Kisah Mistis: ASAL USUL KEMBANG KEMUNING
Setelah menyiksa Putri Kuning hingga tewas, semuanya mengubur jasad itu di tengah-tengah taman istana… hingga di tempat itu, tumbuh sebatang pohon yang selalu berbunga dan harumnya, memenuhi seluruh ruangan istana…
Warta berkisah, pada suatu zaman, hidup sepuluh orang putri raja yang cantik-cantik. Sayangnya, karena sang ibu telah mangkat, sementara sang ayah, raja dari suatu negeri besar begitu sibuk dengan urusan kerajaannya, sehingga, hampir tak punya waktu untuk berkumpul atau bercengkerama dengan kesepuluh putrinya itu.
Karena hanya dibesarkan oleh para dayang-dayang istana dan gelimang harta, maka, mereka tumbuh dewasa dengan segala keangkuhan, pemberang, dan manja. Kecuali, si bungsu, yang akrab disapa dengan Putri Kuning. Ya … semua putri-putri raja tersebut memang menyandang nama dengan nama warna, seperti Putri Hijau, Putri Nila, Putri Merah Jambu, Putri Merah Merona, Putri Putih dan banyak lagi yang lain, bukan tak mungkin, sang ibu yang begitu cepat mangkat berharap, agar kehidupan istana selalu diwarnai dengan warna sebagaimana nama warna yang disandangkan kepada kesepuluh putrinya itu.
Oleh sebab itu, tak heran jika kesepuluh putri tersebut selalu mengenakan pakaian dan perhiasan yang sesuai dengan nama dirinya. Misalnya, Putri Merah, selalu mengenakan pakaian dan perhiasan yang berwarna merah, demikian juga Putri Hijau yang selalu mengenakan pakaian dan perhiasan berwarna hijau, begitu juga dengan putrid-putri yang lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, sementara para kakaknya lebih memilih bermalas-malasan dan selalu membuat masalah, Putri Kuning, selalu menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama dengan para dayang-dayang pengasuhnya. Selain menyulam, tak jarang, Putri Kuning tampak asik membaca buku atau merawat Kebun bunga kesayangannya yang terletak di tengah-tengah istana.
Melihat perilaku si bungsu yang berbeda sudah barang tentu, para kakaknya pun sering mengejeknya dengan kata-kata yang tak patut. Suatu hari, ketika melihat Putri Kuning sedang berkebun, maka, sang kakak Putri Merah Jambu pun berteriak kepada yang lain: “Lihat si Kuning… ia lebih pantas menjadi pelayan ketimbang putri. Lihat, tangannya kotor dan berlumpur!”
Kata-kata itu disambut dengan gelak oleh yang lainnya. Putri Kuning hanya tersenyum, tak sedikit pun terbersit luka di hatinya. Menurutnya, kakak-kakaknya, tidak tahu tepat apa yang tengah dikerjakannya. “Ah… biarlah, ada masanya, mereka akan berhenti mengejekku,” demikian kata hati kecilnya.
Waktu terus berlalu, hingga suatu ketika, beberapa hari lagi, sang ayah akan berangkat untuk suatu kunjungan muhibah ke negeri tetangga. Untuk itu, pada suatu malam, raja pun mengumpulkan segenap putrinya.
“Anak-anaku, ayah akan pergi dan paru akan kembali sebulan kemudian, Ayah minta, kalian saling menjaga satu dengan lainnya. Sebagai hadiah, maka, mintalah sesuatu, ayah pasti akan mengabulkannya.”
“Ayah, aku ingin kalung dan gelang yang terbaru,” Kata Putri Merah Merona.
“Aku kain Sutera”, sambung Putri Hijau. pan yang lain, dengan serta merta turut menyampaikan segala keinginannya.
Ketika sang ayah bertanya: “Hai anakku… Putri Kuning, apa yang engkau minta?”
“Ananda hanya meminta ayah kembali dengan selamat dan sehat tanpa kurang suatu apa. Itu sudah lebih dari cukup,” demikian katanya dengan lembut dan takzim.
Sang Raja pun tersenyum sambil mengangguk.
“Ya… putri bungsuku memang berbeda dengan yang lain,” demikian bisik hatinya.
Sepeninggal sang Raja, perilaku segenap kakaknya pun tak ada yang berubah sama sekali. Bahkan terkesan berlebihan. Sehingga, para dayang dibuat kalang kabut untuk memenuhi segala permintaan mereka yang harus datang dalam waktu singkat itu. Boleh dikata, belum selesai mengerjakan yang satu, pekerjaan yang lain telah menanti para dayang, bahkan seisi istana, dibuat sibuk untuk melayani segala kebutuhan mereka.
Sementara itu, di sebelah sana, tampak Putri Kuning dengan tekun merawat kebun bunga kesayangannya dan tempat bersantai sang ayah jika melepas penat sehabis bekerja. Ya… saking sibuknya semua dayang dan pelayan istana mengurusi kebutuhan kesembilan kakaknya, maka, kebun tersebut pun sempat tak terawat sebagaimana mestinya.
“Hai… sekarang kita punya pelayan baru!” demikian teriak Putri Hijau.
Yang lainnya langsung bergelak sementara, Putri Merah Jambu langsung menimpali, “Pelayan… kalau sudah selesai siapkan air untuk aku mandi.”
“Ah… ternyata Kuning tak pernah berubah,” demikian ucap Putri Nila.
Putri Kuning hanya tersenyum. la sudah mafhum dengan kelakukan kesembilan kakaknya. Hingga akhirnya, sebulan kemudian, sang ayah pun kembali dengan membawa berbagai pesanan anak-anaknya. Semua saling berebut, kecuali, Putri Kuning yang datang dan bersembah kemudian memeluk ayahnya dengan penuh kecintaan.
Sambil terisak karena terharu, sang ayah pun berkata sambil menyerahkan sebuah kalung permata yang berwarna hijau, “Putriku, maafkan ayah. Ayah tidak bisa menemukan perhiasan yang berwarna kuning. Hanya ini yang ayah belikan untukmu.”
Hingga pada suatu ketika, ketika sang ayah meminta mereka untuk berkumpul, tiba-tiba, Putri Hijau langsung terkesiap ketika melihat Putri Kuning memakai kalung permata berwarna hijau pemberian ayahnya itu. Dengan serta merta ia pun berkata: “Kuning, kenapa engkau mengenakan kalung berwarna hijau? Bukankah itu lebih tepat untukku!”
“Maaf Kak, kalung ini ayah sendiri yang memberikannya kepadaku,” jawab Putri Kuning dengan santun.
Karena tak berhasil mendapatkan kalung permata itu, maka, Putri Hijau langsung menghasut saudara-saudara yang lainnya agar membenci Putri Kuning. “Kuning sudah keterlaluan… ia pasti memaksa ayah untuk memberikan kalung permata hijau itu kepadanya,” demikian kata Putri Hijau dengan nada sengit.
“Benar… harusnya ayah memberikannya yang berwarna kuning,” Putri Merah Merona menimpali.
“Ya… Kuning memang selalu mencari perhatian ayah. Buktinya, ia mau berkebun, menyulam dan membaca,” sambung Putri Merah Jambu dan Putri Nila bersamaan.
“Kuning harus diberi pelajaran,” demikian gerutu Putri Hijau.
“Ya… kapan… kapan… di mana?” Tanya yang lain hampir serempak.
Tanpa membuang waktu, kesembilan putri raja itu bergegas ke kebun istana. Kebetulan, entah kenapa, sekali ini, hanya Putri Kuning yang ada di sana. Suasana sedang sepi, para dayang tampaknya sedang sibuk dengan urusannya yang lain.
Diam-diam, mereka langsung membekap mulut Putri Kuning dan memukulinya. Tanpa sengaja, Putri Nila yang terkenal pemberang memukul kepala Putri Kuning dengan keras, hingga tewas seketika.
Mulanya mereka panik, Akhirnya, Putri Merah Jambu pun berkata, “Kubur saja di tempat ini sebelum orang lain tahu.”
Semuanya mengangguk tanda setuju. Dalam waktu singkat, jasad Putri Kuning pun telah terkebur di kebun istana. Tempat kesayangannya…
Raja pun mulai merasakan ada keganjilan. Betapa tidak, sudah beberapa waktu, ia tak pernah melihat Putri Kuning yang senantiasa menemaninya jika sedang berjalan-jalan di kebun istana. Hingga, raja pun memutuskan untuk mencari anak kesayangannya itu. Tetapi sekali ini, walau sudah memeriksa berbagai sudut istana, namun, Putri Kuning tetap saja tak bisa diketemukan.
Ketika hal itu disampaikan kepada kesembilan anaknya, mereka pun serempak menjawab: “Kami tidak tahu ayah. Bukankah biasanya Kuning selalu berada di kebun, tempat menyulam atau ruang baca istana.”
Raja sangat terpukul. Ia amat bersedih dengan hilangnya Putri Kuning, putri bungsu kesayangannya itu.
Hingga suatu hari, ketika sang raja sedang melepaskan lelah sambil bermenung di kebun istana, tiba-tiba, matanya melihat ada tanaman baru. “Ah… pohon apa itu. Kenapa baru kali ini aku melihatnya,” desisnya sambil berjalan mendekati pohon tersebut.
Sang raja semakin dekat, hatinya pun langsung tercekat. Dari mulutnya, tanpa sadar terlontar kata: “Daunnya bulat dan hijau seperti untaian kalung putriku, bunganya putih kekuningan dan begitu wangi.”
“Kuning… Kuning… Kemuning,” gumamnya, “ya … kemuning, untuk mengingat putriku, maka, pohon ini kunamai dengan Pohon Kemuning.”
Ya… agaknya sudah menjadi kehendak alam, bak Putri Kuning semasa hidup yang selalu menebarkan kepedulian dan kasih sayang kepada sesama dengan tulus, pohon dengan bunganya yang mewangi itu dengan setia menemani sang raja sampai akhir hayatnya, bunganya yang wangi itu mampu menelusup Ke seluruh ruangan istana, sementara, batangnya dapat dipergunakan untuk membuat berbagai jenis kerajinan.
Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!