Kisah Mistis: PASANGAN PEMBAWA SIAL

0
12

Kisah Mistis: PASANGAN PEMBAWA SIAL

WANITA BAHU LAWEYAN

PERCAYA ATAU TIDAK, TERNYATA ADA WANITA ATAU PRIA YANG MEMILIKI CIRI-CIRI KHUSUS DAN BISA MENGANCAM NYAWA PASANGAN YANG MENIKAHINYA. SEPERTI APAKAH PERTANDA GAIB ITU…?

 

MAIDAH, asal Teluk Betung, Bandar Lampung, sudah menjanda sebanyak tiga kali, dan dia memutuskan untuk tidak menikah lagi. Dari ketiga pernikahannya itu, tak satu pun dari suaminya ada yang bisa memberinya keturunan. Sejak lahir, Maidah mempunyai toh (tanda lahir) berbentuk naga dipinggang sebelah kiri. Ular naga dianggap sebagai lambang hewan melata yang berbisa, ganas dan mematikan. Orang yang mempunyai toh tersebut biasa disebut dengan Bahu Laweyan.

 

Bahu Laweyan diyakini sebagai wanita berbahaya. Pasalnya, jika dia menikah, pasangannya akan meninggal tanpa sebab. Namun beberapa orang ‘pintar’ mengatakan risiko itu dapat diminimalkan dengan melakukan ritual khusus atau diruwat. Setelah itu, barulah Bahu Laweyan dapat menikah tanpa risiko besar. Artinya, sang suami tidak akan meninggal secara tidak wajar. Namun kabarnya, wanita Bahu Laweyan tidak akan bisa memberikan keturunan.

 

Karena memiliki ciri-ciri sebagai wanita Bahu Laweyan, Maidah rajin melakukan pengobatan. “Tanda hitam yang ada ditubuh saya lama kelamaan berubah menjadi kecoklatan setelah pengobatan secara Kejawen melaui usapan kunir,” ujar anak ke lima dari sepuluh bersaudara ini.

 

Wanita 43 tahun ini juga bercerita bahwa dia sering hidup dalam ketakutan karena di dalam tubuhnya bersemayam mahkluk halus sebangsa jin yang sangat sakti. “Saya sering mengalami hal-hal aneh, termasuk bisa melihat alam lelembut seperti, tuyul, genderuwo, kuntilanak dan lain sebagainya. Konon, bagi orang yang bisa melihat, dari tubuh saya ini selalu keluar sesosok ular naga, paparnya.

 

Menurut kepercayaan Jawa, wanita yang memiliki toh seperti Maidah akan sulit mendapat jodoh. Seandainya menikah pun, sang suami akan meninggal dunia. “Katanya saat melakukan hubungan suami isteri, alat kelamin sang suami akan dipatuk ular,” jelas Maidah.

 

“Bagi saya, tiga kali mengalami kegagalan membangun bahtera rumah tangga itu sudah cukup. Kini biarlah saya menjalani sisa kehidupan ini dengan sendiri saja,” tambahnya.

 

Menurut keyakinan masyarakat Jawa, Bahu Laweyan memiliki bawaan kelahiran yang sial. Wanita ini dianggap telah dikutuk akibat karmanya pada masa lampau.

 

Menurut spiritualis Agus Santoso, 55 tahun, keberadaan wanita Bahu Laweyan memang memiliki pantangan untuk menikah. Sebab pernikahannya akan berujung pada kematian. Wanita ini akan selalu memakan korban pasangannya.

 

“Tidak ada obat atau ritual untuk menghilangkan kesialan bagi wanita Bahu Laweyan, sebab hal itu merupakan sebuah kodrat akibat karmanya. Karena mungkin pada masa lalu dia berbuat tidak baik, maka dia bereinkarnasi menjadi wanita Bahu Laweyan,” kata Agus.

 

Menurut Ustadz Hamzah Safiq, 63 tahun, konon wanita Bahu Laweyan memiliki pertanda pada tubuhnya. Pertanda tersebut sudah dibawa sejak lahir dan tidak bisa hilang hingga dewasa dan meninggal, kendati dengan melakukan ritual sekalipun.

 

Menurutnya lagi, ada dua pertanda yang mencirikan wanita Bahu Laweyan. Selain berupa andeng-andeng (tahi lalat), bisa juga berupa semacam lesung pipit. Bila berbentuk tahi lalat, biasanya terdapat di daerah kemaluan. Tahi lalat ini bukan hanya yang berupa bercak hitam atau putih, tetapi juga disertai tonjolan atau oleh masyarakat setempat biasa disebut andeng-andeng hidup.

 

Andeng-andeng inilah, yang disebut Ustadz Hamzah memiliki racun yang dapat membunuh lelaki pasangannya. Namun, bila tanda itu berbentuk lesung pipit, biasanya terdapat di bagian punggung. Lekukan di punggung akan tampak jika posisi tubuh tegak normal. Entah apa maknanya, Ustadz Hamzah pun tidak menemukan jawabannya.

 

Menurut lelaki yang mempunyai dua putra ini, memang ada sebuah keyakinan yang berkembang di lingkungan masyarakat tradisional bahwa wanita yang memiliki lesung pipit di bagian punggung, disebut sebagai wanita Bahu Laweyan. Konon, wanita yang memiliki ciri-ciri fisik seperti itu selalu gagal dalam pernikahan. Sayangnya, Hamzah sendiri mengaku tak tahu bagaimana cara menetralisir atau bahkan menghilangkan hal buruk yang berasal dari pertanda lahir itu. Selain tidak menemukan penangkalnya, Ustadz Hamzah juga memercayai jika kesialan yang menimpa seseorang itu tidak bisa dihilangkan, kendati dengan melakukan ruwatan atau ritual.

 

Menurut-keyakinan yang berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Jawa, wanit Bahu Laweyan dianggap telah memendam kekuatan seekor naga yang memiliki bisa (racu ular) yang sangat dahsyat. Namun bisa itu tidak sembarang disemburkan kepada setiap orang. Bisa baru akan bereaksi terhadap pasangan sah atau yang berstatus suami. Bisa itu akan keluar saat wanita Bahu Laweyan berhubungan intim dengan pasangan sahnya.

 

Ada yang mengatakan, bisa itu akan masuk melalui alat kelamin si lelaki kemudian menjadi racun yang terus menggerogotinya. Dengan semakin sering berhubungan, maka, makin banyak racun yang tersalurkan. Dan sampai pada batas tertentu, barulah ia akan mengambil nyawa korbannya. Karena itu, biasanya pasangan wanita Bahu Laweyan akan meninggal saat umur perkawinan mereka telah mencapai lima hingga sepuluh tahun.

 

Meski pemahaman tentang wanita Bahu Laweyan di lingkungan masyarakat Jawa sudah demikian kuat, namun spiritualis Agus Santoso menyebutkan jika dalam lontar-tontar perdukunan hal itu masih belum ditemukan.

 

“Artinya, masih samar apakah acuan yang menyebutkan keberadaan wanita Bahu Laweyan itu benar-benar seperti yang disebutkan dalam lontar,” ujarnya.

 

Namun, lelaki berkumis tebal ini menyebutkan jika memang pengaruh buruk yang menimpa seorang wanita itu akibat dari pertanda kelahiran, efek negatifnya bisa dinetralisir atau bahkan dihilangkan. Caranya, dengan melaksanakan ritual atau ruwatan yang dilaksanakan bertepatan dengan hari kelahiran. Persembahan, sesaji dan ritualnya tergantung dari jumlah bilangan sesuai hitungan hari kelahiran. Ada yang menggunakan air dari beberapa sumber mata air, juga binatang korban tertentu untuk orang yang lahir pada hari tertentu,

 

Selain dengan ruwatan, sebagai penangkal kekuatan negatif yang dipancarkan wanita Bahu Laweyan, pasangannya juga harus diberi rajah. Rajah ditulis pada kain atau kertas, kemudian di pasupati (diberi kekuatan). Rajah itu harus selalu dibawa oleh pasangan wanita Bahu Laweyan. Sebab wanita Bahu Laweyan diibaratkan seekor ular yang tiap kali diajak berhubungan seks akan menyuntikkan racun kepada pasangannya. ©️KyaiPamungkas.

 

LELAKI TELEDU NGINYAH

 

Rupanya, tidak hanya wanita yang memiliki sisi kelam kelahiran yang kemudian disebut sebagai wanita Bahu Laweyan, lelaki pun ada yang demikian. Wayan Suryabadi, 42 tahun, sudah dua kali menikah, Tragisnya, ketika anak-anak mereka baru berumur 5-8 tahun, wanita pasangannya meninggal dunia. Kejadian itu sudah dua kali dialami. Kini ia pun enggan menikah, takut kejadian itu kembali terulang, sebab orang-orang sekitar menyebutnya lelaki Teledu Nginyah (sebutan bagi suku Bali). Teledu Nginyah sebetulnya istilahlain dari. kalajengking yang sedang mencari mangsa, Teledu artinya kalajengking, sedangkan nginyah dapat diartikan mencari mangsa, Tidak jelas, bagaimana ciri-ciri lelaki Teledu Nginyah tersebut.

 

Anehnya, berbeda dengan wanita Bahu Laweyan yang bisa disebutkan secara jelas ciri-ciri berdasarkan tanda kelahirannya seperti tahi lalat atau lesung pipit. Pria Teledu Nginyah ternyata tidak memiliki ciri fisik khusus secara spesifik.

 

Namun beberapa warga masyarakat menyebutkan, pria Teledu Nginyah juga menyalurkan racun bisa melalui hubungan seks. Ibarat seekor kalanjengking, lelaki Teledu Nginyah pun akan menyengat jika ia disentuh. Sama seperti wanita Bahu Laweyan, racun yang disuntikkan lelaki Teledu Nginyah terjadi saat berhubungan seks. Jika tidak memiliki penangkal racun, ajal pun pasti akan merenggut pasangannya.

 

Sama seperti wanita Bahu Laweyan, menolak pengaruh negatif dari lelaki Teledu Nginyah adalah dengan ruwatan dan memberi rajah pada pasangannya yang dipakai sebagai penolak racun.

 

Mengenai kebenaran cerita leluhur tersebut, tidak ada yang berani memastikan. Wayan Suryahadi yang telah rnemeluk agama Islam pada 1999 enggan berkomentar lebih jauh saat ditemui penulis.

 

“Jangan membicarakan orang yang sudah meninggal, tidak baik. Soal penyebab kematian kedua istri saya, hanya Allah yang tahu. Yang pasti, saya sangat sedih setiap kali ditinggal isteri tercinta, Tetapi orang malah menganggap saya sebagai biang kematian isteri. Sudahlah. Tidak usah diperpanjang lagi. Biarkan mereka beristirahat dengan tenang disisi-Nya,” kata Wayan menyudahi ucapannya dengan nada lirih.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!