita itu telah sempat menghinanya, berbalik memohon balasan cinta darinya. Dia ingin Farida menjadi bertekuk lutut dan tergila-gila, bahkan ingin terus menjadi isterinya.

 

“Sebelum Farida menyembah, merengek dan minta belas kasihan dariku, aku belum merasa puas!” Terdengar suara batin Sidi bergemuruh.

 

Dan bersamaan dengan itu, bayangan wajah Farida yang tengah berduka melintas-lintas di hadapan pelupuk matanya. Sidi-semakin memperkuat konsentrasinya, sambil komatkamit membaca mantera yang diajarkan sang Parewa. Aroma bau kemenyan membuat kamar pribadinya sangat sarat dengan muatan mistis.

 

Di lokasi berbeda, namun di saat yang bersamaan, sang Parewa tengah memutarmutar sepotong batok kepala tengkorak manusia di tangannya. Tengorak kepala manusia itu telah dibentuk sedemikian rupa sehingga mirip mainan anak-ahak desa yang disebut sebagai gasing. Semakin lama semakin kencang putarannya. Bersamaan dengan itu energi gaib bergerak cepat menuju sasaran.

 

Ya, bersamaan dengan semakin kencangnya pusaran gasing tengkorak di tangan Parewa maka tengah malam itu, persisnya di rumah orang tua Farida, mendadak terdengar suara jeritan seorang gadis yang sangat menyavat hati. Seisi rumah menjadi heboh dan gempar ketika menyaksikan Farida dalam kondisi setengah telanjang menari-nari sambil menjerit-jerit histeris di kamarnya.

 

Gadis itu sebentar tertawa dan sebentar kemudian menangis terisak-isak layaknya orang yang kurang waras. Para tetangga yang datang berkerumun ke sana mengatakan, gadis itu telah kesurupan arwah atau kekuatan makhluk gaib.

 

Seorang lelaki tua berkopiah lebai yang kebetulan hadir, segera membacakan beberapa potong ayat suci dekat telinga Farida. Dan gadis itu memang mulai tenang kembali.

 

Apakah yang telah terjadi sebenarnya? Mungkin hanya gadis itu sendiri yang bisa menjelaskannya.

 

Malam-malam berikutnya, nyaris setiap malam Farida tidak berani memejamkan mata untuk tidur. Karena begitu matanya akan terpejam, bayang-bayangan yang sangat menyeramkan pasti akan terwujud dalam angannya.

 

Karena kurang tidur, kondisi kesehatannya semakin lemah dan lunglai. Bermuara dari lubuk hatinya yang paling dalam, Farida merasa berduka atas nasib yang menimpa dirinya sebagai gadis remaja yang seyogyanya periang dan selalu ceria.

 

“Apakah gerangan dosaku? Apakah aku pernah menyakiti hati seseorang?” Pertanyaan tersebut selalu mewarnai benaknya setiap saat berlalu. Namun tak pernah ditemukannya jawaban yang pasti. Tak pernah pula dia menemui akar masalah, mengapa dirinya bisa jadi seperti ini. Sejauh pengetahuannya, dia merasa tidak pernah punya musuh atau menyimpan rasa iri dan dengki pada seseorang.

 

Malam itu, adalah malam keempat puluh Farida dihantui oleh bayangan-bayangan menakutkan berupa kepala tengkorak manusia yang mutar-mutar di sekeliling dirinya. Anehnya, lama-kelamaan tengkorak yang berputar-putar tefsebut sekali ini berubah menjadi seraut wajah pria yang dulu pernah naksir berat kepada dirinya. Cuma beberapa detik saja, lantas menghilang. Namun demikiai Farida sudah cukup mengenalnya.

 

“Bang Rasyidin!” Gumamnya dalam hati, begitu dia merasa yakin dengan bayangan wajah tersebut.

 

Anehnya, setelah itu dia terus saja ingin membayangkan wajah pria yang dulu sangat dibencinya itu. bahkan yang terjadi selanjutnya, siang dan malam dia memendam rasa cinta yang sangat mendalam kepada Rasyidin.

 

Karena sebelumnya, dia sangat membenci pria tersebut, Farida mengalami perang batin yang amat hebat. Benci dan cinta saling datang silih berganti, mehimpit di dalam hatinya. Akhirnya, dia menjadi gadis yang kurang waras alias gila.

 

Sebagai seorang yang lahir dan dibesarkan di Ranah Minang, orang tua Farida, khusus ibunya, tentu saja mulai curiga atas kondisi anal gadisnya tersebut.

 

“Apa yang terjadi pada dirimu, Nak?” Wanita setengah tua itu bertanya begitu dilihatnya Farida tersenyum-senyum sendiri dalam kamarnya, sambil duduk di bibir ranjang.

 

“Saya sedang memerangi rasa benci dan cinta dalam hati saya, Bu!” Jawab gadis itu sambil mengakak tertawa.

 

“Benci dan cinta pada siapa, Nak?”

 

“Itu rahasia perusahaan, Bu! Itu tidak perlu tahu, dan siapapun tidak boleh mengetahuinya. Cukup saya saja yang merasakannya!”

 

“Lho, kenapa bisa begitu?”

 

“Ibu jangan heran! Lagi pula, ini merupakan urusan pribadi saya… Hi… hi… hi….” Farida kemudian tertawa dalam tangisnya.

 

Begitu menyimak kata-kata dan perilaku anak gadisnya yang terkesan aneh tersebut, sang ibu semakin besar kecurigaannya. Mungkin ada pengaruh gaib yang berperan di dalamnya?

 

Setelah dirembukkan dengan seluruh keluarga, akhirnya keluarga Farida memutuskan untuk segera memboyong anak gadis itu ke rumah seorang Ustadz dibilangan Percut.

 

“Anak gadis ini, menurut teropong batin saya, telah diganggu oleh seseorang yang tengah memutar-mutar batok kepala manusia,” kata sang Ustadz menjelaskan, begitu kasus tersebut dilaporkan kepadanya.

 

“Batok kepala tengkorak manusia?” Tanya Ibunya Farida setelah saling berpandangan dengan suaminya.

 

“Mungkin saja demikian. Memang ini masih sekedar dugaan. Tapi Pak Ustadz, di kampung kami di Ranah Minang, cukup populer ilmu pelet yang dinamakan Gasiang Tangkurak. Jadi saya mulai menebak-nebak anak gadis saya ini mungkin dalam pengaruh ilmu pelet tersebut,” kata Ibunya Farida dengan risau.

 

Ustadz yang menggeluti ilmu kebatinan tersebut nampak manggut-manggut. “Ilmu setan harus diantisipasi dengan ilmu malaikat,” ujarnya kemudian.

 

“Caranya?” Tanya Ayahnya Farida.

 

“Caranya adalah memecahkan batok kepala tengkorak manusia itu dengan mengumandangkan zikir Asma Allah sebanyak 1000 kali setiap malam!” Ustadz menatap wajah tamunya silih berganti. “Tapi…”

 

“Tapi apa, Pak Ustadz?” Ibu Farida memotong cepat.

 

“Tapi risikonya cukup berat. Karena kepala pria yang sakit hati kepada anak itu, mungkin akan turut pecah!”

 

“Astaga! Apa tidak ada cara lain, Pak Ustadz? Masalahnya ngeri juga saya mendengarnya, Ibu Farida meringis.

 

Ustadz yang relatif masih muda tersebut tampak menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu berkata, “Ilmu pelet yang Ibu namakan Gasiang Tangkurak itu termasuk ilmu setan yang paling canggih. Tidak semua orang yang mampu menguasainya. Kalau gasiang yang terbuat dari batok kepala manusia itu terus diputar-putar, cukup sulit untuk menyembuhkan korban yang dituju. Korban akan terus menjadi gila hingga ajal menjemputnya. Lain soal, kalau korban segera minta maaf atas kesalahan kepada pria yang disakiti hatinya, dan selanjutnya bersedia menjadi isterinya.”

 

“Apak kami bisa mengetahui siapa pria tersebut, Pak?” Tanya Ayah Farida.

 

“Tanya saja pada anak gadis Ibu ini! Dia pasti sudah dapat menebaknya!”

 

“Siapa dia, Nak?” Ibu Farida langsung menanyakannya kepada Farida yang nampak bengong sejak tadi.

 

Farida menggeleng-geleng dengan gusar. Lalu dia bangkit berdiri, bahkan dengan ketakutan bermaksud memanjat dinding rumah Ustadz sambil tertawa-tawa dan memperagakan wajah yang menyeramkan.

 

“Gasiang Tangkurak membuat diriku nikmat seperti berada dalam surga… ha… ha… ha… ha. Kalian jangan repot mengurus diriku, karena aku kini sedang bersenang-senang di alam surga!” Katanya. Lalu Farida menjerit-jerit histeris.

 

Ustadz dan Ibu Farida beserta yang lainnya berusaha membujuk gadis yang tengah kesurupan tersebut agar turun dari atas dinding pilar yang dipanjatnya. Tapi layaknya seperti seekor cicak, gadis itu terus saja merayap di dinding itu.

 

Di bawah, sang Ustadz hanya mampu melafazkan zikir. Dan zikir tersebut dalam waktu relatif singkat telah membuat Farida tersadar, lalu terhempas jatuh. Sayangnya, karena dinding yang dipanjatnya sudah relatif tinggi, maka begitu terhempas Farida sudah tak sadarkan diri lagi. darah pun mengalir dari lubang hidung, teling dan mulutnya.

 

Meski masih sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat, namun nyawa Farida tidak dapat diselamatkan lagi. Dia telah tewas dengan sangat mengenaskan.

 

Sementara itu, setelah tewasnya Farida, Sidi Rasyidin juga berubah menjadi pemuda yang sering kelihatan bengong seorang diri. Bahkan, bila ingat Farida, gadis yang telah diguna-gunainya, maka dia pun bisa menangis dengan penuh sesal.

 

“Aku tidak bermaksud membunuh, Farida! Aku menginginkan dirimu menjadi pendampingku. Tapi, mengapa kau harus mati, Farida?” Dia sering menggumam seperti ini sambil menjambak rambutnya yang tebal. Namun, penyesalan tak berarti lagi, sebab nasi telah meniadi bubur. Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!