Kisah Mistis: HANTU PERAWAT

0
29

HANTU PERAWAT

Hidup jauh dari kota memang sangat sulit. Ini seperti yang aku alami saat menjalani tugas KKN di sebuah desa terpencil yang jauh dari fasilitas kesehatan yang baik. Apalagi, ketika KKN itu aku mengalami sakit yang harus dirawat inap.

 

Malam itu, cuaca di klinik kampung tempat aku KKN panas sekali. Aku masih belum bisa tidur. Berkali-kali aku membalikkan badan di tempat tidur Sambil mengumpat-umpat.

 

Sudah tiga hari aku menempati klinik kampung karena radang tenggorokan yang aku derita. Sebenarnya, sore itu dokter sudah menyatakan bahwa aku sudah sembuh, tapi dia hanya mengijinkanku untuk kembali ke posko besok paginya.

 

Aku terpaksa menurut sambil bersungut-sungut.

 

“Sialan,” umpatku. “Bisa mati kebosanan aku di sini.”

 

Tinggal selama tiga hari di klinik kampung itu sendirian yang sepi itu memang terasa tiga tahun bagiku. Tidak ada televisi dan radio. Sungguh membosankan! Setiap hari yang aku kerjakan hanyalah membaca buku-buku cerita usang yang aku pinjam dari teman yang datang menjenguk.

 

Hawa di ruangan kecil kamar klinik tersebut masih terasa panas. Tetapi aku sudah tidak mengindahkannya lagi. Bagiku, tiada jalan lain untuk membunuh waktu yang membosankan tersebut dengan memaksakan diri memahami dan terlarut dengan setiap aluran cerita yang terpaksa aku reguk kata demi kata.

 

Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Jam sudah menunjukkan hampir pukul setengah satu pagi. Sayup-sayup terdengar suara binatang malam bersahutan dari luar jendela kamarku diiringi sesekali suara lembut hembusan angin yang bertiup di sela-sela cabang pepohonan akasia di samping kanan jendela kamar bercat putih tersebut.

 

Aku memandang ke arah jendela di sampingku yang terbuka setengah. Angin malam berhembus masuk ke dalam kamarku yang dicat putih.

 

“Huh! Masih terasa panas,” keluhnya sambil mengusap keningnya yang agak berkeringat.

 

Kipas angin di atas kepalanya sudah lama tidak berfungsi lagi. Tangannya bergerak untuk membuka jendela itu lebih besar lagi. Aku melihat sesosok bayangan putih berkelebat di atas pohon tepat di seberang kamarku.

 

Aku menggosok-gosok mataku.

 

“Apa itu?” pikirku penasaran.

 

Aku kini duduk dengan tegak di atas ranjang yang berderit-derit setiap kali aku menggerakkan tubuhku. Sosok itu kini terlihat jelas. Dia adalah sesosok wanita muda cantik yang sedang duduk duduk di atas dahan yang tinggi sambil menggerakgerakkan kakinya dan bersenandung pelan. Seolaholah dia sedang berayun-ayun di atas ayunan.

 

Rambut wanita itu terlihat hitam lurus ikut bergerak-gerak ditiup angin yang berhembus pelan. Parasnya lembut dan cantik! Wanita misterius itu terus saja asyik bersenandung seolah tak memperhatikan sepasang mataku yang mengawasinya dari kamar.

 

Aku menatapnya tak berkedip. Jantungku berdegup keras. Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhku. Tanganku gemetaran. Otakku seakan berhenti berputar. Aku hanya duduk terpaku menatap pemandangan di depanku itu.

 

Sekonyong-konyong wanita itu berhenti bersenandung dan dengan tiba-tiba menatap lurus ke arahku yang masih duduk terpaku di dalam kamar. Tatapannya tajam dan menusuk. Setajam tatapan elang yang hendak menerkamku bulat-bulat dari atas pohon itu. Suasana bertambah hening mencekam. Aku merasakan seolah darahku berhenti mengalir.

 

Sebelum aku sempat menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi, tiba-tiba wanita itu terbang melayang dari atas pohon tempatnya bertengger. Detik berikutnya, wajahnya sudah berada dekat sekali di jendela kamarku.

 

Mata kami saling bertatapan satu sama lain. Wanita itu berdiri begitu dekat dengan wajahku sehingga aku bisa merasakan hembusan hawa dingin dari sosok di hadapanku itu.

 

Saat berikutnya, tiba-tiba saja wanita itu tersenyum menyeringai! Wajah ayunya digantikan oleh paras yang tiba-tiba terlihat begitu menyeramkan. Taringnya yang panjang dan runcing menyeruak dari senyumnya yang jahat!

 

Aku tersentak!

 

Secepat kilat aku menutup jendela dan meguncinya serta menutup tirainya rapat-rapat. Tubuhku gemetaran hebat di atas ranjang. Detik berikutnya, aku menjerit sekuatnya sambil berteriakteriak minta tolong.

 

“Ke mana perawat centil yang seharusnya berjaga di kamar sebelah? Oh sial sekali nasibku!” Berkali-kali aku mengumpat dalam hati.

 

Kemudian aku berusaha mengucapkan doa-doa yang pernah aku pelajari selama ini. Entah karena gugup atau lupa, tidak satu pun doa-doa yang sempurna aku ucapkan. Tapi aku tidak peduli.

 

Aku terus berusaha keras mengucapkan doa-doa sebisanya sampai aku kelelahan dan jatuh tertidur di balik selimutku yang tebal. Beberapa saat kemudian aku terbangun karena merasa kegerahan. Tubuhku basah kuyup oleh keringat. Pelan-pelan aku membuka selimut yang menyelubungi kepalaku sedikit demi sedikit dan mengintip keadaan.

 

Keadaan sunyi senyap. Jam dinding berdetak pelan dan lembut. Aku melirik ke arah jam tersebut. Sudah pukul 2.15 pagi.

 

Aku menyibakkan selimut dan berusaha untuk tidur lagi. Tiba-tiba, aku mendengar suara langkah sepatu berhak tinggi di koridor di depan kamarnya.

 

“Mungkinkah itu perawat ganjen itu?” kataku dalam hati.

 

Aku baru saja memejamkan mata ketika aku mendengar seseorang membuka pintu kamarku dan melangkah masuk ke dalam. Ternyata perawat yang genit itu menenangkanku. Mendadak aku merasa lega karena merasa tidak sendirian lagi di kamarku. Parfum perawat genit itu mulai menyeruak memenuhi ruang tersebut.

 

Mataku terkesima tatkala melihat tubuh perawat terbalut erat di balik seragam putihnya yang terlihat sangat ketat dan sesak. Dia kelihatan lebih cantik dari biasanya. Perawat itu menyarankanku agar segera tidur, lalu melangkah keluar.

 

Aku melihat ternyata kakinya perawat ganjen itu tidak menapak pada tanah melainkan melayang di udara! Seketika itu aku menjerit dan meloncat dari tempat tidurku. Aku segera berlari di koridor sambil berteriak-teriak seperti orang gila.

 

Aku berlari ke sana ke mari tapi tidak ada orang. Aku menggedor-gedor ruang perawat sambil berteriak-teriak ketakutan. Mataku nanar dan nafasku terasa sesak.

 

Tiba-tiba pintu utama klinik terbuka. Perawat ganjen itu datang dan menenangkanku. Aku mencoba melihat kakinya. Untung saja, dia manusia asli.

 

Kini aku sudah jauh merasa lebih baik dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian setelah tenang, aku menceritakan apa yang telah aku alami kepada perawat itu. Kemudian, untuk malam itu, perawat itu menyuruhku tidur di kamar lain yang ada dua tempat tidurnya. Dia menemani aku tidur di ranjang sebelah sampai pagi.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!