Kisah Mistis: DAYAK PUNAN SEGAH
Mereka adalah salah satu suku yang amat dicintai para dewata, betapa tidak, walau belum mengenal tata cara bercocok tanam dan berburu, namun, suku Dayak Punan Segah selalu hidup dengan sejahtera dan tak pernah kekurangan suatu apapun juga…
Pada suatu zaman, ribuan tahun yang lalu, menurut tutur yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, hidup suatu suku yang benar-benar amat dikasihi oleh para dewata. Boleh dikata, apa saja yang mereka inginkan, baik berupa buah-buahan sagu, daging, burung bahkan madu cukup hanya meminta. Tanpa perlu bekerja, semuanya pasti langsung tersedia.
Itulah suku Dayak Punan Segah, suku yang saling menyayangi di antara sesamanya baik tua maupun muda.
Tidak ada yang bisa menepis, sejak zaman itu, bahkan sampai sekarang, Ketua Adat sangat dihormati dan dijunjung tinggi, karena, ia yang paling berhak dan diberikan kepercayaan untuk memegang hak kekayaan keturunan mereka.
Sebagaimana hukum dunia yang serba berkebalikan, melihat keadaan suku Dayak Punan Segah yang demikian tenteram dan sejahtera, maka, banyak orang luar menjadi iri karenanya. Betapa tidak, suku yang satu ini seolah manusia setengah dewa mereka mukim di ujung sebatang pohon durian raksasa di tengah hutan di hulu Sungai Segah. Selain memiliki batang yang luar biasa besar, pohon durian yang dihuni suku Dayak Punan Segah juga memiliki keanehan yang tidak ada di belahan dunia manapun. Ya … selain tidak bergoyang walau diterpa angin yang demikian kuat, bila hujan, orang-orang yang mukim di sana pun tak basah. Dengan kata lain, pohon durian raksasa itu seolah rumah besar yang menjadi pelindung bagi seluruh suku Daya Punan Segah. Sekaligus pelindung bagi kekayaan suku tersebut.
Alih-alih emas permata dan ratna mutu manikam, kekayaan suku Dayak Punan Segah tak lain hanyalah sebuah sendok nasi yang terbuat dari kayu, paha babi kering yang tetap utuh, serta kepala burung enggang menurut keyakinan, ketiga harta pusaka itu didapat dari nenek moyang dari langit yang sengaja diturunkan atau diberikan agar mereka dapat selalu hidup damai, bahagia dan sentosa tak kurang suatu apa…
Boleh dikata tak perlu kerja keras atau berjalan jauh ke hutan mencari binatang buruan, jika lapar dan ingin mendapatkan nasi, maka, pusaka sendok nasi dipukul-pukulkan oleh Ketua Adat ke batang pohon durian tempat mereka tinggal sambil membaca mantra-mantra dan nyanyian untuk para Dewa, sontak, tak berapa lama kemudian, nasi yang masih panas pun tersaji di depan mereka masing-masing.
Seiring dengan itu, manakala, paha babi dan kepala burung enggang dipukul-pukulkan juga ke batang pohon durian tersebut, maka, daging babi panas dan beragam jenis daging burung yang sudah masak dan dalam keadaan panas pun tersaji di depan mereka masing-masing. Setelah semua dirasa cukup, lalu, Ketua Adat pun memerintahkan semua yang hadir untuk menyantapnya.
Usai itu, semua yang ada di hadapan mereka itupun raib entah kemana…
Berbeda dengan suku lain yang harus membanting tulang untuk memenuhi segala kebutuhannya. Jika ingin mendapatkan sagu, suku Dayak Punan Segah tak perlu menebang pohonnya, cukup dengan membuat lubang di batang pohon, kemudian batang tersebut dipukul-pukul sambil membaca mantra dan nyanyian tertentu, maka, sagu yang sudah bersih pun langsung keluar dari lubang yang dibuat di batang pohon tersebut.
Agaknya, kenikmatan hidup itu tak terjadi selamanya. Pada suatu ketika, ternyata, ada orang yang berusaha mencari tahu tentang tata cara hidup dan kehidupan suku Dayak Punan Segah. Setelah mengemati beberapa waktu, akhirnya, ia pun tahu tentang segala tata kehidupan suku yang satu ini. Sontak, kehidupan yang demikian tenang dan damai pun mulai terusik sejak itu, tata cara hidup dan kehidupan suku Dayak Punan Segah, sontak menjadi buah bibir seluruh masyarakat yang mendiami tepian sepanjang Sungai Segah, bahkan sampai ke pesisir dan negeri-negeri yang jauh.
Ketiga pusaka suku Dayak Punan Segah, ternyata membuat banyak orang terpancing untuk memilikinya. Tapi apa daya, belum ada seorang pun di antara mereka yang berhasil memilikinya. Walau memiliki ketajaman kapak yang luar biasa, namun, pohon durian raksasa itu tetap saja tak bisa dirobohkan. Alih-alih roboh, untuk melukai kulit batang pohon durian pun mereka tak mampu.
Keserakahan yang mulai merasuki hati banyak orang, membuat orang yang berkeinginan untuk menebang pohon durian raksasa itu selalu datang silih berganti. Salah satunya adalah Bah Gai.
Dengan cermat ia mengamati setiap lekuk batang pohon durian raksasa itu. Setelah dirasa cukup, kapak yang luar biasa tajam itupun diayunkan. Tetapi apa daya, setiap kali kapaknya berhasil melukai batang pohon, tak lama kemudian, batang pohon durian raksasa itu kembali seperti sediakala. Namun Bah Gai pantang untuk menyerah. Walau berbilang hari ia mencoba, namun, hasilnya tetap saja sama. Nihil. Akhirnya, Bah Gai pun kembali ke rumahnya dengan perasaan kecewa yang teramat sangat.
Setelah kejadian itu, untuk sementara, suku Dayak Punan Segah pun dapat kembali hidup dengan tenang dan damai. Hingga suatu hari, pohon durian raksasa itu kembali didatangi oleh seorang sakti dengan membawa kapak sakti nging langit atau kapak sakti pinggir langit dan langsun menebangnya.
Ternyata, kapak sakti nging langit mampu membuat batang pohon durian raksasa itu terluka dan lama kelamaan mulai berderak akan roboh. Melihat kejadian itu, orang-orang pun menjadi pa’ bahkan, Kepala Adat suku Dayak Punan Segah langsung mendekati orang sakti tersebut dan meminta untuk menghentil perbuatannya.
“Aku akan berhenti jika engkau berse menyerahkan ketiga pusaka milikmu,”
demikian kata orang sakti itu dengan ketus.
“Benda tersebut tidak akan berguna bagimu, sebab, ketiganya sengaja diturunkan oleh leluhur hanya untuk suku Dayak Punan Segah,” kata Kepala Adat meminta pengertian.
“Silakan pertahankan, maka, pohon ini pasti akan kurobohkan,” ujar orang sakti itu dengan ketus.
Agaknya, kerakusan dan keserakahan telah membutakan hati si orang sakti itu. la tetap memaksa sang kepala Adat untuk menyerahkan ketiga pusaka tersebut. Akhirnya, dengan sangat terpaksa, sang kepala Adat menyerahkan ketiga pusaka sukunya, berupa sendok nasi, paha babi kering dan kepala burung enggang kepada orang sakti itu.
Waktu terus berlalu. Beberapa puluh tahun kemudian, timbul penyesalan yang teramat dalam pada diri orang sakti itu. Betapa tidak, sejak itu, selain sakit berkepanjangan, ia juga tak bisa menggunakan ketiga pusaka tersebut sebagaimana orang suku Dayak Punan Segah. Maklum, bagaimanapun juga, ketiga pusaka tersebut memang bukan milik apalagi haknya.
Sementara, bagi suku Dayak Punan Segah, sejak peristiwa itu, merekla tak lagi senyaman dahulu. Kini, mereka harus bersusah payah sebelum mendapatkan makanan. Kelebihan yang masih mereka miliki hanya jika mengambil sagu cukup melubangi dan memukul-mukul batang pohon sagu, maka, sagu pun akan keluar dan siap untuk disantap.
Ternyata, cara mereka pun membuat banyak orang yang iri karenanya. Mereka yang tidak senang dengan serta merta menutup lubang pohon sagu milik orang suku Dayak Punan Segah dengan kotoran, tanah ataupun dedaunan. Akibatnya, lubang itu tak lagi dapat mengeluarkan sagu. Sejak itu, suku Dayak Punan Segah tak lagi mukim di pepohonan yang tinggi, mereka turun ke tanah dan beraktivitas sebagaimana orang-orang pada umumnya.
Untuk menghindar dari gangguan orangorang yang tidak menyenanginya, maka, mereka pun pindah jauh ke hulu sungai. Di sana, merea mendirikan rumah-rumah yang sederhana. Seiring dengan perjalanan sang waktu, akhirnya, daerah mereka tinggal, jauh dari hulu Sungai Segah, dikenal dengan sebutan Long Lamas. Selanjutnya, mereka terpecah menjadi kelompok kecil-kecil dan pindah ke Long Ayap, Long Pay, Melinau dan Long Yin. Bagi yang bertahan mukim di Long Lamas, seiring dengan perjalanan sang waktu, akhirnya juga pindah ke Long Okeng. Sampai sekarang, di kampung inilah mereka mukim. (Dari berbagai sumber). Wallahu a’lam bissawab. ©️.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!