Kisah Mistis: HIDUP HANCUR KARENA HARTA KARUN
Kisah ini dialami oleh seseorang yang ingin disamarkan dengan nama Maman, warga Bandung, Jawa Barat. Gara-gara di dalam rumah yang telah-dia tempati selama berpuluh-puluh tahun tiba-tiba diketahui ada timbunai harta karun, hidupnya pun berantakan. Mengapa ini bisa terjadi…?
Maksud hati memeluk gunung, IVI apa daya tangan tak sampai. Pepatah ini sangat tepat untuk menggambarkan apa yang telah menimpa diriku. Ya, lantaran telanjur berharap dapat memperoleh kekayaan yang nyata-nyata aku temukan di dalam salah satu ruangan kamar di rumahku, akhirnya aku pun harus mendapati kenyataan yang sangat pahit. Orang-orang yang kucintai pergi, harta pribadi yang selama ini telah kumiliki pun akhirnya lenyap.
Terus terang, awalnya aku sama sekali tidak mempercayai hal-hal yang berbau mistik. Namun, semua itu berubah karena kenyataan yang sangat aneh, yang aku alami sendiri. Waktu itu, selama beberapa malam berturut-turut aku bermimpi sangat aneh. Dalam mimpi itu aku merasa didatangi oleh seseorang dengan pakaian kebesarannya. Orang itu mirip pangeran dari kerajaan tempo dulu. Dia mengatakan bahwa di salah satu kamar rumahku ada timbunan harta karun berupa perhiasan yang terbuat dari emas, yang tersimpan dalam sebuah peti. Karena mimpi ini datang secara berulang-ulang, akhirnya aku tergoda untuk membuktikannya. Ditemani Asep, salah seorang anak laki-laki terbesarku, aku merundingkan untuk sama-sama membuktikan kebenaran dari mimpi itu.
Setelah keadaan sekitar dianggap aman, serta tidak lupa aku berpesan pada Mimin, isteriku untuk berjaga di ruangan depan dengan menutup dan mengunci semua pintu, di pagi hari yang mendebarkan sekaligus membuat jantungku sempat bergolak keras tanda penasaran, usaha penggalianpun aku lakukan bersama Asep, putraku.
Dengan perlengkapan secukupnya, kami menggali lantai kamar yang sejak lama aku biarkan kosong, dan hanya sekali-kali dipakai untuk menyimpan hasil panen sawahku yang tidak sempat terjual, atau barang-barang tidak terpakai lainnya. Karena lantai rumahku hanya berlapis semen yang sebagiannya hampir lapuk lantaran termakan usia, tentu saja penggalian ini tidak terlampau banyak memakan waktu dan menguras tenaga.
Sebagaimana petunjuk yang aku dapatkan lewat mimpi itu, sasaran penggalian akhirnya langsung kami lakukan di tengahtengah kamar yang berukuran tiga kali tiga meter tersebut. Ajaibnya, ketika baru sekitar setengah meter saja kami menggali, tiba-tiba mata cangkul menghantam benda di dalam tanah yang cukup keras. Jantungku pun semakin berdebar-debar.
Dengan penuh ke hati-hatian, penggalian pun terus kami lakukan. Sampai akhirnya dengan perasaan yang masih kurang percaya, aku mendapatkan sebuah peti kayu berukuran 1/2 x 1 meter, sebagaimana yang telihat dalam mimpi anehku selama bebeberapa malam itu.
Masih dengan perasaan yang tidak percaya sekaligus rasa tak sabar, akhirnya dengan menggunakan sebuah golok, penutup peti yang telah penuh dengan tanah lempung itu pun segera kami buka. Seketika pandangan mataku seolah hampir tidak berkedip. menyaksikan alangkah banyaknya perhiasan, sekaligus balokan-balokan emas yang tersimpan di dalam peti besar itu.
“Ternyata benar di rumah kita ada timbunan hartanya, Pak!” Seru Asep seketika.
“Iya, ini milik kita. Ayo cepat beritahu Emakmu!” Balasku.
Namun, langkah Asep terhenti. Belum lagi dia beranjak meninggalkan kamar guna memberi tahu Ibunya, tanpa kami duga sebelumnya, tiba-tiba persis dari dalam galian tanah bekas peti itu keluar asap berwarna putih yang menggumpal-gumpal sedemikian rupa. Kejadian ini tentu saja sangat mengagetkan kami. Dan, belum lagi kami sadar apa yang telah terjadi, dari balik gumpalan asap aneh itu akhirnya muncul sesosok makhluk tinggi besar, dengan perut buncit dan kepalanya yang tidak berambut alias plontos. Hal ini tentu saja membuat kami ketakutan teramat sangat.
“Tungu dulu, Anak Manusia! Kalian tidak bisa begitu saja memiliki harta pusaka ini, sebelum kalian membayar tebusan kepadaku” seru makhluk yang sangat menyeramkan itu.
Anehnya, setelah makhluk yang seluruh bagian tubuhnya berwarna hiiau itu berkata demikian, maka dalam waktu sekejap dia pun menghilang.
Aku dan anakku yang sama sekali tidak pernah menduga akan menemui kejadian ganjil dan sekaligus mengerikan seperti itu. Tangan kami saling berpegangan karena saking takutnya. Hingga akhirnya, entah pikiran dari mana datangnya, secara sepakat kami pun segera saja menutup dan menguburkan kembali peti yang isinya jelas-jelas harta karun itu.
Sambil menenangkan pikiran sekaligus mencari jalan keluar agar bisa mendapatkan harta kekayaan yang jumlahnya menggiurkan itu, kami menyimpan rahasia ini serapat mungkin agar tidak sampai terdengar oleh orang lain.
Untuk beberapa hari lamanya setelah kejadian tersebut, kamar itupun sengaja kami kunci, bahkan kami sama sekali tak berani memasukinya. Untuk berbuat nekad menggali dan mengambil kembali peti harta itu sedikitpun tak ada keberanian di hati kami. Apalagi malam-malam setelah itu, rasa-rasanya aku sendiri malah seakan selalu mendapati mimpi buruk. Dalam mimpi itu aku merasa ditemui oleh sosok makhluk buto ijo yang sangat menyeramkan itu.
Jujur saja, karena aku dan keluargaku hidup dalam keluarga kecil dengan dikaruniai dua orang anak, yang kondisi ekonominya sangat pas-pasan, maka tatkala mendapati pengalaman aneh seperti itu, sama sekali tak terbersit niat untuk mencari orang pintar. Yang terpikirkan malah sebaliknya, bagaimana caranya agar harta itu bisa kami miliki dengan tanpa diketahui oleh orang lain, dan dengan tanpa biaya walau sepeserpun.
Menurut pemikiranku, harta itu benarbenar milik kami dan harus kami pula yang harus mendapatkannya. Namun, bila mengingat penampakan makhluk gaib berupa sosok buto ijo, yang baik penampilan maupun suaranya teramat menakutkan itu, terus terang kami pun merasakan ketakutan yang teramat sangat.
Seminggu lamanya, kami sekeluarga merahasiakan kejadian menyeramkan tersebut, sekaligus memikirkan jalan keluar agar bisa mendapatkan sepeti harta pusaka itu. Karena ada dua kepentingan yang saling tarik-menarik, antara takut ketahuan orang serta tidak berani menghadapi penjagaan makhluk buto ijo itu, akhirnya aku tidak sedikit pun mendapatkan gambaran tindakan apa yang bisa dilakukan.
Memasuki hari ketujuh, atau tepat seminggu kami melakukan penggalian harta itu Mimin, isteriku yang tercinta, tiba-tiba malah mengalami sakit yang mendadak dan aneh. Dia seperti hilang ingatan, sehingga nyaris tidak mengenali lagi siapa dirinya maupun sanak keluarganya. Tapi ketika beberapa kali dibawa berobat ke dokter, tidak ditemukan hasil diagnosa dari penyakit berat yang berbahaya. Kata dokter, sekedar karena kelelahan biasa. “Berilah kesempatan untuk banyak istirahat. Nanti juga pulih kembali.” Demikian pesan dokter berulang-ulang.
Dua bulan lamanya isteriku terbaring lantaran didera penyakit yang tidak diketahui jenisnya itu. Malang tak dapat ditolak, untung tak bisa diraih! Akhirnya Mimin mengakhiri hidupnya dalam keadaan keluarga kami yang tengah banyak dibayangi hal-hal ganjil yang sangat tidak mudah untuk dimengerti.
Malam-malam terakhir sebelum isteriku melepaskan ajalnya, banyak sekali bayangan keganjilan yang sempat kami pergoki. Misalnya saja, aku dan kedua anakku merasa kehadiran bayangan makhluk yang tinggi besar bolak-balik keluar masuk kamar isteriku yang tengah terbaring tidak berdaya itu.
Bahkan, hal yang sempat mengundang keributan antar sesama anggota keluargaku lainnya kemudian juga terjadi. Kejadiannya saat para tetangga melayat jasad isteriku yang terbaring tidak bernyawa lagi. Hampir segenap orang yang tengah berada di ruangan tengah ketika itu, tiba-tiba malah sempat dikagetkan oleh bayangan sesosok makhluk berwujud raksasa buto ijo, yang tiba-tiba berkelebat keluar dari ruangan dapur dan masuk ke kamar yang pintunya masih terkunci.
Beruntung, mereka umumnya yang berhasil menangkap penampakan aneh makhluk itu, adalah masih bagian dari keluarga dekatku. Sehingga tidak terlampau banyak yang memperdebatkannya. Umumnya, mereka pun berkeyakinan bahwa hal itu hanyalah sebuah halusinasi saja.
Selang tiga hari setelah isteriku meninggal, entah dari mana sumbernya, tiba-tiba saja aku malah dikunjungi dua orang tamu yang sama sekali tidak kami kenal. Mereka mengaku dua orang paranormal yang kedatangannya ke rumahku adalah sengaja lantaran telah mendapat wangsit bahwa di rumahku itu ada timbunan harta karun yang ditunggui oleh sejumlah makhluk-makhluk gaib yang cukup berbahaya. Pendeknya, mereka sangat mengetahui akan semua yang telah terjadi di tengah keluargaku, serta berkeinginan diri membantunya.
Namun, sekali lagi, entah karena keyakinan serta tekadku untuk tidak begitu saja mempercayai omongan orang lain dengan dalih untuk membantu sekalipun, maka secara bersandiwara aku pun membantah semua perkataan kedua tamuku itu. Padahal, dalam hati aku terheran-heran mendengar analisis mereka yang begitu tepat. Kedua orang tamu itu pun mengalah. Namun, sebelum pamit mereka sempat menyampaikan sesuatu pesan, yang terus terang sempat pula membuatku kaget sekaligus kecut mendengarnya.
“Baiklah, kalau memang Pak Maman di sini kurang berani terbuka pada kami. Namun ada pesan bahwa sebaiknya Pak Maman untuk sementara waktu ini sudi kiranya mengungsikan dulu puteri bapak yang bungsu itu. Sebab menurut penerawangan kami, dia kini tengah dalam ancaman bahaya diincar oleh makhluk buto ijo itu. Dan bilamana dibiarkan, nasibnya mungkin akan seperti yang menimpa isteri Bapak!” Demikian tutur salah seorang di antara mereka. Aku hanya menanggapinya dengan sebuah anggukan kepala.
Sepulangnya kedua tamuku itu, terus terang aku dan anakku Asep, saling terpana keheranan. Ada rasa percaya dan tidak. Tapi, lantaran adanya gejolak hasrat untuk lebih bisa menguasai harta pusaka yang terpendam itu secara penuh, lambat laun kebimbangan itu mampu kami singkirkan. Kami hanya berpikir, bagaimana agar harta karun itu bisa kami dapatkan kembali.
Beberapa hari kemudian, dengan modal dorongan kebulatan tekad yang kuat, aku dan anakku berkeputusan untuk kembali menggali harta itu. Pada pagi hari, kami berdua menggali lantai: kamar yang ada timbunan hartanya tersebut. Dengan diiringi tekad bulat bercampur rasa cemas yang teramat sangat, aku memperhatikan satu demi satu gerakan tangan anakku menggali dan mengangkat peti itu.
Namun, belum lagi anakku menyentuh tutup peti itu, tiba-tiba dia terdorong jatuh ke belakang. Kepala dan bagian tubuh belakangnya sempat terbentur keras ke dinding. Saking kerasnya, anakku sesaat sempat terkulai lemas seraya mengaduh-aduh kesakitan.
Melihat kejadian yang hebat itu, aku sempat memburu anakku untuk menolongnya dan dibawa pergi ke luar. Sementara dengan pertimbangan yang matang, akupun berupaya menimbun kembali lantai bekas galian tersebut.
Beberapa jam setelah kejadian, rasa sakit bekas benturan di kepala dan bagian tubuh anakku itu, nyatanya tidak pula kunjung sembuh. Meski sebenarnya telah aku teliti dan amati, dan tidak sedikit pun ada luka atau benjolan yang bisa ditemukan.
Saat malam hari, rasa sakit yang mendera anakku malah reaksinya semakin aneh. Dia tidak saja merasakan sakit di bagian belakang, melainkan seluruh bagian tubuhnya terasa panas. Saking panasnya, sepanjang malam anakku kerap mengigau dengan suara menjerit, seakan ada sesuatu yang ditakutkannya.
“Tolong… tolong… ampun….. ampun. Sekarang aku takkan berani lagi mengusikmu!” Demikian salah satu igauannya dengan kedua matanya melotot ke langit-langit dan keringat bercucuran membasahi sekujur tubuhnya. Bahkan, ketika malam semakin larut teriakan-teriakan histeris yang aneh sekaligus mengiris perasaan itu bisa terdengar keras sekali.
Sejumlah dokter dan rumah sakit dengan biaya yang tidak lagi terhitung jumlahnya, hampir tanpa bosan aku datangi, demi mengobati sakit anakku itu. Namun hasilnya nihil. Akhirnya, selain Asep, anakku, harus bercerai dengan isterinya, dengan terpaksa dalam sementara waktu ini, dia pun aku tinggalkan hidup seorang diri di rumah tuaku itu. Masalahnya, selain dia menolak saat aku bujuk untuk ikut pindah ke rumah kecilku yang baru, dia juga mengaku tidak bisa meninggalkan rumah itu karena harus menunggu seseorang yang akan datang menjemputnya.
Yang lebih penting dari semuanya, aku memiliki tanggungjawab untuk merawat dan menyelamatkan anak gadisku. Aku takut apa yang dikatakan oleh kedua tamu yang datang tempo hari akan jadi kenyataan. Aku tak ingin kehilangan anak semata wayangku ini, sebab Asep, anak sulungku, memang sudah hilang ingatan akibat kejadian aneh hari kemarin.
Kini, hampir satu tahun aku hidup dengan sisa-sisa kemampuan seadanya. Sementara rumah dan timbunan harta yang ternyata menjadi sumber awal malapetaka keluargaku itu, nyaris tidak sempat aku pikirkan lagi. Bahkan, aku sudah tak berharap lagi untuk memilikinya. Aku ingin bahagia hidup di rumah yang mungil, dan membesarkan anak gadisku yang cantik seperti almarhumah ibunya.
Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita bersama. Bahwa sesuatu yang bukan menjadi hak kita untuk memilikinya, memang takkan mungkin bisa dipaksakan walau dengan cara apapun. Mungkin, harta karun yang ada di dalam rumahku itu memang bukan diperuntukkan baai keluargaku. Wallahu a’lam bissawab. ©️.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!