Kisah Mistis: PESUGIHAN NYIMAS RORO IRENG

0
14

Kisah Mistis: PESUGIHAN NYIMAS RORO IRENG

SANG RATU DARI ALAM KEGELAPAN INI DIPASTIKAN AKAN MEMBERIKAN UANG DALAM JUMLAH YANG SANGAT BESAR, DENGAN CATATAN SI PELAKU HARUS LULUS DALAM MELAKUKAN RITUAL. PUNCAKNYA, SI PELAKU HARUS MEMBERIKAN TUMBAL BERUPA NYAWA MANUSIA…

 

KEKECEWAAN telah datang bertubi-tubi mendera hidupnya. Hatinya hancur dan hampir putus asa. Entah sudah berapa kali dia mendatangi tempat-tempat keramat yang konon katanya bisa membuat pelakunya menjadi kaya-raya. Namun, tak pernah niatnya itu kesampaian. Yang terjadi malah utang yang semakin menumpuk. Padahal, dia telah rela mengorbankan apa saja, dan melakukan apa saja, asal keinginannya menjadi kaya raya bisa tercapai. Dia bahkan rela menjadi pengikut setan sekalipun.

 

Begitulah yang dialami oleh Eti, sebutlah demikian, sang pelaku peristiwa nyata ini. Hal ini bermula karena sifat Eti yang selalu percaya pada ucapan orang-orang danjanji dukun, begitu juga janji juru kunci. Sementara, Eti sendiri selalu berkhayal, jika niatnya itu kesampaian, semua utang-utangnya pasti akan dapat dilunasi.

 

Sudah 2 tahun lamanya Eti mencari tempat keramat, sebagai ajang untuk mencari pesugihan. Namun, sampai langkahnya sedemikian jauh, ternyata dia belum pernah mendapatkan hasil. Tak hanya utang yang menumpuk untuk membiayai perjalanan dan akomodasinya selama memburu pesugihan. Bahkan, hampir semua perabotan rumah tangganya pun ludes terjual untuk acara ritual itu. Tapi hasilnya selalu saja nihil.

 

Pernah suatu hari, Eti mendatangi Keramat Pulomas. Konon, di tempat ini siapa pun bisa berhasil dalam melakukan ritual pesugihan. Tapi rupanya tidak bagi Eti. Setelah dilakoni selama 3 hari, hasilnya tetap nihil, Masih untung, Eti melakukan ritual di sana hanya 3 hari saja. Padahal, banyak pelaku ritual lainnya yang datang ke Pulomas hingga berminggu-minggu bahkan ada juga sudah melakukan ritual satu bulan lamanya, namun tetap saja belum juga berhasil.

 

Kabarnya, banyak sudah para pelaku ritual yang mengalami kekecewaan di tempat itu, bahkan tidak sedikit orang yang merasa dibohongi oleh juru kunci tempat keramat tersebut. Asal tahu saja, bukan biaya sedikit yang harus dikeluarkan oleh si pelaku ritual untuk membeli sesaji sebagai syarat utamanya.

 

Sebenarnya, setelah gagal melakukan ritual pesugihan di Pulomas, Eti berniat menghentikan petualangannya. Dia sudah pasrah bila nanti orang-orang yang memberinya utang akan menuntut, atau bahkan memenjarakannya sekalipun. Namun, di tengah kepasrahannya itu dia kembali mendapat informasi dari salah seorang yang sangat bisa dipercaya. Informasi ini berisi tentang ritual pesugihan yang disebut dengan Pesugihan Nyi Mas Roro Ireng.

 

Dengan berbekal informasi tersebut, Eti pun kemudian mendatangi tempat keramat Nyi Mas Roro Ireng. Setelah tiba di sana, pada awalnya, dia tidak begitu percaya akan keampuhan keramat itu. Namun, setelah dia dibawa pada seseorang yang lebih tahu tentang keramat tersebut, barulah dia merasa yakin, bahwa kali ini ritualnya akan membawa hasil seperti yang diharapkan.

 

Keramat Nyi Mas Roro Ireng sendiri letaknya di Jawa Barat, tepatnya di sebuah daerah di Kabupaten Garut. Untuk mendapatkan pesugihan di tempat ini, konon, tidak begitu sulit dan tidak dibutuhkan ritual atau persyaratan yang bertele-tele seperti di tempat keramat pesugihan lainnya. Syarat utamanya, pelaku diharuskan mandi air kembang 9 warna, serta harus menyediakan koin yang di tengahnya bolong sebanyak 5 keping.

 

Awal Januari 2006, pas tengah malam, Eti yang sudah gelap mata ini memulai ritualnya di Keramat Nyi Mas Roro Ireng. Pertama kali, dia disuruh mandi di air pancuran yang di bawahnya sudah siap dengan ember yang berisi kembang 9 warna. Dalam suhu yang cukup dingin, Eti pun langsung mandi. Air berisi kembang itu, langsung disiramkan ketubuhnya. Wangi bunga yang bercampur minyak duyung itu pun, mulai menyebar di sekitar lokasi tempat pemandian tersebut.

 

Sementara itu, seorang pria tua yang biasa disapa Aki, yang juga adalah juru kunci keramat tersebut, berdiri tak jauh dari tempat Eti mandi bunga. Walau harus bertelanjang bulat, tetapi Eti tidak perlu merasa malu mandi di hadapan lelaki ini. Aki orangnya lain dari yang lain. Dia tidak bisa melihat alias buta. Kedua matanya sudah tidak berfungsi lagi.

 

“Namun sangat aneh, jika diperhatikan sorot matanya begitu tajam. Seperti masih awas,” cerita Eti.

 

Malam itu, demi mendengar ada seseorang yang sedang mandi di air pancuran keramat, rupanya para dedemit dan makhluk halus lainnya saling berseliweran menghampiri Eti. Namun, perempuan ini sama sekali tidak merasa takut akan kehadiran mereka. Pikirannya, dedemit itu pasti akan menggoda agar dirinya kabur. Kendati demikian, karena tekadnya benar-benar sudah bulat, Eti pun tetap melanjutkan ritual mandinya.

 

Karena kenekatan Eti, lama kelamaan dia merasa telah dikelilingi oleh beberapa dedemit yang menyeramkan. Tapi, tak ada alasan untuk merasa takut, apalagi sampai harus menggagalkan ritualnya. Toh, di sampingnya juga tetap berdiri tegap sang juru kunci, si Aki yang buta kedua belah matanya itu. Karena itulah, akhirnya rasa takut itupun hilang.

 

Tak lama berselang, setelah usai melakukan prosesi mandi kembang, dia di ajak Aki memasuki sebuah ruangan khusus yang berada di tempat keramat tersebut. Mereka berdua memulai ritual inti. Dalam keadaan gelap gulita serta dibarengi angin yang bertiup sangat kencang, Eti tetap bertahan bahkan tak mengenal kata surut walau sepatah pun. Ini lantaran dirinya sudah pernah mendapat godaan seperti itu.

 

Keinginan ingin cepat kaya telah membuat Eti menjadi perempuan super nekat dan sangat pemberani. Di ruangan khusus itu, dia terus membaca amalan-amalan yang diberikan oleh juru kunci. Amalan-amalan ini bertujuan agar makhluk halus penunggu tempat itu cepat.

 

Sambil mernejamkan matanya, Eti pun terus membaca mantera-mantera pemberian juru kunci itu. Setelah beberapa lama, tiba-tiba saja, makhluk gaib itu pun menampakkan dirinya tepat di hadapan Eti. Rupanya, dia adalah Nyi Mas Roro Ireng. Sang ratu dari alam kegelapan ini berpakaian sangat mewah bak seperti puteri kerajaan, berambut panjang serta memakai mahkota yang bertahtakan intan berlian di kepalanya.

 

“Ada apa Andika memanggilku?” Dengan lantang dan cukup keras sosok gaib itu bersuara.

 

Eti menjawab, “Aku ingin cepat kaya Nyi Mas…”

 

“Apakah sudah dipikirkan akibatnya nanti?”

 

“Apapun akibatnya saya sudah siap Nyi Mas. Bagi saya yang terpenting adalah hidup dalam gelimang harta.”

 

“Baiklah, akan kulaksanakan keinginanmu. Tapi siapa yang akan kamu serahkan kepadaku?”

 

“Itu Nyi Mas!” Eti menunjuk pada sesaji yang telah disiapkannya sejak awal. “Fotonya sudah ada di atas sesaji itu. Namanya Rohamah, lahir hari Senin.”

 

“Baiklah… sekarang makanlah separuh sesaji itu!” Perintah Ny Mas Roro Roro Ireng.

 

Tanpa menunggu atau berpikir lama, Eti langsung menyantap ikan yang ada dalam sesaji tersebut. Dia begitu lahap menyantapnya, sehingga Nyi Mas Roro Ireng sepertinya sangat senang melihatnya.

 

Tak lama kemudian, Nyi Mas Roro Ireng berkata: “Persembahanmu sudah aku terima dan ini sebagai imbalan dariku. Bawa bungkusan ini!”

 

Sosok makhluk gaib itu memberikan semacam bungkusan kain pada Eti. Seraya bersujud tanda mengucapkan terima kasih pada Nyi Mas Roro Ireng, Eti pun menerima bungkusan itu.

 

“Ingat cucuku, jika malam Selasa Kliwon tiba, kau harus semedi di kamar khusus. Aku akan datang menemuimu untuk menyerahkan bungkusan dari kerajaanku nanti!” Pesan sosok gaib itu pula.

 

“Baik Nyi Mas, akan kulaksanakan perintah Nyi Mas!” Jawab Eti dengan hati yang dibayangi kegembiraan, walau itu semu sifatnya.

 

“Sekarang cepat tinggalkan tempat ini!” Perintah Nyi Mas Roro Ireng.

 

“Sekali lagi, terima kasih atas perkenanmu, Nyi Mas!” Eti melakukan sembah sujud, sebelum akhirnya beringsut meninggalkan ruangan khusus itu.

 

Malam itu juga, Eti dan juru kunci angkat kaki dari lokasi keramat Nyi Mas Roro Ireng. Ini lantaran acara ritual sudah dianggap selesai dan berhasil. Sebelum pulang ke rumahnya, oleh juru kunci Eti dibekali beberapa bahan untuk ritual, seperti kemenyan putih, bunga 9 macam, beras merah dan sebuah boneka yang harus dibakar. Sekali lagi, semua ini tentunya diberikan oleh juru knci. Sarana ini harus disertakan ketika ritual malam Selasa Kliwon nanti.

 

Sesampainya di rumah, Eti tak pernah keluar dari rumahnya. Hari demi hari dia selalu mengurung diri. Dia lalui kehidupannya seperti tidak ada aktifitas lainnya, hanya melamun dan melamun saja. Sementara lamunannya jauh menerawang ke belakang, teringat akan kejadian ketika melaksanakan ritualnya di keramat Nyi Mas Roro Ireng. Terkadang, hal ini membuat bulu kuduknya berdiri meremang.

 

Tak terasa waktu yang sudah ditentukan itupun tiba. Hari itu, tepatnya pada Desember 2006, pagi-pagi benar dia berangkat membeli barang-barang yang diperlukan untuk perlengkapan ritual, mulai dari buah-buahan, dan beberapa ubo rampe lainnya. Sementara sisanya sudah diberi oleh juru kunci yang akan dibuat sesaji nanti malam. Ya, malam Selasa Kliwon.

 

Sore harinya, sesaji itu pun sudah siap dibawa ke kamar khusus yang telah dipersiapkannya. Tepat pukul 18.00, Eti memasuki kamar tempat ritual. Dia duduk sambil membakar kemenyan. Bibirnya mulai komat-kamit. Asap tebal pun mulai memenuhi ruangan kamar berukuran 3 kali 4 meter tersebut.

 

Tepat pukul 23.00, Eti mulai diserang rasa kantuk, hingga tak terasa dia pun tertidur. Namun, ketika pukul 01.00, Eti terbangun dan langsung menuju kamar mandi. Maksudnya hendak mandi. Tak berapa lama, dia pun masuk ke kamar yang dipakai ritual tadi. Lalu, dia pun memulai ritualnya kembali.

 

Akhirnya, ritual itu mencapai puncaknya ketika Eti membakar boneka yang sudah ditetesi dengan minyak duyung. Ketika hampir selesai acara pembakaran, tiba-tiba saja dia mendengar suara daun pintu diketuk seseorang. Yang datang tak lain dan tak bukan adalah Nyi Mas Roro Ireng. Sosok gaib ini hendak masuk ke kamar yang dipakai ritual oleh Eti.

 

Apa yang mereka bicarakan selama di dalam kamar itu, adalah perjanjian gaib yang harus disepakati oleh Eti walau apapun risikonya. Setelah itu, akhirnya Nyi Mas Roro Ireng melaksanakan janjinya pada Eti. Dia telah menyerahkan sebuah karung yang berisi tumpukan uang. Jumlah uang di dalam karung ini tentu saja banyak sekali.

 

Aneh bin ajaib. Dua hari setelah kejadian itu, keluarga Eti ditimpa musibah. Mertua perempuannya meninggal dunia, tanpa sakit terlebih dahulu. Ternyata, kematian si mertua tak lain adalah hasil perbuatan Eti, menantunya. Dia telah menumbalkan mertuanya pada Nyi Mas Roro Ireng sebagai tumbal pesugihannya. Rupanya, selembar foto yang ditaruh di atas sesaji, yang disebut Eti dengan nama Rohamah, lahir hari Senin, pada saat ritual di keramat Nyi Mas Roro Ireng tempo hari tak lain adalah mertuanya yang malang itu.

 

Sementara itu di lain pihak ada seorang perempuan lain yang sebut saja bernama Wati. Dia adalah orang yang pertama kali mengantarkan Eti ke keramat Nyi Mas Roro Ireng dan memperkenainya dengan Aki, sang juru kunci keramat itu. Wati merasa gelisah setelah mendengar berita kematian Rohamah, mertua Eti. Pasalnya, Wati adalah satu-satunya orang yang tahu persis, kalau Bu Rohamah meninggal lantaran dijadikan tumbal pesugihan oleh menantunya sendiri.

 

Setelah kematian Bu Rohamah, Wati pun menghilang entah kemana. Dirinya merasa takut, kalau-kalau kasus yang menimpa Rohamah itu akan diketahui oleh keluarganya.

 

Sepeninggal Bu Rohamah, Eti sang menantu belum berani memperlihatkan kalau dirinya sekarang sudah menjadi orang kaya-raya. Dia takut dicurigai. Ternyata, dia juga sangat pintar dalam hal ini. Agar tidak terlalu mencolok mata, Eti mempergunakan uang gaib pemberian Nyi Mas Roro Ireng itu untuk membeli beberapa petak sawah di kampung tanah kelahirannya. Beberapa waktu berikutnya, dia juga membeli peralatan pertanian. Pada bulan berikutnya, suaminya jadi pemborong jalan, tentunya dimodali oleh Eti, sang isteri yang telah menjalani pesugihan.

 

Sementara, di tempat tinggalnya yang sekarang, baik rumah maupun perabotan yang ada di dalamnya, semuanya masih biasa-biasa saja. Karena itulah, hampir tak ada orang yang menaruh curiga padanya.

 

Setelah setahun hampir berlalu, tiba-tiba, Wati berkunjung ke rumah Eti. Kedua kawan lama ini sepertinya ingin melepas kangen. Wati dijamu begitu mewah. Hampir seharian mereka ngobrol ngalor-ngidul, hingga tak terasa hari sudah menjelang sore dan Wati pun pamitan pulang. Tak lupa, Eti memberi sebuah bingkisan pada Wati yang ternyata isinya uang 10juta rupiah. Menurutnya, uang itu sebagai rasa terima kasih lantaran dirinya sudah menjadi orang kaya dengan cara pesugihan yang telah ditunjukkan oleh Wati tempo hari.

 

Rupanya, uang pemberian dari Nyi Mas Roro Ireng memang tidak pernah habis-habisnya walau sudah beberapa kali dibelanjakan. Uang itu sepertinya datang dengan sendirinya. Buktinya, walau uang tersebut sudah dipakai untuk membeli berbagai barang dan properti, termasuk untuk biaya membangun sebuah villa, tetapi jumlahnya sepertinya masih utuh, bahkan bertambah banyak.

 

Setelah kaya raya, selang setahun kemudian, Eti pindah ke kampung halamannya di Tegal Bodas. Ini juga lantaran pekerjaan proyek suaminya semakin padat saja. Semenjak dirinya menempati rumah baru, dia pun membangun beberapa puluh rumah kontrakan. Bukan sedikit biaya yang dia keluarkan untuk semua itu. Tentu saja ini adalah hasil uang pemberian dari Nyi Mas Roro Ireng, termasuk modal yang dipakai oleh suaminya dalam menggarap sejumlah proyek.

 

Karena kekayaannya, nama Eti sudah sangat tenar di kampung Tegal Bodas. Masyarakat merasa yakin, kalau Eti kaya-raya lantaran suaminya yang jadi pemborong dari sekian banyak proyek kontruksi. Padahal, itu semua hanya formalitas saja agar tidak dicurigai kalau dirinya memiliki pesugihan.

 

Dikisahkan, pada suatu hari, Wati perlu uang lantaran dia merasa kepepet untuk bayar cicilan motor. Wati mengutarakan hal itu pada Eti, teman yang telah ditolongnya. Tentu saja tak ada masalah bagi Eti. Dia cukup mengerti akan keperluan temannya itu. Apalagi, Eti juga selalu ingat pada jasa-jasa Wati yang membantu ketika hendak melakukan ritual yang membuat dirinya kini jadi kaya raya.

 

Tanpa berlama-lama, Eti pun melangkah ke kamarnya untuk mengambil uang yang sangat dibutuhkan oleh Wali. Dia segera menyerahkan amplop yang isinya cukup lumayan tebal. Setelah menerima uang itu, Wati pun mengucapkan banyak terima kasih dan segera pamit pulang.

 

Esoknya, Wati pergi ke bank dengan maksud ingin melunasi angsuran motor. Jumlah kesuluruhan pelunasans cukup besar, 16 juta rupiah.

 

Memang, persahabatan antara Eti dan Wati sangat erat sekali. Mereka saling bantu dan saling mengingatkan, khususnya buat Eti agar tidak terulang yang kedua kalinya. Ya, Wati berharap agar temannya ini jangan sampai melakoni pesugihan untuk kali kedua, sebab selain merugikan jiwa orang lain tentunya bahaya buat dirinya sendiri.

 

Tahun yang lalu, tepatnya pada Januari, Eti sekeluarga melangsungkan hajatan khitanan anak pertamanya. Dia pun mengadakan pesta yang sangat meriah. Siang pesta dangdut, sedangkan malam harinya pengajian. Dua hari dua malam pesta itu berlangsung. Tak terlewatkan Wati pun ikut serta membantu kesibukan di rumah temannya itu lantaran dirinya sering dibantu kebutuhannya oleh Eti.

 

Usai pesta itu, tak terasa tubuh Wati pun merasa lemas. Dia harus pulang ke Purwokerto lantaran orang tuanya menghubungi melalui telepon selulernya. Sementara perjalan Bandung-Purwokerto bukanlah waktu yang sebentar.

 

Malam itu, Wati tidur di kamar yang terletak di lantai dua terpisah dengan saudara-saudara si pemilik hajatan tersebut. Dirinya tidak tahu, kalau kamar yang dihuninya itu adalah kamar khusus yang suka dipakai oleh Eti untuk melakukan ritual.

 

Berhubung Wati tidak mengetahui dan tubuhnya merasa sangat lemas sekali, akhirnya, dia pun tertidur pulas di kamar itu. Namun ketika tengah malam tiba, dia terjaga dari tidurnya lantaran mendengar langkah seseorang yang sedang berjalan menaiki tanga. Suara langkah kaki itu sangat berat, hingga menimbulkan suara mencurigakan. Wati merasa penasaran dan takut. Takut kalau ada seseorang yang masuk ke kamar dan memperkosa dirinya. Maklum, Wati berstatus janda yang ditinggal mati oleh suaminya.

 

Wati memasang kuping. Ternyata dia tidak mendengar suara apa-apa selain suara langkah kaki tersebut yang semakin dekat saja. Ternyata semua orang juga sudah tertidur nyenyak.

 

Perlahan, Wati berjalan menghampiri pintu, lalu dia mengintip di balik gorden. “Astaghfirrullah…” Cetusnya, tercekam rasa takut. Wati terus membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. Namun, ayat yang dibaca semakin tak karuan lantaran dirinya semakin takut pada apa yang dilihatnya.

 

Ternyata, Wati melihat sosok jin berkulit hitam pekat, bertubuh sangat besar, dan wajahnya tak karuan bentuknya. Makhluk tersebut terus melangkah dan menghampiri pintu kamar yang sedang Wati tempati. Kini, Wati teringat akan Aki yang jadi juru kunci tempat keramat Nyi Mas Roro Ireng. Dirinya pernah dibekali ilmu mengusir makhluk gaib oleh kakek buta itu.

 

Wati terus membaca amalan-amalan tersebut dan akhirnya, Alhamdulillah, makhiuk jahat itu pun menghilang. Hingga dini hari, Wati tidak bisa memejamkan mata lantaran takut kalau makhluk gaib itu datang lagi. Lama-lama dia mendengar suara pembantu yang sedang bekerja di dapur. Mungkin sedang beres-beres habis hajatan.

 

Hati Wati pun mulai agak tenang, lantaran dirinya ada yang menemani. Pagi-pagi benar Wati pamitan pulang. Dia tidak mengatakan pada siapapun hal sesungguhnya, termasuk pada teman karibnya, Eti. Alasannya karena dia takut persahabatannya akan jadi pecah.

 

Sesampainya di rumah, perasaan Wati tetap tidak tenang. Jangan-jangan makhluk jahat itu akan menjemput dirinya. Lama kelamaan dia merasa risau, takut jika hal itu benar-benar terjadi. Akhirnya, dia mendatangi Aki yang menjadi juru kunci dan pernah menolong Eti.

 

Wati menceritakan seluruh kejadiannya kepada Aki. Malam itu juga, Wati disuruh mandi di air pancuran, persisnya di tempat yang sama seperti ketika pertama kali Eti melakukan ritual pesugihan.

 

Dan ketika dirinya sedang mandi, tiba-tiba makhluk jahat yang pernah dilihat di rumah temannya itu muncul lagi. Kali ini Wati tak merasa takut lantaran di sampingnya ada Aki yang sedang berdiri tegak. Aneh, makhluk gaib jahat itu, tidak mau menghampirinya. Mungkin dedemit itu merasa takut kepada Aki.

 

Bisa jadi, semua dedemit yang ada di tempat keramat tersebut sudah sangat dekat dengan Aki. Sehingga para dedemit tersebut tidak mau menghampiri Wati ketika mandi. Sekali lagi, hanya Aki sendiri yang tahu.

 

Selesai mandi, Wati dan Aki melakukan ritual. Namun, ritual kali ini berbeda. Aki segera membakar kemenyan. Hanya berselang beberapa menit saja, tiba-tiba tubuh Aki dimasuki makhluk gaib. Aki pun langsung kesurupan. Dari hasil percakapan antara makhluk gaib yang menyusup kedalam tubuh Aki dengan Wati, ternyata hasilnya memang benar, kalau makhluk gaib yang muncul di rumah Eti itu akan menjemput dirinya. Sebab, Eti telah menyerahkan nyawa Wati untuk tumbal berikutnya. Alasannya, Eti sendiri merasa takut kalau suatu ketika nanti Wati akan bercerita pada orang lain. Bukankah hanya Wati yang tahu tentang rahasia pribadinya itu? Dan yang lebih fatal bagi Wati, dia sendiri telah ikut menikmati uang hasil pemberian dari dedemit yang bernama Nyi Mas Roro Ireng itu.

 

Cukup lama juga pembicaraan itu berlangsung. Wati merasa penasaran siapa sebenarnya makhluk gaib yang merasuki jiwa Aki sehingga penjelasan itu sangat tepat dan masuk akal. Ternyata, dialah Nyi Mas Roro Ireng yang memberikan kekayaan pada temannya, Eti. Lama kelamaan, makhluk yang masuk ke jasad Aki keluar secara perlahan dari raganya.

 

Jelas sudah, Wati menyadari kalau temannya itu berhati jahat. Hari itu juga, Wati memutuskan untuk menjauh dari Eti lantaran jiwanya sudah dirasuki oleh setan. Beruntung, Wati segera meridatangi Aki sebagai juru kunci, kalau tidak, sudah pasti dirinya akan mati jadi tumbal berikutnya dari pesugihan yang dilakukan oleh Eti.

 

Lantas, siapa yang jadi tumbal berikutnya, kalau Wati selamat? Hingga sekarang, sampai kisah ini ditulis, tidak ada korban-korban yang berjatuhan. Adapun Wati yang jadi sasaran, lantaran Eti tidak mau rahasianya terbongkar, justru akhirnya membongkar rahasia Eti kepada beberapa orang temannya. Memang, dengan selamatnya Wati dari cengkeraman makhluk jahat, membuat orang lain jadi pada tahu, kalau orang terkaya di kampung Tegal Bodas itu berhati iblis.

 

Yang jadi pertanyaan, apakah dengan gagalnya Wati untuk dijadikan tumbal, maka makhluk gaib jahat tersebut akan mengambil Eti sebagai pengikutnya? Jawabnya tidak. Mengapa? Lantaran dalam perjanjian gaib, disekapati Eti minta kekayaan pada Nyi Mas Roro Ireng hanya sekali saja untuk seumur hidup.

 

Namun, yang namanya manusia selalu serakah. Begitupun halnya dengan Eti. Sudah kaya selalu minta tambah kaya lagi. Lantas, apakah Eti ketika ritual yang kedua kalinya, dia diberi kekayaan oleh dedemit tersebut? Jawabnya tidak. Dedemit itu akan memberikan kekayaan pada pelaku ritual jika tumbalnya sudah diambil.

 

Kabarnya, tidak semua pelaku ritual di tempat keramat Nyi Mas Roro Ireng bisa jadi kaya raya. Itu tergantung pada jodoh atau tidaknya si pelaku ritual.

 

Demikianlah kisah nyata seorang pelaku ritual yang sering dibohongi oleh juru kunci, namun setelah mendapat tempat keramat yang pasti, akhirnya, dia pun bisa kaya raya. Namun temannya sendiri hampir dijadikan yang tumbal berikutnya. Tapi berkat pertolongan juru kunci, sang teman pun bisa selamat.

 

Mohon maaf, penulis tegaskan kepada para Pembaca bahwa penulis tidak pernah menawarkan atau menyuruh pada siapapun untuk melakukan pesugihan dalam setiap artikel yang kami muat. Ingat akan dosa dan juga tanggung jawab yang sangat berat. Nama-nama para pelaku yang ada dalam artikel ini, tentunya sudah penulis samarkan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kejadian nyata ini! Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!