Kisah Mistis: PENOLAKAN CINTA BERBUNTUT SANTET
SUNGGUH TAK DISANGKA PENOLAKAN LAMARAN ITU AKAN BERBUNTUT PANJANG. AKU MENGIDAP PENYAKIT YANG SANGAT ANEH. DOKTER PUN TAK BISA MENYEMBUHKAN…
TRAGEDI ini menimpa diriku beberapa tahun yang silam. Ketika itu aku baru saja lulus dari SMA. Aku berniat melanjutkan kuliah di sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Jakarta. Kebetulan aku termasuk yang beruntung bisa diterima lewat jalur UMPTN. Beruntung pula bagiku karena almarhum ayah sebelum meninggal adalah seorang PNS yang tergolong tinggi golongannya, sehingga masih meninggalkan yang pensiunan untuk keluarga, sekaligus bisa membantu biaya sekolah kami anak-anaknya, meskipun hanya pas-pasan.
Sebelum aku berangkat ke Jakarta, pada suatu hari tanpa disangka dan diduga, seorang tetanggaku yang biasa kusapa Mas Andi datang ke rumahku beserta kedua orang tuanya. Aku menyangka maksud kedatangannya hanya sekedar kunjungan biasa. Namun betapa terkejutnya aku ketika mereka menyatakan mau melamarku.
Tentu saja hal ini membuatku merasa geli sendiri. Bagaimana mungkin aku bisa menerima lamaran itu. Selama ini aku tak pernah menjalin hubungan dekat dengan Mas Andi. Mimpi pun aku bahkan tak pernah membayangkan akan hidup bersama dengan Mas Andi.
“Sekarang kan Lisa sudah lulus SMA, juga Andi sudah mapan dengan profesinya sebagai anak buah kapal perusahan BUMN di Surabaya. Dia hanya minta cuti sebentar untuk melamar dan merayakan perkawinannya dengan Lisa. Makanya, kami sangat berharap lamaran ini bisa diterima dengan baik,” papar Ibu Mas Andi.
Kulihat ibuku kebingungan menghadapi permintaan yang pasti juga tidak pernah diduganya itu. “Saya tidak bisa bicara apa-apa dalam hal ini. Lisa sendirilah yang berhak menentukannya. Zaman sekarang ini, orang tua hanya bisa menuruti kemauan anakanak. Apalagi dalam hal memilih jodoh,” jelas Ibuku.
Dengan jantung deg-degan aku akhirnya dilibatkan dalam diskusi itu secara langsung. Karena selama ini aku tak pernah dekat dengan Mas Andi, juga selama ini walaupun tetangga jarang sekali aku melihatnya, dengan banyak pertimbangan akhirnya aku tetap menolak halus lamaran keluarga Mas Andi. Masih kuingat benar, ketika muka Mas Andi memerah, dan Mas Andi segera mengajak kedua orang tuanya untuk segera pulang.
Besoknya, tanpa beban apapun aku berangkat ke Jakarta untuk mendaftar ulang di sebuah perguruan tinggi di sana. Dalam bis yang aku tumpangi aku merasa sesuatu terjadi pada diriku. Kepalaku sangat pusing. Aku mengira itu hanya kelelahan biasa. Namun sesampainya di rumah paman di Jakarta, kulihat kakiku membengkak dan terasa panas.
Melihat hal ini, Paman segera mengajakku ke RSPAD Gatot Subroto untuk diadakan pemeriksaan medis, Anehnya, saat berjalan aku mulai lerseok-seok, bahkan harus dipapah. Di RS aku diopname hampir dua minggu, tapi gejala penyakitku bukannya berkurang tapi malah bertambah. Dokter terus mengambil sampel darah dari kakiku. Tapi ia sendiri merasa bingung dengan kondisi kakiku yang membengkak itu.
Karena sakitku, akhirnya keluarga di Jawa Tengah segera datang ke Jakarta, menjenguk sekaligus menungguiku di RS.
Sampai suatu malam aku berteriak histeris dengan mata melotot. Aku merasa kesakitan yang luar biasa. Ketika itu terlihat kakiku berubah hitam legam dan bersisik. Seluruh keluarga hanya bisa menangisi diriku. Dokter pun hanya bisa menyuntikkan obat penenang yang ternyata tak bisa banyak membantu.
Sejak itu kaki kananku terljhat semakin bengkak, hampir sebesar enam kali kaki kiriku. Akibatnya aku pun lumpuh tak bisa berjalan lagi. Kata dokter aku terkena penyakit kaki gajah dan obatnya adalah dioperasi. Tapi setelah dites di laboraturium ternyata yang mengisi kakiku bukan darah, tetapi cairan kotor berbau yang mengandur ulat-ulat kecil.
Maka dokter tidak berani mengoperasi kakiku. Karena menganggap hal ini sudah di luar jangkauan medis, maka gagallah operasi kakiku itu. Aku dan seluruh keluarga pun hanya bisa pasrah dan berdoa. Kondisiku semakin har semakin parah, badanku semakin kurus. Aku yang dulu cantik terlihat sangat tak terurus. Berjalanpun aku harus dibantu dengan kursi roda.
Kadang setiap minggu sekitar tiga kali kakiku kumat dan kembali menghitam serta bersisik. Saat itu rasa sakit yang teramat sangai langsung kurasakan sehingga aku kerap berteriak-teriak. Bahkan, secara tidak sadar aku menceracau sendiri sambil melotot. Kata Ibuku, sering juga aku memanggil-manggil almarhum ayah. Kalau sudah begini katanya aku sudah tak sadarkan diri. Ibuku hanya bisa bedoa, sembari terus mendekatkan diri kepada Allah. Barangkali selama ini kami memang sudah menjauhi-Nya.
Atas saran dari paman kami putuskan untuk mencari orang pintar yang bisa mengobati penyakitku. Hampir seratus orang dalam hitunganku yang telah mencoba mengobati sakitku. Bahkan ada yang menyilet-nyilet kakiku dan menyedot cairan di dalamnya. Tapi cairan itu tak kunjung habis juga meski sudah berulang-ulang disedot. Ada yang menyarankan untuk meminta maaf kepada Mas Andi, inipun coba dilakukan, tapi ternyata mas Andi sendiri tak jelas di mana rimbanya.
Menurut orang tuanya, Mas Andi sudah beristri dan tinggal di Medan sejak lamarannya kutolak, sedang alamatnya mereka sendiri tidak tahu. Kata orang pintar yang lain, dukun jahat yang meneluhku sudah meninggal jadi sulit untuk menyembuhkannya.
Keadaan keluargaku semakin susah, utang menumpuk, dan tanah peninggalan almarhum ayah terus dijual untuk berobat. Tetapi apa daya, kakiku tak kunjung kempis juga.
Sampai suatu hari, ada saudaraku yang di pulau Bangka menyarankan untuk berobat di sana. Dia pun bersedia menjemputku ke Jawa. Karena ada pesan dari seseorang yang berkenan menolong yang dijumpainya di Condet, Jakarta Timur, untuk menjemputku.
Di Jakarta Timur aku langsung dipertemukan dengan seseorang yang bersedia menolongku itu. Dia lelaki yang masih muda. Di sekeliling rumahnya dipenuhi pohon-pohon yang subur pertanda dia termasuk orang yang rajin, dan di dekat rumahnya yang sederhana justru berdiri sebuah mushola permanen yang megah.
Sekilas berbincang dengan lelaki soleh itu aku merasa sejuk dan mengetahui keikhlasan hatinya. Anehnya lagi, begitu melihat diriku dia langsung menangis. “Beruntung sekali Dik Lisa dikarunai Allah jiwa yang sangat kuat dan ketabahan yang mendalam dengan tidak mencoba melupakanNya, kata lelaki yang kemudian kuketahui bernama Kyai Pamungkas itu.
Setelah menanyakan nama lengkapku beserta nama orang tuaku, Kyai Pamungkas terus berdoa sembari memegang sebotol air putih. Menurutnya, air putih itu diambilnya tepat jam 12 malam dari sumber mata air langsung.
Setelah itu dia mengambil bawang merah, dan dengan air putih tadi mulai mengusap kakiku. Sepintas lalu aku merasakan sejuk di kakiku, namun sekejap kemudian aku juga merasakan kakiku panas seperti terbakar.
Pak Kyai Pamungkas juga meraih sebuah botol bekas obat batuk, membukanya dan seperti memasukan suatu benda ke dalamnya. Saat dia melepaskan usapannya, dia tampak kelelahan, nafasnya tersengal-sengal, dan keringatnya mengucur deras. Katanya, ada beberapa jin jahat berdiam di kakiku, dan jin-jin itu sudah ia ambil dan dimasukkannya ke botol tadi.
Aneh, aku langsung merasakan kakiku lebih ringan dari sebelumnya, meskipun masih besar, tapi dikatakan olehnya kalau kakiku tak akan kumat lagi. Dia juga memberikan sebotol air putih yang sudah diisi dengan doa sembari menyuruhku membalurkan air itu ke kakiku setiap habis Sholat Subuh.
Dia katakan, karena sudah bertahun-tahun membengkak, upaya untuk mengecilpun harus sabar. Anehnya setelah itu, kakiku langsung bisa melangkah meskipun masih terasa berat. Aku pun langsung sujud syukur.
Pak Kyai Pamungkas juga berpesan agar setibanya di rumah nanti aku mencari sebuah bungkusan yang terpendam di bawah jendela kamar tidurku. Tidak perlu dibuka dan langsung saja dibuang ke sungai. Dan memang setibanya di rumah setelah digali ditemukan sebuah bungkusan kecil kain berwana putih berbercak coklat.
Langsung aku sendiri yang membuangnya. Dan selang seminggu kemudian, kakiku benar-benar sembuh kembali seperti semula.
Alhamdulillah, sekarang aku sudah menikah dan punya seorang anak yang sedang lucu-lucunya, Semoga kisah nyata ini dapat menjadi hikmah bagi kita semua bahwa ilmu hitam itu memang ada dan kita tak bisa menutup diri dari alam lain yang memang mendampingi hidup kita selamanya. Hanya Allah sebaiknya tempat kita kembali! Wallahu a’lam bissawab. ©️.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!