Kisah Mistis: KESAKSIAN ARWAH GENTAYANGAN
KISAH INI DIALAMI OLEH IR DI JAKARTA. BERAWAL DARI SEBUAH POHON TUA, DIA BISA BERTEMU DENGAN ARWAH LELUHURNYA YANG MASIH GENTAYANGAN. BERIKUT KISAH LENGKAPNYA…
POHON MANGGA itu tumbuh di halaman rumah tetanggaku. Sangat besar dan rimbun. Tingginya bisa mencapai lebih dari 15 meter. Bila didekati sangat menyeramkan karena akarnya bertonjolan dan kulitnya retak-retak tak karuan. Umur pohon ini pasti sudah sangat tua, sebab terlihat dari batang bawahnya yang di beberapa tempat telah keropos.
Meskipun sangat teduh, akan tetapi tak ada anak-anak yang berani bermain-main di bawahnya karena menurut orang-orang tua pohon itu memang sangat angker. Telah banyak anak yang langsung panas badannya, atau malah kesurupan sehabis bermain di bawahnya.
Pemilik rumah tentu saja sangat prihatin dan mencoba untuk menebang pohon itu. Anehnya, sudah beberapa tukang tebang pohon didatangkan, ternyata mereka menyatakan tidak berani melakukan penebangan. Sudah ada beberapa orang yang nekad. Namun, yang berani dan mencoba menebangnya terpental dan terguling-guling. Setelah itu kemudian sakit keras. Karena kenyataan yang aneh ini, akhirnya pemilik rumah pasrah dengan keberadaan pohon Mangga itu.
Salah seorang putra pemilik rumah, sebut saja dengan nama Anton, sering datang ke rumahku (Penulis) untuk latihan meditasi dan olah batin. Suatu ketika dia bercerita padaku bahwa sering kali kopi di gelas yang belum sempat diminumnya ternyata berkurang tinggal sedikit. Dia mengira, mungkin anaknya yang meminum kopi tersebut. Tapi anak-anaknya tidak mengaku bahwa mereka telah meminum kopi bapaknya. Karena itulah akhirnya Anton dan isterinya sangat prihatin dengan hal ini. “Siapakah yang telah sering meminum kopiku ini? Tanya Anton, heran.
Pelajaran Meditasi dan olah batin yang dipelajari Anton dariku akhirnya mencapai ke tingkat meneropong alam gaib. Dia mencoba kemampuan ini. Dimulai dengan meneropong keadaan rumah dan sekitarnya. Saat matanya tertuju ke halaman, tepatnya di pohon Mangga itu, maka Anton pun langsung terkejut. Rupanya, dia melihat seorang tua yang tampak angker sedang duduk berjuntai di atas pohon Mangga. Sosok misterius itu menatap tajam ke arahnya. Bajunya yang berwarna hitam tak terkancing memperlihatkan dadanya yang bidang, bawahannya sarung bergaris warna biru tua.
Anton, sang putra pemilik rumah bergumam dalam hati. “Ini mungkin penunggu pohon Mangga yang angker itu?”
Wajah sosok gaib itu terlihat berkerut-kerut karena usianya yang sudah relatif tua dan tampak menyeramkan. Anehnya, makhluk itu tersenyum kepada Anton, bahkan kemudian melompat dari atas pohon dan bergerak mendekatnya.
“Jangan takut, Cucuku! Aku kan selama ini tidak pernah mengganggu keluargamu!” Katanya.
Namun, hal ini malah membuat Anton belingsatan. Sehari kemudian, dia mengadukan sensasi aneh ini kepada Penulis, sehingga akhirnya aku pun tertarik untuk mengetahui siapa gerangan sosok misterius itu yang sebenarnya.
Pada suatu malam, persisnya bertepatan dengan malam Jum’at Kliwon, aku coba melakukan interaksi dengan sosok gaib tersebut. Setelah kukerahkan kemampuanku untuk menembus alam gaib, kemudian terjadilah dialog antara aku dengan makhluk berwujud kakek renta itu. Ternyata, si kakek mengaku bernama Kong Alim. Dia menyebut dirinya berasal dari Tanah Abang. Dulunya dia adalah tuan tanah yang disegani di daerah Karet, Tanah Abang. Dia telah meninggal beberapa ratus tahun yang lalu, namun arwahnya tersesat hingga gentayangan di pohon Mangga tersebut.
Dialog akhirnya meningkat hangat sampai pada pertanyaanku mengenai mengapa sampai arwah Kong Alim tersesat hingga gentayangan, Pertanyaan ini membuatnya Kong Alim terdiam dan terlihat sangat menyesali perbuatannya di masa lalu. Bahkan, terlihat menetes air mata di pipinya yang keriput. Dengan lirih, kemudian dia bercerita…
Dulu aku seorang jagoan yang disegani di Tanah Abang. Namun aku juga sering jadi Imam dan khotbah di masjid-masjid. Saat memberikan khotbah semua orang sangat kagum atas pembahasanku mengenai ayat-ayat suci dan tema yang kumunculkan, tapi semua itu bukan jati diriku, aku fasih karena memanggi ilmu para leluhurku atau yang dikenal sebagai nyurup ilmu. Padahal yang sesungguhnya aku tidak begitu pandai membaca Al-Qur’an dan pengetahuan agamaku hanya sedikit.
Nah, mungkin yang membuat arwahku begini adalah karena perbuatanku yang pengecut dulu, yaitu membunuh orang-orang Belanda dengan cara mencegat dari kolong jembatan dan memancungnya dari belakang,i kemudian mengambil hartanya. Seharusnya kulakukan dengan jantan berhadapan muka. Perbuatanku itu sangat bertentangan dengan ajaran agamaku.
Penyesalan yang sangat dalam menyemburat di sela-sela keriput wajahnya. Matanya terpejam menahan keluarnya lagi air mata. Sebelum aku mengakhiri dialog ini, Kong Alim sempat berkata memberi tahuku bahwa aku adalah keturunan dari keluarga dekatnya.
Langsung kejadian ini menjadi pembahasan hangat. Dan hal ini juga sekaligus telah menjawab pertanyaan atas siapa sesungguhnya yang meminum kopi milik Anton setiap harinya.
Setelah mendengarkan ceritaku, dengan ikhlas Anton berkata bahwa dia bersedia membuatkan satu gelas kopi untuk Kong Alim setiap pagi…
BEBERAPA waktu setelah kejadian itu aku berkunjung ke rumah kedua orang tuaku. Ya, ini juga karena rasa rinduku kepada mereka. Bersama isteri dan anak-anak aku pergi ke rumah orang tuaku dengan membawa pertanyaan di kepalaku siapakan Kong Alim sebenarnya?
Tentu saja kedua orang tuaku sangat gembira melihat kedatanganku yang membawa cucu-cucu yang disayanginya. Mereka menyambut kedatangan kami dengan hangat, terutama kepada si kecil yang lagi lucu-lucunya.
Setelah rasa rindu terpuaskan, maka kemudian kami pun ngobrol-ngobrol santai. Dalam obrolan ini sempat kulontarkan pertanyaan yang sejak semula mengganjal di hatiku.
“Ma, apa Mama kenal dengan orang tua yang namanya Kong Alim dari Karet, Tanah Abang?”
Mendengar pertanyaanku, Mama nampak sangat terkejut. Mama terlihat mengerutkan keningnya. Mungkin mencoba mengingatingat. Sesaat kemudian beliau menjawab pelan. “Kalau Mama tak salah ingat, Kong Alim itu masih saudara jauh dari kakek Mama. Sewaktu kecil dulu Mama ingat kalau Kong Alim itu sangat kaya raya, bahkan dikenal sebagai tuan tanah di daerah Karet. Sampai sekarang masih banyak keturunannya di Karet sana. Ngomong-ngomong, ada apa sebetulnya kok kamu menanyakan soal Kong Alim?”
Dengan ragu-ragu sebab takut Mamaku tidak percaya, ku tuturkan pengalamanku yang telah meneropong alam gaib yang kulakukan bersama Anton, tetanggaku itu. Tak kusangka, ternyata Mama sangat terpengaruh mendengar cerita aneh yang kututurkan kepadanya. Bahkan, kemudian dia berkata, “Kasihan Kong Alim, siapa yang akan mengira bahwa dia masih saja gentayangan dan belum sempurna kematiannya. Semua orang mengira dia sangat alim dan seorang pemuka agama. Makanya dia disebut sebagai Kong Alim, padahal kata Kakek Mama nama asli beliau adalah Hasan.”
Setelah bercerita panjang lebar, Mama kemudian menyuruhku untuk kembali melakukan diaolog gaib dengan arwah Kong Alim, dan bertanya kepadanya bagaimana caranya dan persyaratan apa yang harus diberikan agar bisa menyempurnakan kematiannya. Mamaku bersedia untuk menyempurnakannnya karena merasa masih saudara jauh, meski dari kakeknya. Aku mengganggukkan kepala tanda mengerti, dan akan melakukan permintaannya itu.
Pada meditasi dan olah batin berikutnya, aku kembali memanggil Kong Alim. Penunggu pohon Mangga milik tetangga itu kembali hadir. Setelah salam dan sedikit basa-basi, langsung kulontarkan pertanyaan kepadanya, “Kong Alim, Ibuku berkenan untuk menyempurnakan kematianmu, bagaimana caranya dan apa saja persyaratannya, tolong aku diberi tahu?”
Kong Alim terpana atas pertanyaanku itu dan berusaha melihat kesungguhan hatiku.
“Terima kasih kuucapkan atas perhatian Ibumu. Namun sebelumnya, kau harus tahu apa yang terhadap diriku sebelum ajal merenggutku.”
Inilah yang terjadi pada diri Kong Alim sebelum kematiannya…
Sebelas hari aku menderita sebelum akhirnya ajal menjemputku. Itupun setelah kulepaskan semua jimat, isim dan susuk, serta ilmu-ilmu gaib yang bersarang di tubuhku, yang sebelumnya telah mengikat erat rohku agar tetap berada di dunia. Kulihat keluargaku menangisi jasadku yang membujur kaku, kurus kering berpenyakit. Ya, jasad yang telah kutinggalkan, dan aku berjalan ke alam kematian, menyusuri pahala dan dosa yang kuperbuat.
Kulihat beberapa orang yang sholeh setelah beberapa saat berjalan mengarungi alam itu. Kemudian aku menyeberang ke alam penantian yang terang gemerlapan di atas sana. Aku berusaha untuk meloncat menyeberang akan tetapi terjatuh. Kucoba lagi berkali-kali, tetap terjatuh lagi ke alam kematian, hingga akhirnya aku merasa jemu dan pasrah menerima nasibku.
Aku sangat iri kepada orang-orang yang sholeh itu, karena dengan mudahnya mereka terbang naik ke alam penantian. Lain denganku dan orang-orang yang mati penasaran lainnya. Kami semua sangat sulit dan tidak bisa menyeberang ke alam penantian yang indah dan menyenangkan. Aku dengan yang lainnya terpaksa berkeliaran gentayangan, dan malah mengganggu dan menggoda manusia-manusia yang imannya kurang teguh.
Sehingga akhirnya aku memutuskan untuk tinggal di pohon Mangga yang besar itu, yang menurutku sangat cocok bagiku. Penghuni lama tentu saja marah dan tidak mau begitu saia diusir pergi dan menyerahkan tempatnya kepadaku. Akhirnya terjadilah pertarungan sengit untuk memperebutkan tempat itu.
Karena semasa hidup aku seorang jawara, maka penunggu sebelumnya akhirnya bisa juga kukalahkan dan kuusir. Bahkan kuancam agar jangan kembali lagi. Aku kemudian bertahta mendiami pohon Mangga itu menggantikan penghuni sebelumnya dengan rasa puas.
Kuganggu orang yang lewat di bawah poho dengan melemparinya, atau menampakkan wajah menyeramkan dan perbuatan-perbuatan jahil lainnya. Karena roh-roh sepertiku melakukan hal-hal jahat seperti itu kepada manusia untuk menakut-nakuti mereka. Manusia memanggil kami dengan sebutan setan, demit, gendoruwo, kuntilanak, kalong wewe, dan lain-lain sebutan yang menyeramkan sebetulnya, tepatnya, kami adalah roh-roh penasaran.
Banyak juga yang menyembah kami dan minta berkah untuk kekayaan, kekuasaan, ilmu pelet wanita, dan lainnya, yang menyebabkan mereka akan menjadi pesuruh kami nantinya bila mereka mati. Tanpa mereka sadari, padahal memang maksud kami berbuat demikian untuk mencari teman sebanyak-banyaknya guna menemani kami menderita di alam kematian…
Demikianlah cerita Kong Alim yang menyeramkan. “Persyaratan dan bagaimana caranya agar kami bisa menyeberangkan arwah Kong Alim ke alam penantian?” Tanyaku kemudian.
Kong Alim tertegun sejenak dan kemudian berkata. “Aku minta dipotongkan dua ekor kambing jantan untuk Agigahku dengan syarat kambing tersebut tanduknya harus panjang melengkung.”
“Mengapa harus seperti itu, Kong?” Tanyaku lagi.
Kemudian Kong Alim bercerita alasannya meminta hewan kambing itu, “Kulihat banyak roh yang menyeberang dengan menaiki kambing, sapi, unta, dan lainnya. Mereka enak saja mengendarai hewan-hewan itu dan terbang ke alam penantian. Oleh karenanya kuminta hewan kambing yang tanduknya panjang agar aku mudah berpegang waktu mengendarainya ke alam sana.”
“Baiklah, Kong! Insya Allah akan kusampaikan kepada Ibuku apa yang dinginkan olehmu dan untuk segera dilaksanakan. Apakah ada pesanpesan lainnya untuk Ibuku?”Tanyaku lagi.
Setelah berpikir menerawang sejenak, kemudian Kong Alim berkata, “Sampaikan kepada Ibumu, ilmu untuk melindungi keluarga, rumah dan hartanya. Bila ilmu ini diterapkan, maka kalau ada maling masuk ke dalam rumah maka dia akan merasa seakan terjatuh ke dalam air dan akan berenang semalaman, hingga pemilik rumah bangun dan menyadarkannya, padahal setelah sadar maling itu ternyata berdiri di atas tanah di halaman rumah. Atau si maling akan berputar-putar di dalam rumah mencari pintu, jalan keluar tidak bakal ditemukannya sampai hari pagi. Dan juga akan dapat melindungi keluarganya dari mara bahaya…”
Adapun ilmu yang dimaksudkan oleh Kong Alim itu adalah:
Baca surat Al-Ikhlas dan ayat Qursyi. Dibaca sambil memutari rumah 7x, sambil membayangkan keluarga yang minta dilindungi. Tentu aja dengan menjalankan ritual persyaratannya yaitu puasa dan tidak menyantap daging hewan pada hari-hari tertentu.”
Kuterima ilmu itu untuk kusampaikan kepada Ibuku dan sekaligus menyampaikan persyaratannya. Ternyata Ibuku tidaklah berkeberatan untuk Aqiqah memotong hewan kambing dua ekor yang dipersembahkan untuk arwah Kong Alim yang mungkin terlupakan, agar bisa menyempurnakan kematiannya.
Sekitar dua hari kemudian, Ibuku mendapat kabar dari Sukabumi yang isinya bahwa pemotongan hewan aqiqah sudah dilaksanakan dengan baik, diiringi doa dari para jama’ah di masjid untuk Kong Alim agar bisa tenang dalam kuburnya.
Malam harinya, aku mencoba menghubungi Kong Alim melalui meditasi untuk menyampaikan berita gembira bahwa persyaratannya telah dipenuhi. Berkali-kali aku coba, ternyata tak berhasil juga. Akhirnya aku menyerah dan kemudian memutuskan untuk mengakhiri meditasi.
Aku bertanya-tanya dalam hati, “Apa yang terjadi, mengapa aku tidak bisa menjumpainya, di mana dia saat ini berada, sehingga tidaklah bisa menjumpainya?”
Tiba-tiba tanganku bergerak dengan sendirinya seakan menjawab pertanyaanku ini, mengambil pensil, dan menulis kata-kata. “Aku sudah menyeberangi jembatan menuju alam penantian dan tidak bisa dijumpai lagi. Terima kasih untuk semuanya…” Kemudian terlihat hanya garis panjang tercoret dan pensil pun-terjatuh dari tanganku.
Malamnya dalam mimpiku Kong Alim menyatakan terima kasihnya kepadaku, terutama kepada Ibuku yang telah membantunya bebas dari alam gentayangan, dan menyeberang ke alam penantian yang indah dan cemerlang. Saat ini beliau sudah tenang dan mendapat tempat yang baik dan bagus di sana. Tentu saja esok harinya kutelepon Ibuku dan menyampaikan berita gembira ini semuanya, termasuk ucapan terima kasih Kong Alim yang sangat tulus.
Tak kuduga bahwa penunggu pohon Mangga itu ternyata keluargaku juga, yang akhirnya berhasil disempurnakan dan telah tenang dalam kuburannya.
Setelah kejadian ini dengan mudah pohon Mangga di rumah tetanggaku itu bisa ditebang, tanpa terjadi hal-hal apapun juga. Pohon itu kini telah habis rata dengan tanah. Wallahu a’lam bissawab. ©️.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!