Kisah Mistis: LEGENDA POHON BERINGIN

0
28

LEGENDA POHON BERINGIN

Pada zamannya, di Tanah Jawa, hidup seorang raja yang teramat sakti sehingga ditakuti oleh lawan dan disegani oleh kawan. Saat itu, boleh dikata, tak ada seorang pun yang berani menentang kekuasaannya. Raja nan sakti itu memiliki seorang permaisuri dan beberapa selir dari permaisuri, lahir seorang putra nan tampan dan bijak yang biasa disebut dengan Pangeran Jamoja, sementara, dari selirnya yang paling cantik dan manja, lahir pula seorang putra yang bernama Raden Samijaya.

 

Hampir seisi kerajaan mafhum, betapa sang raja begitu menyayangi selirnya ketimbang permaisuri. Tak ada satu pun permintaan selir Andana yang ditolaknya.

 

Sayangnya, Dewi Andana seolah tak pernah merasa puas dengan apa yang telah dimilikinya, cita-citanya hanya satu, kelak kedudukan putra mahkota harus diwariskan kepada putranya Raden Samijaya.

 

Hampir tiap saat, yang ada dalam benak Dewi Andana hanyalah cara yang sebaik-baiknya untuk menyingkirkan Pangeran Jamoja. Ia amat berharap, Pangeran Mahkota harus lebih dahulu tersingkir sebelum sang raja mangkat dalam usia senja…

 

Hingga pada suatu hari, dengan wajah nan pucat karena semalaman tidak bisa tidur dan terus menangis, Dewi Andana pun menghadap sang raja sambil berkata,

 

“Maaf Baginda, ada yang hamba hendak sampaikan.”

 

“Tetapi…,” sahut Dewi Andana lirih penuh kedukaan.

 

“Katakanlah, agar kanda dapat mengerti apa yang Adinda kehendaki,” desak sang raja.

 

“Apakah Kakanda tidak marah?” Pancing bewi Andana.

 

“Ha… ha… ha…, katakanlah, perhiasan apa yang sedang Adinda inginkan,” balas sang raja.

 

“Bukan itu, hamba sudah terlalu banyak menerima hadiah berupa perhiasan dari Kanda, namun, kali ini bukan perhiasan yang mengganggu pikiran hamba,” jawab Dewi Andana dengan lirih dan nada memelas.

 

“Katakan secepatnya,” perintah sang raja.

 

“Yang hamba pikirkan adalah tentang masa depan kerajaan,” jawab sang selir.

 

“Maksudmu?” Tanya sang raja penasaran.

 

“Maafkan jika hamba terlalu lancang. Maksud hamba, apabila Kakanda wafat nanti, maka hanya Raden Samijaya lah yang paling tepat untuk naik tahta,” ujar Dewi Andana dengan mantap.

 

“Tidak mungkin,” sergah sang raja. “Sudah menjadi tradisi, putra mahkota yang bakal mewarisi tahta, apalagi, Pangeran Jamoja adalah orang yang ramah, cakap dan dicintai oleh segenap rakyat negeri,” imbuhnya dengan napas yang memburu.

 

Dewi Andana yang licik dan memang sudah mengetahui begaimana cara menggoyahkan keyakinan suaminya itu, langsung saja pamit undur diri sambil menangis. Ia terus saja menangis, menangis dan menangis…

 

Walau sang raja berulangkali datang untuk menghiburnya, tetapi, Dewi Andana seolah tak mendengar. Ia seolah tenggelam dalam duka yang begitu dalam.

 

Lambat laun, raja nan sakti yang ditakuti lawan dan disegani kawan itupun menjadi bimbang, di satu sisi ia mencintai dan bangga terhadap putra mahkota Pangeran Jamoja, sementara, di sisi yang lain, Ia begitu sayang dan takut jika ditinggalkan oleh selirnya yang jelita, Dewi Andana.

 

Raja bak dipaksa memakan buah simalakama…

 

Sang raja mulai bimbang, bahkan, kesehatannya pun mulai menurun akibat siang malam selalu gelisah karena memikirkan keadaan yang dirasakan demikian sulit itu. Hal serupa juga terjadi dengan Dewi Andana, sejak keinginannya ditolak, ia tak pernah makan dan tidur sehingga tubuhnya pun menjadi kurus.

 

Hingga suatu hari, ketika sang raja mendatangi selirnya, dengan serta merta Dewi Andana menghambur dan berkata:

 

“Junjunganku, apabila Pangeran Jamoja naik tahta, maka, kerajaan bakal kacau balau… Baginda tak mungkin dapat menemui hamba atau yang lain, karena, seluruh selir diperintahkan untuk dibunuh.”

 

Sang raja hanya termangu. Ia hanya bisa membelai rambut sang selir yang amat dicintainya itu dengan sepenuh hati. Angannya pun melayang jauh entah kemana…

 

Hingga pada suatru hari, raja memanggil putra mahkota dan langsung berkata dengan nada tinggi: “Jamoja, agar keadaan tidak menjadi lebih sulit, aku perintahkan, segera tinggalkan negeri ini…!”

 

Pangeran Jamoja hanya terdiam dan langsung mohon diri. Ia tak mau melawan, agar sang ayah puas dan ketenangan kerajaan pun dapat terus terjaga. Tak ada yang dibawa maupun yang mengiringi, kecuali Dewi Kusumasari, sang istri setia yang tak hendak berpisah barang sedetik pun. Keduanya berjalan menuju ke hutan nan lebat dan sepi untuk mencari ketenangan diri.

 

Di sepanjang jalan, tak henti-hentinya Pangeran Jamoja memikirkan tindakan ayahnya yang telah dipengaruhi oleh sang selir, Dewi Andana. Kejelitaan Dewi Andana, ternyata, mampu membuat ayahnya jadi lupa diri.

 

“Kanda, marilah kita beristirahat di sini,” bujuk Dewi Kusumasari ketika melihat wajah suaminya telah memucat. Pangeran Jamoja hanya mengangguk lesu, maklum, perjalanan yang melelahkan itu telah mereka lakukan selama beberapa hari. Siang berjalan, malam tidur di bawah pepohonan, sementara, untuk mengganjal perut mereka hanya menyantap buah-buahan.

 

Malang tak dapat ditolak, untung pun tak dapat diraih. Di pangkuan sang istri tercinta, Pangeran Jamoja yang amat dicintai oleh rakyatnya itu tak mampu bertahan. Ia mangkat dengan tenang…

 

Melihat kenyataan itu, sang istri pun menangis sejadi-jadinya. Berulangkali ia memohon kepada Yang Maha Hidup agar arwah suaminya mendapatkan tempat yang layak, sementara dirinya diberikan kekuatan lahir dan batin.

 

Belum lagi isak berhenti dan air mata mengering, tiba-tiba, dari angkasa terdengar suara nyaring namun menyejukkan hati.

 

“Anakku… aku Dewa Kamajaya telah mendengar permintaanmu dan mengetahui apa yang terjadi di istana. Sebelum meninggalkan istana, suamimu telah diracun oleh Dewi Andana agar mati perlahan. Engkau tak perlu kembali ke istana untuk membalas dendam, percayalah, arwah suamimu yang tak berdosa itu akan mendapatkan tempat yang terhormat.”

 

Seiring dengan lenyapnya gema suara Dewa Kamajaya, tiba-tiba, jasad Pangeran Jamoja tegak berdiri dan mengangkat kedua tangannya seolah hendak terbang. Perlahan tapi pasti, tubuh itu kemudian berubah menjadi sebatang pohon yang semakin lama semakin besar.

 

Kedua tangannya menjadi cabang dan ranting yang berdaun lebat, rambutnya yang terurai menjadi akar gantung, sedang kakinya yang menembus tanah berubah menjadi akar yang demikian kokoh. Itulah pohon yang belakangan kita kenal dengan sebutan Beringin…!

 

Dewi Kusumasari yang tertegun melihat kenyataan itu akhirnya sadar bahwa pohon yang ada di depannya tak lain merupakan penjelmaan dari suaminya. Ia langsung memeluk pohon itu erat-erat hingga badannya menyatu dan mengeluarkan air yang jernih. Akhirnya, kita kenal sebagai mata air yang biasa ada di bawah pohon beringin.

 

Nun jauh di sana, di kerajaan, rakyat yang mendengar tindakan raja mengusir putra mahkota menjadi marah. Mereka berontak, bahkan menolak Raden Samijaya untuk naik tahta dan mengusir Dewi Andana dari istana.

 

Sejatinya, sejak lama, Raden Samijaya merasa malu dengan apa yang direncanakan oleh ibunya. Ia tak pernah berangan apalagi ingin untuk menjadi raja. Oleh sebab itu, diam-diam, ia pun meninggalkan istana dan mengembara di hutan.

 

Tujuannya satu, mencari sang kakak dan membujuknya agar segera kembali ke istana. Ia menanyakan di mana keberadaan sang kakak dan istrinya kepada pepohonan, bukit, batu, burung-burung, air sungai dan siapa pun yang ditemuinya.

 

Sayang, semua tak bisa menjawab. Raden Samijaya pun bertekad tidak akan kembali ke istana jika tidak bersama dengan Pangeran Jamoja dan Dewi Kusumasari.

 

Dewa Kamajaya pun iba melihat perjuangan Raden Samijaya yang tak henti-hentinya bertanya di mana gerangan sang kakak berada. Ia lalu mengubah Raden Samijaya menjadi seekor burung. Dan burung itulah yang selalu hinggap di pohon beringin sambil berbunyi: “Kakak… kakak… kakak…”

 

“Ya… akulah kakakmu,” sahut pohon beringin.

 

“Itulah kakakmu,” ujar sang mata air.

 

Hingga kini, pohon beringin dianggap sebagai pohon yang istimewa, karena ditanam di tempat yang terhormat dan dikeramatkan.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!