HANTU RUMAH KOSONG
Pertama, anjing sangat setia, kalau kita pulang, dia akan melompat-lompat kegirangan menyambut, terutama kalau kamu hidup sendiri dan tidak ada makhluk lain menunggu kedatanganmu. Kedua, jika ingin jalanjalan pagi, anjing yang besar terutama, bisa menjadi pengawal buat nakut-nakutin psikopat yang berkeliaran di pagi hari. Entah, kamu pernah mengalaminya atau tidak, tapi saat pagi, terutama kalau masih agak gelap, kadang bisa bertemu psikopat eksibisionis yang suka memamerkan alat vitalnya sambil menyeringai mesum. Bayangkan apa yang bakal dilakukan oleh anjing besar kita. Ketiga, sebagai teman curhat yang tidak rewel, itu juga kalau kau tidak punya teman dekat, atau terlalu tertutup untuk membagi isi hati. Dan… yang tak kalah penting… sebagai alarm adanya makhluk halus.
Menurut cerita banyak orang, kalau di malam hari anjing tiba-tiba melolong terus-menerus seperti menangis, itu pertanda adanya kehadiran makhluk halus. Ehem… meskipun halus, lazimnya makhluk ini menakutkan, seram, dan biasanya jail.
Tidak percaya? Ah… percaya sajalah… tapi, kalau memang punya nyali besar dan jantung yang sehat, silakan dicoba buktikan! Aku sudah pernah mencoba membuktikannya, dan rasanya, tidak perlu diyakinkan lagi dengan (misalnya) mengadakan percobaan kedua atau ketiga.
Di kompleks perumahan tempatku tinggal, banyak sekali rumah yang kosong, mungkin dulunya dibeli untuk tujuan investasi. Selain itu, ada beberapa kavling yang dibiarkan kosong tanpa bangunan. Entah kenapa kavling kosong selama ini justru menjadi lahan pemakaman kucing dan anjing milik warga. Secara tak sengaja, kavling itu telah beralih fungsi sebagai makam estate bagi binatang peliharaan.
Dua rumah di sisi kanan rumahku adalah dua kavling kosong berjejer. Tetangga yang tinggal di seberangnya memanfaatkan lahan itu sebagai kebun bercocok tanam. Tempo hari, mereka menanam pisang tanduk, jagung, cabai, dan entah apa lagi. Segi positifnya adalah, kami para tetangga semua kebagian hasil panennya. Meskipun tanahnya keras karena tempat pembuangan galian sisa bangunan, jasad jasad yang tertanam di bawahnya menjadi pupuk alam yang menyuburkan apa pun yang ditanam di atasnya. Kucing kami saja ada tujuh ekor dimakamkan di sana. Tapi, tanah kosong itu jadi tidak seram, kalah dengan rumah kosong sebelah kanan rumahku.
Ah ya… rumah kosong itu….
Sebagai tetangga yang baik, aku bersyukur tidak pernah diganggu. Semoga statement ini tidak dianggap sebagai undangan bagi para makhluk halus yang menghuni rumah sebelah itu selama dua dekade lebih. Tetapi, tetangga depan rumahku pernah kedatangan tamu yang bisa melihat alam lain. Pada waktu tamu itu berkunjung, katanya di rumah sebelah sedang ada pesta, suasana ramai, banyak sekali tamunya. Sebetulnya, saati aku mendengar cerita tersebut, rasa ingin tahuku menggunung. Sebagai tetangga, meskipun tidak diundang, ingin tahu dong pesta apa. Tapi, saat memikirkan jawaban yang mungkin akan membuatku membayangkan wujud mereka setiap saat, aku membatalkan niatku bertanya.
Kembali ke soal tanah kosong yang tak jauh di rumahku. Kata suami, waktu dia pulang pukul dua pagi, pernah ada perempuan berambut panjang dengan gaun panjang warna putih berdiri di tengah tengah kavling kosong itu. Pemandangan seperti itu aneh dan tidak lazim. Siapa yang mau memakai gaun panjang, lalu berdiri di tengah tanah kosong malam-malam? Jadi, itu pasti bukan manusia! Yang membuatku heran adalah, kan yang dikubur di situ kucing dan anjing? Mana bisa bertransformasi menjadi kuntilanak? Berdiri di atas dua kaki pula!
Seperti mendengar suara hatiku, beberapa bulan kemudian, suami bilang ada kucing hitam aneh yang tiba tiba bertengger di pagar pembatas rumah kami. Aneh, karena ukurannya yang di atas rata-rata dan katanya mata kucing tersebut berwarna merah menyala. Aku langsung keluar rumah untuk melihat sendiri seperti apa wujud kucing jadi-jadian itu, tapi rupanya kucingnya sudah pergi. Apa iya kucing itu hantu? Jangan jangan, cuma masalah warna mata aja. Hm… hantu kucing sepertinya tidak menakutkan, jadi aku segera melupakan cerita itu.
Di kompleks ini, ada empat rumah yang memelihara anjing. Pertama adalah sepasang kakek dan nenek yang sudah berumur tujuh puluh tahunan memelihara dua ekor anjing yang diberi nama Sammy dan Poppy. Sammy itu kalau ditinggal pergi pemiliknya akan melolong sepanjang malam. Itu terjadi setiap sabtu malam ketika kakek dan nenek itu pergi menengok cucunya dan menginap di sana.
Rumah kedua yang memelihara anjing adalah seorang ibu yang punya usaha toko kue. Anjingnya kecil, bernama Kiki, tapi justru itu adalah anjing paling bawel di kompleks ini. Seperti petasan cabai rawit, ukurannya kecil, tapi bunyinya sangat nyaring dan terus-menerus tanpa berhenti.
Rumah ketiga sebetulnya mendapatkan anjing itu sebagai warisan. Maksudnya begini, waktu rumah itu dibeli, pemilik rumah yang lama meninggalkan anjingnya di situ. Jadi, otomatis, anjing itu sekarang menjadi milik penghuni rumah yang baru. Pluto, nama anjing itu, dia suka sekali bermain dengan kucing yang jumlahnya lumayan banyak di kompleks ini.
Rumah keempat memelihara empat ekor anjing yang setiap saat terlihat diikat dan tidak pernah keluar rumah. Tidak ada yang tahu siapa nama anjing di situ karena pemiliknya pun jarang bersosialisasi. Sepertinya, mereka kurang memahami psikologis anjing. Kasihan, anjing anjing itu tidak pernah diajak jalan jalan ataupun dilepas dari ikatannya. Banyak tetangga yang juga pemilik anjing merasa kasihan, tapi apa yang bisa dilakukan? Aku cuma tidak bisa membayangkan, seperti apa bau rumah itu?
Anjing anjing di kompleks ini kadang kala di tengah malam melolong panjang seperti kesakitan. Frekuensi lolongan anjing di kompleks rumah ini tidak terlalu sering. Namun, justru karena jarang, jadi makin meyakinkan kalau memang ada apa-apanya. Biasanya, terjadi di atas pukul 12 malam, tidak selalu malam Jumat, bisa malam apa saja. Lagi pula, siapa bilang hantu cuma muncul malam Jumat?
Pada suatu malam… suamiku sedang dinas di luar kota. Anak-anak juga sudah tidur semua, dan aku kena insomnia. Kebetulan, benar-benar kebetulan, itu hari Kamis malam, artinya malam Jumat. Aku fobia kegelapan, sedangkan suami tidak bisa tidur dengan lampu menyala. Maka, biasanya kami tidur dalam gelap dan aku membuka sedikit gorden kamar supaya cahaya lampu taman bisa sedikit masuk. Khusus saat suami tidak ada, aku bebas menyalakan lampu dengan terang benderang sepanjang malam. Lagian, kalau membuka gorden saat sendirian, lalu tiba-tiba ada wajah aneh menempel di kaca jendela… kan seram juga.
Malam itu, kira kira pukul 00.30, lolongan dimulai dari Sammy, mudah sekali mengenali suaranya karena dia punya jadwal melolong yang rutin, yaitu malam Minggu. Suaranya menyayat hati seperti anjing disembelih. Beberapa saat kemudian, disusul dengan beberapa suara lolongan yang berbeda. Mereka bersahut sahutan dan sambung-menyambung. Tidak menyisakan jeda sedikit pun. Setelah mendengar lolongan selama sepuluh menit tanpa berhenti, aku mulai penasaran, apa iya sih ada hantu?
Aku menimbang dalam hati, enaknya lihat langsung ke luar atau tidak ya? Pukul segini biasanya tetangga sudah pada tidur, jadi kalau pun aku keluar, kira-kira bakal tidak ada yang tahu. Kecuali, kalau satpam kebetulan sedang patroli keliling dan kebetulan berpapasan. Mau bilang ke mana pukul segini keluar rumah jalan kaki? Sendirian pula!
Lolongan tanpa henti itu sekarang semakin panjang, dan makin lama makin terdengar memilukan. Bayangkan ada tujuh ekor anjing disembelih secara bersamaan!
Setelah berdebat dengan diri sendiri, akhirnya aku putuskan untuk pergi ke sana dan membuktikan apa betul hipotesis bahwa anjing melolong di malam hari pertanda mereka melihat hantu. Malam ini, harus ada kesimpulan, tidak mungkin terus-terusan bertanyatanya dan hidup dalam ketidakpastian.
Lalu, bagaimana kalau hantunya tidak mau menampakkan diri?
Ya, bagus dong… berarti nggak perlu takut lagi. Lho, tapi kan jadi nggak terbukti hipotesisnya? Iya juga ya?
Ah, sudahlah, pergi saja.
Maka, aku pun nekat berjalan keluar rumah. Aku mengambil jaket untuk menutupi piyama karena malas berganti pakaian. Di teras depan, aku mengambil sandal jepit yang memang biasa ditaruh berjejer di depan pintu garasi. Aku mengendap endap keluar menuju tanah kosong yang agak jauh dari rumah, letaknya di tikungan, persis di sebelah rumah yang sudah lama kosong.
Tanah kosong di tikungan itu bentuknya memanjang dan belok menyerupai huruf “LX. Ada pohon mangga besar di tengah tengahnya. Dua meter ke kiri terdapat pohon rambutan dan ada beberapa pohon dengan ukuran yang lebih kecil. Aku pernah menguburkan dua ekor kucing di bawah pohon mangga itu, rasanya tetangga lain juga pernah. Karena letaknya di tikungan, ada lampu jalan yang menerangi, jadi tidak seram meskipun ada pohon besar. Tapi, rumah kosong di sebelahnya itulah yang kata para tetangga agak angker. Ada yang bilang lebih angker daripada rumah kosong yang di sebelah kanan rumahku. Hm… begitukah? Seperti apa suasananya? Kita lihat saja.
Waktu aku keluar dari pagar rumahku, jalanan sudah sangat sepi, lampu di setiap rumah sudah dimatikan, pertanda penghuninya sudah tidur. Tidak adakah yang terganggu dengan lolongan anjing anjing itu? Suaranya begitu keras dan tanpa henti. Kalaupun aku sudah tertidur tadi, aku pasti terbangun karena suara ini lebih keras dan lebih intens daripada suara alarm ponselku yang bunyinya ayam jantan berkokok.
Waktu aku lewat di depan rumah-rumah yang ada anjingnya, lolongan itu berhenti sejenak. Mungkin perhatian mereka terganggu dengan penampakanku. Beberapa langkah menjelang rumah pojok, tiba tiba kakiku membeku. Rasanya, ada sepasang mata yang mengamati gerak-gerikku dari tadi. Aku melihat sekeliling, tetap sama. Semua rumah gelap dengan pintunya tertutup rapat. Jalanan juga sama, sepi dan tak ada seorang pun terlihat, bahkan kucing yang biasanya berkeliaran, malam ini sembunyi entah di mana.
Tapi, sepasang mata itu rasanya masih mengawasiku…. Dari mana datangnya? Aku memberanikan diri maju lagi beberapa langkah. Ini kan di tempat terbuka, tempat umum, hal buruk apa yang mungkin terjadi? Kalaupun memang terjadi sesuatu, aku bisa berteriak membangunkan para tetangga dan sekaligus memamerkan kebodohanku karena berkeliaran di tengah malam seperti ini.
Tanah pojokan itu memang gelap, lampu yang ada hanya menerangi jalan dan sedikit bagian tanah kosong dekat selokan. Pohon mangga yang besar dan rimbun itu kalau pun menakutkan, bisa jadi cuma ilusi. Masa iya genderuwo mau tinggal di situ? Kalau siang kan anak kecil ramai bermain di bawahnya? Pasti bakal terganggu tidurnya.
Tidur?
Ah, konon, makhluk jenis ini keluarnya malam hari. Siang hari, mereka tidur, istirahat untuk menghimpun tenaga. Nah, kalau anak-anak kecil berisik di sekitar pohon? Apa iya dia bisa istirahat?
Aku sudah melewati rumah kosong itu, tadi perasaan tidak ada yang aneh. Tiba-tiba, lolongan anjing-anjing itu mulai lagi, bersahut-sahutan. Aku sempat terlonjak kaget karena perubahan dari suasana sepi nyaris tanpa suara menjadi acapetla lolongan anjing yang memilukan.
Aku sekarang berdiri di depan rumah kosong itu. Dari situ, pohon mangga itu juga terlihat jelas. Rasanya, di bawah pohon itu, ada bayangan hitam tinggi besar…, tapi aku tidak yakin. Aku berniat maju sedikit untuk memastikan, tapi ekor mata kiriku menangkap bayangan berkelebat di teras rumah kosong. Apa ada yang jaga ya? Kata para tetangga, rumah ini sering dibuat tidur tukang bangunan yang sedang mengerjakan salah satu rumah di kompleks ini. Tapi…, tukang bangunan itu kan biasanya laki laki? Dari kelebat yang aku lihat tadi kok sepertinya perempuan.
Bayangan di teras itu berkelebat lagi, kali ini kelihatan berwarna putih Aku jadi lupa dengan bayangan hitam di bawah pohon.
Sebentar… putih… PUTIH?
Tiba tiba, aku sadar, itu pasti bukan penjaga rumah, bukan pula tukang bangunan. Buat apa berpakaian putih? Dan, caranya bergerak terlalu cepat untuk manusia yang kemungkinan besar baru sadar dari tidurnya pada malam seperti ini.
Astaga!
Aku harus cepat pulang, ini sudah merupakan bukti, hipotesis tidak usah diragukan lagi. Aku memutar badan untuk lari pulang. Tiba tiba, ada angin dingin yang menabrakku. Aku berdiri terpaku, kakiku tidak bisa bergerak. Aku beranikan diri menoleh ke teras rumah itu, tidak ada apa apa di sana. Hm…, berarti makhluk putih itu tadi yang menabrakku. Jujur, aku sudah ketakutan setengah mati dan menyesali tindakan sok berani ini.
Kakiku sudah bisa digerakkan lagi, aku bermaksud lari saja menuju rumah. Namun, baru dua langkah, aku merasa pandanganku terhalang oleh sepertinya tembok yang hitam gelap. Jadi, terpaksa aku berhenti lagi. Aku benar benar tidak bisa melihat apa apa selain tembok hitam itu. Dengan panik, aku menonjok nonjok dinding hitam itu, tapi tanganku membentur udara. Kosong. Tidak ada apa-apa.
Lalu, angin dingin itu menabrakku sebanyak dua kali, dari depan dan dari belakang. Aku menggigil karena hawa dingin itu seperti membungkus tubuhku.
Apakah tembok hitam itu makhluk yang tadi berdiri di bawah pohon itu?
Lalu, yang pakai baju putih di rumah kosong tadi ke mana?
Jangan-jangan ke rumahku, menunggu di teras, lebih buruk lagi…. menunggu di kamar tidur.
Aku harus memastikan lagi, aku berbalik ke kanan untuk melihat terasitu kali terakhir. Konon, pengetahuan akan mengurangi rasa takut. Takut itu disebabkan ketidaktahuan. Teras itu sepi, tidak ada bayangan putih yang tadi. Di bawah pohon mangga…, tidak ada bayangan hitam besar yang tadi. Berarti… merekalah yang menabrak aku barusan. Oh… tidaaaak!
Aku berjalan mundur menuju rumah, bermaksud adalah mengawasi jangan sampai ada yang mengikuti aku dari belakang. Tapi, kalau ternyata mereka sudah ke sana duluan kan percuma saja? Jadi, aku berbalik dan mulai berjalan biasa: maju ke depan!
Sampai dekat pagar rumah, aku sengaja berhenti. Aku tidak ingin ada kejutan-kejutan, jadi lebih baik meneliti dulu aman atau tidak. Untung semua lampu menyala waktu aku tinggal tadi. Setidaknya, tidak akan ada yang lolos dari penglihatan. Tanpa pikir panjang, aku segera masuk dan menutup pagar sekenanya, masuk rumah, dan memutar kunci rumah sampai dua kali.
“Buat apa?” kata suara kecil lemah di kepalaku.
Kan makhluk seperti itu bisa menembus dinding, pintu, jendela….
Ah….
Menurut orang orang tua zaman dulu, garam bisa dipakai untuk mengusir makhluk halus. Sama seperti garam juga bisa dipakai untuk mengusir ular, lintah, bekicot, dan entah binatang menjijikkan apa lagi. Karena media pengusirnya sama, kalau harus memilih antara ketemu ular dan makhluk halus, aku pilih yang mana ya?
Aduh… kenapa sih aku ini?
Cepat cepat, aku ke pergi ke dapur mangambil garam dan mulai berkeliling ke seluruh ruangan, menaburkan garam di setiap sudut ruang. Di ruang tamu, aku tertegun dan takut bergerak karena merasakan lagi udara dingin itu, apa dia sekarang ada di sini?
Oh, jangan… please… pergi dong….
Dengan kalap, aku menabur segenggam garam ke sana kemari tanpa arah yang jelas.
Oh ya, teras! Jangan sampai nanti dia bermukim di teras.
Waktu aku keluar, lagi lagi ekor mataku menangkap kelebat putih dekat pagar. Aku bimbang, balik masuk ke dalam rumah atau mengejar? Kalau masuk, berarti aku nggak akan pernah tahu dia ada di mana. Ingat! Pengetahuan menghilangkan rasa takut.
Maka, aku putuskan mengejar ke pagar dan melemparinya dengan segenggam garam. Rasa takutku mulai berkurang, yang ada adalah marah karena berani-beraninya dia menyatroni rumahku. Jelas rumah berpenghuni, semua lampu menyala pula. Aku mulai menabur garam dengan membabi buta, ke pagar, ke taman, ke jalan.
Ke jalan….
Sepertinya, ada bayangan putih berkelebat di jalan menuju ke arah rumah kosong tadi. Aku tidak berani mengejar ke sana meskipun untuk menabur garam. Takut nanti dia balik lagi ke rumah.
Si hitam mana?
Aku mulai panik. Bulu kudukku mulai berdiri. Jangan jangan dia masih di dalam rumah. Oh no…. Selagi aku ketakutan, ada motor datang dari tikungan. Rupanya, satpam patroli.
“Selamat malam, Bu, belum tidur?”
“Itu, Pak, anjing-anjing kok pada berisik kenapa ya?” Tapi aneh, begitu satpam datang lolongan itu berhenti.
“Biasa, Bu, ada makhluk lewat,” katanya dengan enteng.
Tepat! Itu memang yang terjadi tadi.
Makhluk lewat. Sebenarnya, nggak sekadar lewat! Makhluk, atau makhluk-makhluk, itu tadi sempat berkeliaran mampir ke rumahku, lalu kejar-kejaran sepanjang jalan….
Dan reaksi yang paling tepat adalah cuek aja kayak Pak satpam?
“Oh gitu, pernah liat, Pak?” Aku masih iseng juga.
“Saya enggak, Bu, Isman yang bisa lihat begituan, katanya sih dia pernah lihat.”
“Oh, ya sudah, Pak,” kataku sambil menutup pagar dan masuk rumah.
Cukup! Nggak usah pakai tanya bentuknya seperti apa? Laki laki atau perempuan? Ada berapa? Dan sebagainya. Rasa ingin tahu itu kadang berbahaya. Seperti kata pepatah curiosity kills the cat. Kalau tidak hati hati, pepatahnya bisa berubah jadi curiosity kills you.
Aku mulai mencoba untuk tidur. Susah memang, selain masih takut dan setelah berlari larian sepanjang jalan depan rumah, rasa kantuk yang setengah hati itu pun malah jadi hilang sama sekali. Menurut kebiasaan yang sudah sudah, kalau rasanya belum bisa tidur, tapi memaksa tidur, yang terjadi adalah terkena tindihan atau sleep paralysis. Dalam penderitaan sleep paralysis, ketika seluruh anggota badan tidak bisa digerakkan sama sekali itu, biasanya juga disertai perasaan takut luar biasa akan sesuatu. Aku takut kali ini objek menakutkannya bukan lagi rekayasa pikiran, melainkan makhluk makhluk tadi yang benar-benar datang. Bagaimana cara membedakannya? Hiii…, cepat-cepat aku bangun dari tempat tidur dan mulai membuka komputer untuk… menuliskan cerita ini!
Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!