Ijazah: TERAPI PENYAKIT HATI

0
6

Ijazah: TERAPI PENYAKIT HATI

Penyakit hati dalam Islam merujuk pada kondisi spiritual atau moral yang merusak jiwa dan menjauhkan seseorang dari Allah SWT. Penyakit-penyakit ini dapat menghambat kebaikan dan memicu perbuatan dosa. Mengenali dan mengobati penyakit hati sangat penting untuk mencapai kesucian batin dan kedekatan dengan Tuhan.

 

Dilihat dari kondisinya, hati ada tiga macam:

1. Qalb Salim (hati yang sehat)

 

Setiap orang hanya akan selamat di akhirat jika menghadap Allah dengan hati yang sehat. Allah berfirman, “(yaitu) di hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy Syw’ara: 88-89).

 

Qalb salim adalah hati yang selamat dari segala syahwat (keinginan/hasrat) yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, juga selamat dari syubhat (kerancuan) yang berlawanan dengan firman-Nya. Jadi, galb salim adalah hati yang selamat dari penghambaaan kepada selain Allah, dan selamat dari ketundukan pada keputusan selain Rasulullah.

 

Secara garis besar, hati yang selamat lagi sehat adalah hati yang selamat dari segala bentuk kemusyrikan dan murni menghamba kepada Allah, baik kehendaknya, cintanya, tawakalnya, taubatnya, tawaduknya, khusyuknya, maupun harapnya. Juga, amalnya murni karena Allah. Jika ia menyukai sesuatu maka itu semata-mata karena Allah. Jika ia membenci sesuatu maka itu semata-mata di jalan Allah. Jika ia memberikan sesuatu maka itu semata-mata karena Allah. Jika ia tidak memberi maka itu juga semata-mata karena Allah. Seluruh kerisauannya karena Allah. Semua cintanya karena Allah. Tujuan dan maksudnya adalah untuk Allah. Raganya untuk Allah. Amal perbuatannya untuk Allah. Tidur dan jaganya untuk Allah. Percakapannya juga demikian. Percakapan tentang Allah lebih ia gandrungi daripada segala macam percakapan. Pikirannya berkisar pada ridha dan cinta-Nya. Kita memohon kepada Allah agar diberi hati macam ini.

 

2. Qalb Mayyit (hati yang mati)

 

Qalb mayyit merupakan kebalikan dari galb salim. Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal Tuhannya, tidak menyembahnya seperti yang Dia perintahkan dan Dia ridhai. Justru galb mayyit senantiasa menuruti syahwatnya (keinginan/ hasratnya) dan kelezatannya meskipun itu mengandung kemurkaan Tuhannya. Ia menghamba kepada selain Allah, baik dalam bentuk cinta, cemas, harap, ridha, benci, pengagungan, dan penghinaan. Jika ia marah maka itu semata-mata karena hawa nafsunya. Jika ia menyukai sesuatu maka itu semata-mata karena hawa nafsunya. Jika ia memberikan sesuatu maka itu semata-mata karena hawa nafsunya. Jika ia tidak memberikan sesuatu maka itu juga semata-mata karena hawa nafsunya. Jadi, hawa nafsu adalah imamnya, dan syahwat adalah panglimanya, sementara kebodohan menjadi supirnya, sedangkan kelalaian adalah kendaraannya. Kita berlindung kepada Allah agar tidak diberi hati semacam itu.

 

3. Qalb Maridh (hati yang sakit)

 

Hati yang sakit adalah hati yang masih hidup tetapi berpenyakit. Ia berada dalam kondisi tarikulur. Posisinya tergantung mana yang lebih kuat di antara tarik dan ulur tersebut. Ada kalanya ia cinta kepada Allah, beriman pada-Nya, ikhlas karena-Nya, dan bertawakal pada-Nya. Inilah tarikan kehidupannya. Namun, terkadang ia cinta aneka syahwat (keingginan/hasrat), dan berambisi memperolehnya, dengki, sombong, kagum pada diri sendiri, suka kedudukan tinggi, berbuat kerusakan di bumi ketika memimpin, munafik, riya’ dan kikir. Itulah uluran kebinasaan dan kematiannya. Kita berlindung kepada Allah semoga tidak diberi hati macam itu. Nah, cara penyembuhan penyakit hati telah disampaikan dalam al-Qur’an. Allah berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57).

 

“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra ‘: 82).

 

Dua Macam Penyakit Hati

 

Pertama, penyakit hati yang tidak terasa sakit. Ini adalah penyakit kebodohan, kerancuan, dan keragu-raguan. Ini merupakan jenis yang terparah di antara dua macam penyakit hati. Namun, lantaran hatinya sudah rusak, orang yang hatinya mengidap penyakit ini biasanya tidak merasakannya.

 

Kedua, penyakit hati yang terasa sakitnya. Misalnya, penyakit kegalauan, kegelisahan, kesedihan, amarah, dan lain-lain. Penyakit macam ini dapat diobati dengan pengobatan alami, dengan cara menghilangkan faktor penyebabnya, dan lain-lain.

 

Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam mengobati hati.

 

Pertama, terapi dengan al-Qur’an. Sebab, al-Qur’an merupakan obat pelenyap keraguraguan dalam dada, yang juga melenyapkan kemusyrikan, noda kekafiran, penyakit syubhat (kerancuan), dan penyakit syahwat (keinginan/ hasrat) yang dikandungnya. Lagipula, al-Our an adalah petunjuk bagi orang yang telah mengetahui kebenaran dan mengamalkannya sekaligus kasih sayang bagi orang mukmin, karena melalui alOur’an mereka memperoleh pahala, baik di dunia

 

maupun di akhirat. Allah berfirman, “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?” (QS. Al-An’am: 122).

 

Kedua, memenuhi tiga hal yang diperlukan hati:

 

1. Hal yang menjaga kekuatannya, yaitu iman, amal saleh, dan pengamalan aneka rutinitas ibadah.

 

2. Hal yang melindunginya dari kerugian, yaitu dengan menjauhi segala kemaksiatan dan penyimpangan.

 

3. Hal yang menghilangkan segala noda yang mengganggu, yaitu dengan bertaubat dan memohon ampunan.

 

Ketiga, mengobati penyakit hati dari dominasi hawa nafsu. Ada dua obatnya, yaitu dengan mawas diri dan menentang hawa nafsu.

 

Mawas diri ada dua macam:

A. Sebelum berbuat. Dalam macam ini diajukan empat pertanyaan:

1. Apakah perbuatan ini sanggup dilakukan?

2. Apakah perbuatan ini lebih baik dilakukan daripada tidak dilakukan?

 

3. Apakah perbuatan ini dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah?

 

4. Akankah perbuatan ini didukung, atau akankah ada pendukung yang menyokongnya serta menolongnya, jika perbuatan ini memerlukan bantuan? Jika jawabannya ada maka silakan dilakukan. Namun, jika jawabannya “tidak ada”, maka jangan sekali-sekali dilakukan.

 

B. Setelah berbuat. Macam ini terbagi lagi menjadi tiga jenis:

 

1. Mawas diri kalau-kalau ada hak Allah yang belum dipenuhi. Yang tergolong hak Allah antara lain ikhlas, tulus, mengikuti tuntunan Rasul, mengakui kebaikan Allah, mengakui anugerah yang dikaruniakan Allah, dan mengakui kekurangan diri dalam mensyukuri semua itu.

 

2. Mawas diri kalau-kalau ada perbuatan yang lebih baik tidak dilakukan daripada dilakukan.

 

3. Mawas diri kalau-kalau ada hal mubah ataupun kebiasaan yang tidak dilakukan, dan bertanya pada diri sendiri apakah perbuatan itu sengaja ditinggalkan lantaran mencari ridha Allah dan kebahagiaan akhirat, ataukah dalam rangka mencari keuntungan duniawi, sehingga hasilnya hanyalah kerugian.

 

Kesimpulannya, hal pertama yang kita hitung dalam mawas diri adalah penunaian kewajiban (fardhu), jika kurang maka kita lengkapi. Selanjutnya, mawas diri ihwal larangan. Jika ternyata ada hal terlarang yang dilakukan maka hendaklah bertaubat dan memohon ampunan. Selanjutnya mawas diri terhadap perbuatan yang dilakukan anggota badan. Dan, mawas diri terhadap kelalaian.”

 

Keempat, obat penyakit hati dari dominasi setan. Setan adalah musuh manusia. Untuk melepaskan diri dari cengkeraman setan ada cara yang disyariatkan Allah, yaitu membaca istiaddzah (memohon perlindungan Allah). Nabi biasa memohon perlindungan Allah dari kejahatan hawa nafsu sekaligus memohon perlindungan dari kejahatan setan. Beliau pernah bersabda kepada Abu Bakar, Ucapkanlah:

“Ya Allah, Sang Pencipta langit dan bumi Yang Maha Mengetahui hal gaib dan hal kasat mata, Tuhan segala sesuatu serta Pemiliknya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan nafsuku, dari kejahatan setan beserta sekutunya, dan dari melakukan suatu keburukan terhadap diriku sendiri ataupun menularkannya kepada seorang muslim.”

 

Ucapkanlah itu apabila engkau memasuki pagi hari, juga apabila engkau memasuki malam hari, dan apabila engkau hendak tidur.” (HR. At-Tirmidzi).

 

Jadi, memohon perlindungan Allah, bertawakal, dan ikhlas dapat menangkal dominasi setan.

 

Akhirnya, shalawat dan salam semoga tercurah kepada hamba serta rasul-Nya, Muhammad, juga keluarganya dan para sahabatnya, juga siapa saja yang meneladani mereka dengan sebaik-baiknya hingga Hari Kiamat. Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!