Ijazah Ilmu: MANTRA KESELAMATAN DIRI
Sungguh mengherankan, walau telah terkepung dan nyaris tak ada celah untuk melarikan diri, tetapi, Badaruddin selalu bisa selamat…
Cerita ini kudapat dari pengakuan sekaligus pengalaman salah seorang sahabat yang mengaku pernah dibuat was-was pada suatu tawuran pelajar yang terjadi di tengah hiruk-pikuk belantara Jakarta. Siang itu, seperti biasa, Badaruddin, sosok pendiam dan baru saja merantau ke Jakarta pulang dari sekolahnya yang terletak di bilangan Jakarta Selatan.
Tak ada yang pernah menyangka, beberapa puluh pasang mata, dengan pandangan liar selalu mengawasi gerak-gerik Badaruddin dan teman-temannya yang kata itu asyik berceloteh menceritaka pengalaman masing-masing yang dirasa lucu. Biasanya, tak lama kemudian, terdengar gelak tawa mereka secara bersamaan.
“Hajar…!” Terdengar teriakan disertai dengan bermunculannya puluhan pelajar dari sekolah lain dengan membawa pentungan, ikat pinggang yang ujungnya bergerigi, bahkan beberapa di antaranya mengacung-acungkan senjata tajam. Dan tanpa menunggu lama, Ade, Sigit, Hendra, dan Tonni berlarian menyelamatkan diri. Sementara, Badaruddin hanya termangu. Ia tak mengerti harus berbuat apa kecuali hanya diam mematung. Tonni menyaksikan dengan jelas, betapa Badaruddin yang telah dikelilingi oleh rombongan pelajar sekolah lain yang sedang marah itu tak disentuh sedikit pun!
Alih-alih menyentuh, rombongan pelajar itu dengan dongkol dan perasaan kecewa melampiaskan kemarahannya dengan membanting berbagai benda yang dibawanya ke tanah sambil menyumpah.
“Katanya jagoan… buktinya kaburi!”
“Hai… kalo berani ayo keluar!”
Demikian teriak salah seorang dari mereka ke tengah-tengah orang yang mulai menyingkir karena takut terkena imbasnya.
Seiring dengan terdengarnya suara sirine sayup-sayup sampai, rombongan pelajar yang tengah marah itu dengan cepat melarikan diri dan berbaur dengan sebagian orang yang sedang asyik berbelanja di bilangan Blok M.
Yang paling menarik adalah, hampir semua sahabat barunya pernah melihat Uddin, demikian sapaan akrabnya lolos dari maut. Hingga pada suatu hari, di tengaht-engah panas teriknya mentari Jakarta, kembali, tanpa sebab yang jelas sekolah mereka diserang oleh sekolah lain. Sialnya, Uddin sudah berjalan terlebih dahulu ketimbang keempat sahabatnya dan teman-teman sekolahnya yang lain.
Alhasil, melihat keadaan yang membahayakan, para guru pun berinisiatif untuk tidak memulangkan anak-anak didiknya dengan cara menutup pintu gerbang sekolah. Malang tak dapat ditolak dan mujur pun tak dapat diraih tanpa sadar, Uddin telah berada di tengah-tengah kumpulan sekolah lain yang hendak menyerang. Untuk kesekian kalinya keanehan pun terjadi, kerumunan pelajar sekolah lain langsung menyibak dan membiarkan Uddin berjalan menjauh dengan seenaknya. Tak hanya Ade, Sigit, Hendra, dan Tonni, hampir sebagian besar siswa dengan terheran-heran melihat Uddin berhasil lolos dari kepungan yang demikian ketat itu.
Esoknya, pagi-pagi, Tonni dengan bersemangat menceritakan apa yang dilihatnya kepada Ade, Sigt,dan Hendra, “Bukan main, sahabat baru kita, Uddin… gak dicolek men. Kayaknya dia punya ilmu tuh…”
“Ah…,” Kata ketiganya hampir bersamaan.
“Pasti, makanya… Uddin gak pake nengok-nengok segala,” jawab Tonni dengan lagaknya yang sedikit tengil itu.
“Maksud Io…?” Potong Ade.
“Pasti dia punya Ilmu men,” ujar Hendra dan Sigit hampir bersamaan.
“Ya… menurut papa, sebelum merantau biasanya, lelaki Minang selalu belajar ilmu batin,” gumam Ade.
“Buat jaga diri?” Tanya Hendra, Sigit dan Jonni penasaran.
“Ya… kalau tidak, Uddin pasti sudah dihajar abis-abisan sama mereka,” jawab Ade mantap.
“Ya…” demikian jawab ketiganya sambil mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti. Dan tak lama kemudian, mereka pun melihat Uddin yang tengah berjalan menghampiri. Karena waktu masuk baru tiga puluh menit kemudian, maka, kelimanya pun berjalan beriringan menuju kantin sekolah.
“Men…b agaimana kemarin kok bisa begitu?” Tanya Tonni penuh selidik.
“Ah… kenapa rupanya?” Sahut Uddin balas bertanya.
“Aku perhatikan, engkau selalu berhasil lolos dari maut,” bisik Ade.
“Ah… mana mungkin,” potong Uddin cepat.
Ade dengan cepat menceritakan ulang beberapa peristiwa tawuran pelajar dan Uddin selalu berhasil lolos tanpa luka barang sedikit pun. Bahkan, walau telah berada di tengah-tengah kerumunan musuh, tetapi, mereka seolah tak pernah melihat keberadaannya.
Uddin hanya tersenyum dan tak lama kemudian terdengar katanya. “Itu semua karena Allah semata. Aku sebagai manusia hanya sekadar menjalankan apa yang dilakukan oleh para pendahulu.”
“Maksudnya?” Potong Hendra cepat.
Sambil menghirup teh hangat dan mengambil sepotong goreng pisang, Uddin pun berkata, “Di kampung kami, semua lelaki yang masih di bawah umur atau masih sekolah biasanya tidur di surau.“
“Nah… yang kami lakukan adalah mendengarkan pengalaman-pengalaman para tetua. Kadang, dari merekalah kami mendapatkan amalan-amalan untuk keselamatan, berdagang atau amalan yang lainnya yang berguna bagi kehidupan,” lanjut Uddin sarnbil terus mengunyah goreng pisangnya.
“Jadi tidak khusus berguru?” Tanya Hendra penuh selidik.
“Ada juga yang khusus mencari guru untuk menimba ilmu, tetapi, kebanyakan hanya karena sering mendengar centa tetua yang saling bertukar pengalaman selarna di rantau. Jika beruntung, kita bisa mendapatkan ijazah langsung darinya, jika tidak, kita disuruh untuk menemui seseorang yang memang paling berhak untuk mengijazahkan amalan tersebut,” papar Uddin panjang lebar sambil mengingatkan keempat temannya untuk segera masuk kelas karena pelajaran akan segera dimulai.
Hari itu, Ade, Hendra, Sigit dan Tonni tal dapat mencerna pelajaran yang diterangkan. Betapa tidak, angan keempatnya melayan jauh… diam-diam, mereka juga ingin memiliki kemampuan sebagaimana Uddin yang selalu berhasil lolos dari kepungan musuh.
“Mungkinkah aku memiliki ilmu seperti Uddin… lalu, di manakah aku harus belajar?” Pertanyaan itu terus saja melingkar-lingkar daiam benak mereka.
Tetapi apa daya, walau harus telah bergantar, tetapi, keempatnya tak berhasil menemukan jawaban yang diharapkan. Karena tak tahan, akhirnya, Ade, Hendra, Sigit dan Tonni sengaja menyambangi ruma Uddin. Ketika bertemu, tanpa basa-basi, Keempatnya langsung mengutarakan niatny kepada Uddin. Uddin hanya menggelenggelengkan kepala dan kemudian berkata:
“Ilmu ini tidak susah, tetapi, banyak pantangannya.”
“Maksudnya?” Tanya keempatnya hampii bersamaan.
“Pertama harus menjalankan Shalat lima waktu, kemudian baca amalan ketika hendak keluar rumah, selanjutnya dilarang berlaku sombong, kemudian dilarang rnelanggar aturan agama dan negara di mana kita tinggal,” jawab Uddin dengan wajah serius.
Keempatnya sejenak saling berpandangan. Kemudian mereka mengangguk secara bersamaan tanda mengerti. Uddin pun lalu meminta mereka untuk mengambil secarik kertas dan menuliskan apa yang dikatakannya:
Darakum bainakum inna attikum mirrabbikum qollu bala.
Menyala engkau di kiri, di kanan, di belakang, di hadapanku.
Berkata Allah aku yang bernama saat.
Berkata Muhammad aku yang sebenarnya.
Berkata Adam tiada lawanku sekairan yang bernyawa.
Kawan ku semata-mata.
Hu kata Adam, Haq kata Allah, Na kata Muhammad.
Tidak mati kata Tuhan.
Hu Ia illa ha iilaliah.
inna ma makkum.
Wallahu a’lam bissawab. ©️.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!