Kisah Mistis: PESUGIHAN NYAI DEWI HUTAN LARANGAN
Kubangan kemiskinan, rendahnya pendidikan dan tipisnya iman, membuat Kurdi nekat mendatangi lelaki paruh baya dengan mata sebelah kanan buta yang merupakan juru kunci hutan larangan yang terkenal keangkerannya itu…
Jakarta, rentang 1982. Kala itu, kejahatan begitu marak. Hampir tiap saat, baik di televisi maupun di surat kabar, kita selalu disuguhi dengan laporan terjadinya pencurian dengan kekerasan, perampokan bahkan pembunuhan. Masyarakat pun mulai resah. Tetapi apa daya, kala itu, siapa yang kuat, ialah yang bakal keluar sebagai pemenangnya.
Seiring dengan perjalanan sang waktu, akhirnya, pemerintah pun mengambil sikap tegas. Keadaan pun langsung berbalik. Sejak itu, para preman, jagoan, bahkan orang-orang yang memiliki tato (waktu itu, tato hanya terdapat pada tubuh orang yang pernah masuk penjara-pen) mulai dirundung rasa khawatir yang teramat sangat. Betapa tidak, hampir tiap hari, ada saja di antara mereka yang tewas dengan kondisi tangan terikat dan leher terjerat, dan mayatnya dibuang di tempat-tempat yang mudah ditemukan.
Melihat situasi yang kian tak menguntungkan, Kurdi, yang kala itu merupakan sosok yang disegani, akhirnya lebih memilih untuk hengkang dari Jakarta. la juga tidak pulang ke kampung halamannya di bilangan Banten dan ia lebih memilih untuk hidup di sebuah kampung kecil yang terdapat di lereng Gunung Galunggung.
Kebiasaan hidup dilayani, membuat Kurdi pun menjadi resah. Tetapi ia bak dipaksa untuk menelan buah simalakama. Sebab, hampir tiap hari, lewat surat kabar atau berita di televisi, teman-teman yang pernah bersama-sama dengannya, satu per satu, tewas di tangan PETRUS (penembak misterius-red).
“Dari pada balik ke Jakarta, lebih baik bertahan dan menikah di sini. Biar tenang,” bisik hatinya.
Lewat Aceng, kaki tangannya, akhirnya, Kurdi berhasil menyunting Halimah, janda kembang, yang menjadi incaran banyak orang di desa tempat ia tinggal.
Hampir setahun Kurdi mereguk manisnya madu Cinta, Kini, bawaannya, berupa pelbagai perhiasan emas hasil rampasan para anak buahnya telah habis. Kecuali sebuah gelang seberat sepuluh gram. Oleh sebab itu, mau tidak mau, ia dituntut untuk bekerja keras untuk menghidupi Halimah, kedua mertua serta dua adik istrinya yang masih sekolah.
“Aa, bagaimana buat makan besok?” tanya Halimah manja pada suatu malam.
Kurdi hanya tersenyum. Sementara otaknya berpikir keras. Untuk mencuri atau merampas, ia benar-benar sudah tak memiliki keberanian. Maklum, tak hanya di kota-kota besar, para preman yang mukim di tempat terpencil pun tak luput dari kejaran PETRUS. Belum lagi Kurdi menjawab, Halimah pun kembali meneruskan kata-katanya,
“Mau utang di warung sebelah sudah malu, maklum, sudah kelewat banyak.”
“Tenang, besok Aa mau ke kota. Mungkin beberapa hari tidak pulang, untuk sementara, Aa meminta Aceng untuk mengirimkan beras dan sayuran ke rumah,” janji Kurdi sambil membelai rambut istrinya.
Halimah yang selama ini tahu bahwa suaminya adalah juragan truk, hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Tak lama kemudian, keduanya pun terhanyut dalam panasnya asmara purba.
Padahal, seusai bercumbu dengan istrinya, sambil melamun, Kurdi pun membulatkan tekadnya akan pergi ke hutan larangan untuk menemui sang juru kunci, lelaki paruh baya dengan mata kanan buta yang akrab disapa dengan Ki Jalu.
Kurdi teringat akan peristiwa beberapa tahun lalu ketika badannya diisi oleh Ki Jalu agar tahan terhadap pukulan dan senjata tajam sehingga ia menjadi seorang jagoan yang ditakuti di daerahnya. Dan kini, ia datang untuk menagih janji, karena Ki Jalu pernah berkata, jika ingin kaya, datang kesini dan menikahlah dengan Nyai Dewi penjaga beringin keramat.
Esoknya, ketika akan berangkat, dengan manja Halimah bergayut di bahunya berkata dengan manja sambil membelai-belai perutnya yang mulai buncit: “Jangan lama-lama, kasihan dede.”
Kurdi mengangguk. Setelah pamit pada istrinya, ia pun berjalan untuk menemui Aceng. Kurdi berpesan pada kaki tangannya untuk memenuhi segala kebutuhan keluarganya selama ia pergi. Ketika ditanyakan tujuannya, Kurdi hanya berkata akan pergi ke suatu tempat.
Malam itu, Kurdi sudah duduk berhadapan dengan Ki Jalu. Dengan lancar ia pun mengutarakan apa yang selama ini menjadi ganjalan di hatinya. Ki Jalu tampak mendengarkan dengan wajah serius.
Tak lama kemudian, setelah menghembuskan asap rokoknya, terdengar suara parau Ki Jalu, “Syaratnya cukup berat. Apakah engkau siap untuk memenuhinya?”
“Apa Ki?” Potong Kurdi cepat.
“Kemenyan putih, kembang tujuh rupa, makanan tujuh rupa dan anak burung gagak hitam mulus,” jawab Ki Jalu sambil menyeringai.
“Rasanya tidak seberapa sulit,” jawab Kurdi penuh dengan keyakinan.
“Ya … asal mujur pasti dapat. Soalnya, bukan perkara mudah untuk mencari anak burung gagak,” sahut Ki Jalu dengan pandangan penuh arti.
“Kalau semua dapat, kebetulan, besok malam Jumat Kliwon, jadi, engkau bisa langsung menikah dengan Nyi Dewi.”
Kurdi langsung mengangguk. la yakin, besok pagi, setelah menjual gelang emas, harta miliknya satu-satunya, ia pasti bisa mendapatkan seluruh syarat yang diajukan oleh Ki Jalu.
Dan benar, dalam waktu singkat, Kurdi berhasil memenuhi segala syarat yang diajukan oleh Ki Jalu. Dengan perasaan bangga, ia pun langsung menuju ke rumah lelaki paruh baya yang terletak di tepi hutan larangan itu.
Setelah memeriksa dengan saksama, Ki Jalu pun mengangguk dengan wajah puas.
Waktu terasa begitu lambat. Menjelang tengah malam, tampak Kurdi dan Ki Jalu berjalan dengan hati-hati merambah hutan larangan. Setelah sampai di sebatang beringin tua yang tidak ada lagi pangkalnyabohon beringin tua ini hidup lewat sulur-sulur yang mengelilingi, seningga mirip dengan sangkar ayam, maka, Ki Jalu mengajak Kurdi menyelinap di antara sulur-sulur itu untuk ” masuk Ke dalamnya.
Ajaib, di dalam, keadaan begitu bersih. Tak ada selembar daun pun yang jatuh di sana. Kurdi yang takjub hanya bisa membisu ketika Ki Jalu mulai menata segala persyaratan yang dibawanya di atas selembar daun pisang yang masih muda. Tak lama kemudian, seiring dengan kepelun asap kemenyan, terdengar Ki Jalu melantunkan kidung-kidung yang Sulit untuk dimengerti artinya. artinya sulit untuk dimengerti.
Tiba-tiba, terdengar desis yang teramat keras. Dan tak lama kemudian, tampak seekor ular besar yang bermahkota emas mendekati anak burung gagak dan langsung memangsanya…
Kembali, Ki Jalu menaburkan kemenyan di atas bara sabut kelapa sambil membaca mantra-mantranya.
Tak lama kemudian, Ki Jalu berbalik sambil berkata, “Kurdi, engkau sudah kunikahkan. Tinggalah di sini beberapa saat, nikmatilah surga dunia!”
Kurdi tertegun ketika melihat Ki Jalu menyelinap di antara sulur beringin yang tadi dilewatinya. Bau harum pun langsung menyeruak, dan tak lama kemudian, di depannya, berdiri sesosok wanita yang demikian sempurna tanpa dibalut sehelai benang pun. Sebagai lelaki yang pernah bergelimang dalam dunia hitam, Kurdi langsung tahu, inilah sosok yang amat diidam-idamkan oleh para lelaki.
Nafsunya pun langsung bangkit. Dengan tanpa malu-malu, ketika wanita yang mengaku sebagai Nyai Dewi itu duduk dipangkuannya, Kurdi langsung melepaskan seluruh pekaiannya. Lidah keduanya saling pagut, saling pilin, sementara tangan Kurdi terus membelai bagian-bagian sensitif dari Nyai Dewi. Tampaknya Kurdi sengaja mengulur waktu, ia benar-benar ingin memberikan kepuasan yang sempurna pada Nyai Dewi.
Dengan memohon, Nyai Dewi pun meminta agar Kurdi segera memuaskan hasratnya. Kurdi segera memacu kuda kesayangannya dengan lincah mendaki gunung gemunung yang terjal. Entah sudah berapa kali lahar Nyai Dewi menyembur, yang pasti, malam itu, seiring dengan desah kepuasan, lahar panas Kurdi pun terpancar.
Sementara, nun jauh di sana, di waktu yang sama, di sebuah rumah sakit, akibat ketuban yang pecah tanpa disadari sejak semalam, Halimah pun harus berjuang matimatian untuk melahirkan buah cintanya dengan Kurdi. Halimah hanya bisa pasrah ketika dokter menyarankan untuk operasi. Tidak tama kemudian, dokter pun keluar dari ruang operasi dengan wajah ketakutan. Selain mengeluarkan bau bangkai yang teramat tajam, tubuh sang Dayi pun alami keadaan rusak. Tak hanya si jabang bayi, nyawa Halimah pun tak dapat diselamatkan.
Ketika Aceng dan keluarga Halimah sedang sibuk mengurus pemakaman, Kurdi yang malam itu menghabiskan waktunya hanya untuk bercinta dengan Nyai Dewi, paginya, walau dengan perasaan lelah yang teramat sangat, matanya nanar menatap uang pecahan seratus ribu berserak di sekitar tubuhnya yang telanjang itu.
“Yah… selamat tinggal kemiskinan!” teriaknya berulang-ulang sambil mengumpulkan uang-uang itu.
Setelah mengenakan pakaiannya, Kurdi pun menghitung uang yang didapatnya. Ternyata, jumlahnya mencapai Rp 70.700.000.
la langsung menuju ke rumah Ki Jalu dan menceritakan apa yang dialaminya semalam. Ki Jalu hanya tersenyum sambil berkata, “Sekarang pulang, buatkan kamar khusus untuk istrimu.”
Singkat kata, Kurdi pulang sehari setelah pemakaman istri dan anaknya. Di depan mertua dan kedua adiknya, ia pun berkata, “Aa selamanya tidak bakal menikah, cinta Aa sudah terbawa mati oleh Halimah”.
Semua yang mendengar hanya tertegun. Mereka kagum dengan kesetiaan cinta Kurdi, padahal, di hati kecilnya, Kurdi lebih memilih Nyai Dewi, istri gaibnya yang mampu memberikan kenikmatan surgawi yang tidak ada taranya.
Waktu terus berlalu, kini, Kurdi tinggal seorang diri di rumah yang tergolong megah. Pembantu hanya datang pada pagi dan kembali di sore hari. Kurdi banyak memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan, bahkan, ia juga membelikan orang tua Halimah beberapa bidang sawah dan puluhan ekor ternak, serta membiayai sekolah kedua adik mendiang istrinya.
Oleh sebab itu jangan heran, dalam waktu singkat, namanya langsung menjadi buah bibir masyaraKat tempat ia tinggal
Namun, hatinya mulai terusik. Betapa tidak, tiga hari yang lalu, Aceng, kaki tangannya diketemukan warga tewas dengan tangan terikat dan leher terjerat di depan sebuah warung kopi tempat ia biasa duduk-duduk.
“Ah … jangan-jangan PETRUS mulai mencium keberadaanku di kampung ini?” gumamnya sambil berjalan mondar-mandir di ruang tamu rumahnya.
Malam itu, entah kenapa, walau pumama sedang bersinar penuh, namun, Kurdi merasa enggan untuk mengerjakan suatu apapun. Padahal, sebagaimana malam itu, tiap purnama penuh, ia harus memenuhi kewajiban sebagai suami terhadap istri gaibnya, Nyai Dewi.
Ketika bau harum mulai menguar di seantero kamarnya dan perlahan-lahan tubuh Nyai Dewi mulai maujud, Kurdi telah kehilangan segala gairahnya.
Karena keinginannya selalu ditolak, akhirnya, Nyai Dewi pun kesal dan bertanya, “Kurdi, kenapa engkau selalu menghindar?”
“Aku bosan. Kekayaanku pun sudah berlebih, lebih baik, kita bercerai saja,” sahut Kurdi sekenanya.
“Cerai? Lalu bagaimana dengan anak kita?” seru Nyai Dewi terkejut.
“Oh … tapi, bagaimana aku bisa menemuinya?” tanya Kurdi polos.
“Itu mudah,” jawab Nyai Dewi yang sudah terlanjur marah karena Kurdi selalu menolak keinginannya langsung berpura-pura memeluk tubuh Kurdi dengan mesra. Kurdi pun luluh hatinya. Perlahan tetapi pasti, Nyai Dewi yang tak lain adalah siluman ular semakin mempererat pelukannya sehingga tubuh Kurdi pun remuk dan selurut tulangnya berpatahan. Selanjutnya, tubuh lunglai itupun ditelan lewat moncongnya yang besar.
Esoknya, kegemparan pun terjadi. Kurdi menghilang, sementara, kamarnya tetap dalam keadaan terkunci. Wallahu a’lam bissawab. ©️.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!