Kisah Mistis: PESUGIHAN BONEKA MANEKIN

0
20

Kisah Mistis: PESUGIHAN BONEKA MANEKIN

Janganlah kau mengira setiap benda yang tak bernyawa itu tidak memiliki sebuah perasaan. Jika kau mengiyakan itu, kau sangat salah besar!…

 

Hari ini sepulang dari kampus aku sudah punya janji pada Sherly untuk menunggunya di sebuah mall. Sesuai kesepakatan bersama aku diharuskan tiba di mall itu sebelum senja ditikam malam. Karena mall itu tidak jauh dari kampus hanya butuh satu jam, aku pun langsung meluncur ke sana.

 

Tapi sebelum naik taksi, lebih dulu aku memberitahukan Sherly melalui BBM. Kalau aku akan segera berangkat.

 

Ping!

 

Ag langsung OTW ke mall ya. Sher.

 

Aku langsung memberikan pesan BBM itu pada Sherly.

 

Satu jam perjalanan naik taksi menuju mali itu, aku tiba tanpa satu pun yang kurang Saat aku tiba di mall senja sudah memudar dan berganti malam. Apalagi saat itu mall sudah ramai oleh para pengunjung. Aku pun langsung menanyakan keberadaan Sherly.

 

Ag sdh di lobi mall. Km dmn, Sher?

 

Lama aku menunggu di lobi mall, mataku tidak terlepas dari layar smartphone dan sekaligus melihat sekeliling lobi. Kukirim pesan melalui BBM pada Sherly kembali. Supaya ia tahu kalau aku sudah tiba..

 

Ag sdh di gerai fast food, Rin. Ag td lapar jd ag kmari.

 

Ya sdh km kemari aja Rin ke gerai fast food di dpan lobi mall ini.

 

Ag tgg.

 

Tiba-tiba smartphone-ku berbunyi. Tanda kalau ada BBM masuk. Mungkin Sherly yang membalasnya?

 

Benar. Ternyata itu pesan BBM dari Sherly. Akhirnya dengan menahan rasa gemasku pada Sherly aku langsung menuju gerai fast food. Biarlah aku pura-pura tidak kesal di hadapannya. Walau aku sudah jenuh menunggu sejak tadi. Menunggu dirinya tiba ke mall ini.

 

“Maafkan aku, ya, Rin. Aku telat kasih tahu kamu kalau aku sudah sampai di sini. Maklum aku tadi lapar jadi langsung tidak ingat kamu.”

 

Sherly langsung menyengir kuda saat aku tiba menghampirinya. Lalu ia meminta maaf padaku. Karena aku sebagai sahabatnya melihat tingkahnya seperti itu aku pun jadi lunak hati. Aku pun melupakan semuanya yang terjadi. Walaupun ada sedikit kesal padanya.

 

“Oke, aku maafkan kali ini. Lain kali aku tidak mau seperti ini lagi terjadi,” kataku. “Ayo, katanya kamu mau membeli gaun untuk pesta ulang tahun Rosi, sepupumu itu. Kenapa masih di sini. Sudah malam nih!” lanjutku.

 

Kulihat Sherly masih menikmati burger di mulutnya. Sesekali tangannya meyerumput cola dari sedotan di gelas plastik berukuran jumbo yang tertera merk gerai fast food itu.

 

“Santai, Rin! Kamu pesan saja dulu makanannya. Kamu laparkan sejak tadi menungguku,” Amanda mengalihkan pertanyaanku.

 

Tapi yang dikatakan Amanda benar juga. Akhirnya aku menyetujui tawarannya itu.

 

“Ups, ini bukan sogokan ya. He-he,” Sherly kembali membuat lelucon. Aku pun langsung memesan menu makanan.

 

Saat ini kami berdua sedang menyusuri Satu-persatu toko pakaian di mall ini. Kami melihat-lihat apa saja yang ada. Apakah ada “gaun yang cocok untuk Sherly gunakan di pesta ulang tahun sepupunya?

 

Lama kami berdua berputar-putar dan mengelilingi tiap toko pakaian. Akhirnya kami menemukan sebuah toko pakaian yang menurut Sherly mempunyai koleksi-koleksi gaun yang bagus. Toko pakaian itu ada di palimg ujung yang berdekatan dengan tetangga darurat.

 

“Kita ke sana yuk, Sher. Sepertinya koleksinya bagus-bagus. Apalagi dipakaikan ke semua manekin-manekin itu. Bagus-bagus ya, Sheriy langsung menyeret tanganku. Tibalah tujuan kami. Toko pakaian itu ada di palimg ujung yang berdekatan dengan tangga darurat. Amanda tertarik dengan toko pakaian itu. Walaupun saat aku memasuki toko itu, seperti ada yang aneh aku rasakan. Ya, seperti ada yang mengamatiku. Manekin-manekin di toko pakaian itu hidup seperti manusia. Akhirnya kualihkan pandangan manekin-manekin itu dengan mencoba melihat-lihat gaun di toko pakaian itu.

 

Legit

 

Aku terkejut manekin-manekin itu kembali mengarahkan pandangannya ke arahku dengan sangat tajam. Lagi-lagi aku diam. Kulihat Sherly asyik memilih gaun untuk dipakainya nanti. Sesaat pikiranku melayang entah kemana.

 

“TINGGALKAN TEMPAT INI, CEPAT! ATAU, KALIAN MATI!” tiba-tiba manekin-manekin di toko pakaian itu hidup seperti manusia. Lalu mengerubungiku satu-persatu. Semakin lama, makin banyak boneka pajangan itu ingin membunuhku.

 

Aku saat itu tidak bisa berkutik. Mulutku kelu dan kaku untuk berteriak. Apalagi ketika manekin-manekin itu menyeringai ke arahku dengan tatapan tajamnya. Dan aku seperti makin dekat dengan aroma kematian.

 

“TINGGALKAN TEMPAT INI! ATAU KALIAN AKAN…”

 

“TIDAK! TIDAK, AKU TIDAK INGIN MATI DULU. APALAGI MENJADI TUMBAL TUAN KALIAN…” pekikkku saat itu tak sadar diri.

 

“Rin! Sadar, Rin! Kamu kenapa? Kamu kok teriak-teriak seperti itu. Malu tahu dilihat pengunjung dan pemilik toko ini. Memang kamu ada apa sih? Seperti orang ketakutan begitu,” Sherly menyadarkan aku dari lamunan.

 

Bukan! Itu bukan lamunan. Ini seperti nyata. Sepertinya aku diancam oleh…ya, iya, aku ingat sekarang!

 

Manekin-manekin itu seperti hidup. Seperti manusia! Mereka ingin membunuh kami berdua bila tidak meninggalkan tempat itu secepat mungkin.

 

“Sher, ayo cepat kita pulang! Aku tidak mau berlama-lama di tempat ini. Manekin-manekin itu sepertinya akan mengancam nyawa kita. Mereka hidup!” kataku panik.

 

“Apa-apaan sih kamu, Rin! Masa aku sudah mengambil gaun ini tidak bayar. Apa mau dibilang pencuri. Aku bayar dululah…”

 

Tidak lama usai Sherly membayar langsung aku menyeret tubuhnya meninggalkan toko pakaian itu. Kulihat manekin-manekin itu kembali menatap tajam ke arahku. Seakan-akan mereka ingin mengusir kami. Mungkin juga membunuh?

 

“Iya, nanti di jalan akan aku jelaskan. Bukan di sini tempatnya,” kataku.

 

“Ya, sudah kita naik taksi saja. Kamu bikin aku jadi parno saja, Rin.”

 

Malam makin larut saat kami meninggalkan mall itu.

 

“Rin, kamu merasa tidak kalau kita sepertinya sedang diikuti. Coba kamu lihat dari balik kaca spion di depan sopir itu?” Sherly tiba-tiba langsung membuka pembicaraan yang cukup membuatku terkejut.

 

“Amanda melihat sesuatu?” gumamku. “Atau, manekin-manekin itu yang mengikuti taksi ini?” lanjutku menceracau dalam hati.

 

“Apa-apaan sih kamu, Sher? Kamu berhalusinasi saja kali,” kini giliranku menggubris segala ucapan Sherly. Apa yang dikatakannya itu kuanggap hanya lelucon kembali.

 

“Ini, serius, Rin. Coba kamu perhatikan lagi. Kita diikuti dari belakang taksi ini. Tapi aku tidak tahu makhluk apa yang mengikuti kita, Rin,” Sherly kembali menceracau.

 

Sherly makin gelisah. Ketakutan. Itu terlihat dari butiran-butiran sebesar biji jagung yang keluar dari pori-porinya. Ia sangat ketakutan.

 

Aku kembali melihat ke arah belakang taksi tapi tidak melihat apapun dan sesuatu pun. Hanya keheningan dan angin malam yang dingin menusuk tulang rusukku. Selebihnya aku tidak melihat seperti yang dikatakan Sheriy.

 

“Ada apa, Mbak?” sopir taksi itu pun ikut merasakan apa yang dialami Sherly.

 

“Tidak ada apa-apa, Pak! Terima kasih. Silakan Bapak menyetir saja,” jawabku.

 

Tiba-tiba taksi yang kami tumpangi bukan melewati jalan semestinya. Tapi jalan yang menurutku asing sekali. Tidak aku kenal sebelumnya. Sepi. Senyap. Dingin dan… ya bau kembang kantil dan berganti bau anyir! Mengerikan…

 

“Pak kenapa jalan kemari? Ini salah jalan Pak!” seruku.

 

Sopir Taksi itu tak menghiraukan ucapanku. Ia tetap melajukan taksinya.

 

“Pak tolong hentingkan taksinya!” Akhirnya aku pun berteriak.

 

Sherly langsung melihat sekeliling jalan yang dilewati taksi yang Kami tumpangi.

 

“Kita ada di mana ini, Rin? Aku takut Rin! Aku mau cepat sampai rumah!”

 

Diam-diam kulihat dari kaca spion taksi itu. “Oh Tuhan, tidak mungkin, ini hanya mimpi saja…” ceracauku makin tidak menentu.

 

“Ini bukan mimpi tapi nyata. Sudah kami peringatkan kalian jangan injak tempat kami apalagi mengambil penutup tubuh kami. Sekarang kembalikan atau nyawa kalian hilang.”

 

Tiba-tiba kami berdua melihat sopir taksi itu sudah berubah! Ya, sopir taksi itu berubah menjadi manekin hidup yang siap mengacam nyawa kami. Apalagi Sherly membeli gaun yang merupakan penutup tubuh mereka di tempat itu. Sudah jelas, nyata-nyata ia ingin mengambil gaun yang dibeli Sherly untuk segera dikembalikan. Atau nyawa kami hilang.

 

Akhirnya di tengah malam yang makin larut aku dan Sherly turun dari taksi misterius itu. Kami kembali menaiki taksi kembali. Tetapi tujuan kami bukan untuk kembali pulang tetapi menuju mall itu. Untuk mengembalikan gaun yang dibeli Sherly.

 

Ahhh… aku mendengus. Mengatur nafas seusai aku berlari-lari bersama Sherly mengelilingi mall itu. Di mana Sherly membeli gaun itu. Bersyukur mall itu belum tutup.

 

Tapi anehnya padahal jam digitalku sudah menujukkan pukul 22.00. Seperti biasanya setiap mall yang ada sudah tutup. Namun untuk mall ini lain hal. Masih terbuka untuk kami.

 

“Atau, jangan-jangan mall ini menunggu kedatangan kita kembali ya, Sher,” tiba-tiba Sheriy berkata seperti itu padaku.

 

Sherly seperti membaca pikiranku.

 

“Entahlah, Sherly, aku tidak sampai berpikir ke sana. Kita sudah mengembalikan gaun yang kamu beli dan keluar dari mall itu merupakan kesempatan kita untuk hidup di dunia,” jawabku dengan nafas masih tersengal-sengal.

 

“Ya, sudahlah kita balik saja. Aku sudah letih dengan kejadian-kejadian yang kita alami. Aku ingin cepat pulang,” Sherly tiba-tiba terisak. Aku pun ikut merasakannya.

 

Akhirnya kami pun pulang, meninggalkan mall misterius itu. Apalagi berurusan dengan manekin-manekin yang selalu menguntili kami. Dengan menaiki taksi aku dan Sherly langsung menuju ke tempat masing-masing. Kami ingin istirahat. Kami ingin tidur dengan tenang. Lalu melupakan semua yang terjadi. Cukup kejadian-kejadian hari ini menjadi pengalaman kami yang sangat mengerikan. Apalagi khususnya buatku tidak akan lagi berurusan dengan boneka-boneka pajangan sialan itu kembali. Aku muak!

 

Kulihat Sherly sudah terlihat di sampingku. Entah ia terlelap karena lelah dengan kejadian-kejadian yang dialami. Atau, karena AC di dalam taksi ini. Entahlah. Kami berdua ingin segera pulang.

 

Keesokan paginya aku dikejutkan sebuah manekin dengan memakai gaun berada di sisi tempat tidurku secara tiba-tiba. Gaun itu berwarna hijau toska dan berkilauan saat sinar mentari pagi mengenainya.

 

Entah, gaun siapa itu aku tidak tahu? Lalu darimana manekin itu sudah berada di kamarku?

 

Tapi tiba-tiba kenapa saat aku mengambil gaun dari boneka pajangan itu lalu mematutkan diri di depan cermin. Aku seperti tertarik ingin memilikinya. Akhirnya aku memakai gaun itu. Hingga tanpa kusadari manekin itu meyeringai dengan tatapan tajam di belakangku. Ia ingin membunuhku. Ingin menjadikanku tumbal pesugihan bonekan manekin untuk Tuan-nya. Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!