Kisah Mistis: PENGAWAL KERAJAAN GAIB PEDALAMAN KALIMANTAN

0
15

Kisah Mistis: PENGAWAL KERAJAAN GAIB PEDALAMAN KALIMANTAN

KISAH MENYERAMKANINI DIALAMI OLEH SEKELOMPOK MAHASISWA PECINTA ALAM SAAT MELAKUKAN EKSPEDISI DI HUTAN PEDALAMAN KALIMANTAN. KEANEHAN KEANEHAN BERHUBUNGAN DENGAN MAKHLUK GAIB SERING MUNCUL MENGIRINGI KEBERADAAN MEREKA. SEPERTI APA KISAHNYA…?

 

Langit di atas Kota Khatilistiwa tampak mendung dan berkabut. Sementara udara yang beredar di sekitarnya terasa sangat dingin dan lembab. Padahal, jam sudah menunjukan pukul 12.30 siang hari. Firasatku mengatakan ada kemungkinan kalau fenomena alam yang tak biasa ini merupakan representasi dari luapan perasaan duka dan kepedihan. Beberapa hari lalu telah terjadi peristiwa memilukan sekaligus berdarah. Sebuah peristiwa yang mampu menarik perhatian tidak saja masyarakat lokal tapi juga dunia. Sebuah peristiwa yang sebenarnya muncul dari permasalahan sepele namun telah mampu menciptakan letupan yang cukup hebat. Peristiwa tersebut adalah konflik antar etnis yang telah menelan banyak korban jiwa. Mulai dari orang tua-sampai anak anak tak luput pula menjadi korban karena ketidaktahuan mereka.

 

Aku pun terdiam sembari menarik nafas panjang. Namun ketegaran dan kemarahan jiwa karena tak dapat berbuat banyak saat kejadian itu, membuatku berpikir untuk mencari hikmah dan pembelajaran.

 

Lamunanku buyar, ketika seseorang datang mengetuk pintu kamarku. Ternyata Ikhwan, teman kuliahku di Fakultas Kehutanan. Maksud kedatangannya tak lain adalah untuk mengajakku bergabung dalam rombongan pencinta alam. Mereka berencana mengisi liburan semester dengan melakukan ekspedisi ke hutan pedalaman Kalimantan. “Aku harap kamu tak keberatan dengan ajakan ini. Jangan sampai mengecewakan kawan-kawan,” harap Ikhawan.

 

“Aku memang tak punya alasan untuk menolak,”

 

“Berangkatnya besok lusa. Masalah tempat sudah menjadi kesepakatan bersama yaitu kawasan hutan konservasi kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas” terang Ikhwan pula setelah mendengar kesanggupanku.

 

Mendengar Kabupaten Sambas aku sempat kaget juga, dan menganggap kawan-kawan sudah tak waras lagi. Daerah yang akan dikunjungi merupakan pusat konflik. Kehadiran orang asing akan dapat menimbulkan kecurigaan.

 

“Kamu tak usah khawatir. Kalau pun terjadi pencegatan dan pemeriksaan, aku yakin kita pasti bias mengatasinya. Karena tujuan kita kan tidak macam-macam. Selain referesing juga mencoba mengaplikasikan teori yang telah kita dapat di bangku kuliah!” tandas Ikhwan, meyakinkanku.

 

Tiga hari setelah pertemuan itu, kami berangkat ke lokasi dengan naik kendaraan umum. Rombongan kami terdiri dari tujuh orang yang kesemuanya merupakan sahabatsahabat satu jurusan di Fakultas Kehutanan. Salah satunya sahabat wanitaku yang aikut beranama Atika. Ada juga seorang seniorku bernama Nyam Nyam, yang rencananya akan membimbing kami mengaplikasikan teori-teori di lapangan nanti.

 

Kawasan yang kami tuju letaknya cukup jauh dan terkenal sangat angker pula. Menurut cerita, di tempat tersebut berdiri sebuah kerajaan gaib yang megah. Tak heran berbagai peristiwa aneh yang tak masuk akal sering terjadi di sekitarnya. Di antaranya yang pernah berlangsung sekitar tahun 1970-an silam. Ketika itu ada sebuah pesawat milik AURI yang membawa tiga orang awak hilang saat melintas di atas kawasan tersebut. Sampai detik ini pesawat dan awaknya belum diketemukan. Menurut penerawangan orang pintar, pesawat dan awaknya diambil oleh penghuni kerajaan gaib tempat itu.

 

Kabarnya, di kawasan tersebut pun kerap menjelma sebuah kota metropolitan yang begitu gemerlap. Pokoknya, banyak lagi kisah lainnya yang berhubungan dengan keanehankeanehan yang sulit diterima akal sehat.

 

Setelah menempuh perjalanan melelehkan kurang lebih enam jam, kami pun sampai di sebuah pelabuhan penyebrangan. Namun ada hal yang tak mengenakan terjadi. Saat berada di pelabuhan ini, seperti apa yang kutakutkan sebelumnya, tiba-tiba segerombolan orang tak dikenal datang menyatroni kami dengan pedang terhunus. Mereka menanyakan tujuan dan identitas kami. Salah satu dari mereka malah bertindak represif dengan mengayunayunkan goloknya di depan kami. Untung saja Bang Nyam Nyam yang merupakan penduduk asli setempat bertindak cepat. Dengan menggunakan bahasa mereka, Bang Nyam Nyam menjelaskan bahwa kami semua adalah mahasiswa yang sedang mendapat tugas dari kampus melakukan penelitian. Untung saja, para penghadang itu ternyata mau mengerti.

 

Tanpa terasa hari telah beranjak sore. Sementara letak lokasi masih sangat jauh. Karena tak ingin kemalaman di jalan, rombongan pun memutuskan untuk menginap di rumah kediaman orang tua Bang Nyam Nyam, yakni di sebuah desa kecil yang letaknya tak begitu jauh dari pantai.

 

Keesokan paginya barulah kami meneruskan perjalanan menuju tempat yang dimaksud. Kali ini kami memilih menempuhnya dengan berjalan kaki.

 

Setelah satu harian menapakan kaki di atas aspal yang panas dan berdebu, akhirnya kami tiba di sebuah pantai. Lagi-lagi kami pun memutuskan menginap di sana. Namun aneh, saat berada di pantai tersebut, tiba tiba aku merasakan takut yang luar biasa. Tak hanya aku yang mengalaminya, kedua temanku yaitu ikhwan dan Atika juga merasakannya. Seperti ada sesuatu yang sedang mengintai, bahkan mengelilingi kami.

 

Perasaan tersebut terasa makin menjadi tatkala Bang Nyam Nyam menghampiri dan menanyakan sesuatu pada kami.

 

“Apakah ada di antara kalian yang menjadi makmum saat abang shalat Isya tadi?” tanya Bang Nyam Nyam.”

 

Sedari tadi kami semua di dalam tenda. Tak ada yang keluar.

 

“Memangnya ada apa, Bang?” tanya Atika.

 

Bang Nyam Nyam tak menjawab. Dia diam membisu. Namun dari dalam gelap aku dapat mendengar jelas dirinya menarik nafas panjang, menandakan kalau sesuatu baru saja terjadi.

 

Esok harinya perjalanan dilanjutkan kembali, sampai akhirnya kami tiba di areal hutan konservasi, yang merupakan hutan perbukitan karena di tengah tengahnya berdiri sebuah bukit yahg oleh masyarakat disebut dengan nama Bukit’Bulan. Menurut keyakinan masyarakat di sekitar, di tempat itu terdapat pusaran magnetic yang katanya dapat menarik kita masuk ke dalam alam dimensi ketiga.

 

Kami pun terus memacu langkah, menyusuri jalan setapak di antara semak belukar dan perdu. Terkadang pula harus tersungkur karena kedua kaki kami tersangkut akar resam yang menjalar. Namun belum berapa jauh kami melangkah, tiba tiba Bang Nyam Nyam meminta kami berhenti,

 

“Kok berhenti, Bang?” tanyaku.

 

Bang Nyam Nyam tak langsung menjawab. Dia sibuk mengamati situasi di sekitarnya dengan kedua mata terpejam. Entah apa yang sedang terlihat melalui mata batinnya saat itu. Tapi yang jelas, keadaan tersebut membuat kami dicekam rasa takut. Apalagi, Bang Nyam Nyam tampak seperti sedang berdialog dengan seseorang.

 

“Untuk benar-benar sampai ke lokasi, masih diperlukan waktu sekitar satu jam. Tak ada salahnya kalau kalian mengucapkan salam di sini. Kemudian apabila sudah sampai di lokasi, jaga sikap dan ucapan kalian. Hindari perkataan yang kotor dan takabur. Karena itu permintaan dari penghuni tempat ini sekaligus merupakan pantangannya, kata Bang Nyam Nyam setelah membuka kedua belah matanya.

 

Setelah melakukan apa yang telah diperintahkan, kami pun melanjutkan perjalanan kembali menyusuri rimba. Kali ini kami memacu langkah agak cepat karena harus sudah sampai sebelum gelap.

 

Tak lama kami pun sampai di lokasi dan langsung berbagi tugas. Aku dan Iskandar mendirikan tenda. Adi dan Iwan . mengumpulkan kayu bakar. Ikhwan sendiri mengambil air di sungai kecil di bawah lokasi tenda. Dan Atika mempersiapkan makanan instant yang akan dimasak nantinya. Sementara Bang Nyam Nyam sibuk membuat tungku dan. mempersiapkan perapian.

 

Setelah semua tugas selesai dan badan pun telah dibersihkan, kami pun bersantai di depan tenda sambil menikmati suasana malam. Secangkir kopi panas, sedikit makanan kecil dan perapian tak luput menjadi teman penghangat tubuh. Begitu pula nyanyian binatang malam dan canda tawa dari kawan kawan merupakan bentuk luapan ekspresi untuk memberikan hiburan menyegarkan.

 

Namun sayang keakraban baru saja terjalin dengan indah itu harus sirna tatkala keanehan muncul dari arah sungai. Keanehan tersebut bukan dalam bentuk makhluk atau sejenisnya, melainkan berupa suara wanita yang sedang bercengkrama. Kami pun terkejut dan setengah tak percaya. Bagaimana mungkin di tengah hutan rimba yang sepi dan terkenal angker itu terdapat pemukiman penduduk. Kalaulah memang benar adanya tentulah ada semacam Jejak yang ditinggalkan. Namun anehnya, dari informasi yang diperoleh sebelumnya telah dinyatakan kalau hutan tersebut masih perawan. Dalam arti jarang sekali dikunjungi orang.

 

Lalu siapa wanita-wanita tersebut?

 

Semua merasakan keanehan itu. Tak heran bila kami, terutama Adi dan Atika tampak begitu pucat dan saling melempar pandang. Meski aku sendiri tak menampik juga merasakan ketakutan. Namun dengan segala upaya aku mencoba menyembunyikan perasaan tersebut, sambil memberanikan diri melemparkan cahaya lampu senter ke arah sungai.

 

Jantungku seakan berhenti berdetak, sementara keringat dingin bercucuran dari lubang pori-pori. Bagaimana tidak, saat cahaya lampu mengarah pada sumber suara, tak kutemukan apa pun di sana, kecuali suara-suara yang masih terdengar.

 

Tanpa rasa malu aku pun segera merapatkan tubuhku yang menggigil dengan tubuh teman-temanku. Melihat kondisi kami semakin mengkhawatirkan akibat rasa takut yang memuncak, belum lagi ada energi lain yang dirasakan akan masuk ke dalam tubuh salah satu dari kami, Bang Nyam Nyam pun segera membuatkan pagar gaib. Setelah itu dia turun ke bawah. Anehnya, saat Bang Nyam Nyam kembali menghampiri kami, suara wanitawanita misterius itu tiba tiba lenyap bak disapu angin.

 

“Besok kita kemasi peralatan dan pulang,”

 

ucap Bang Nyam Nyam yang terang saja membuat kami semua terkejut.

 

“Kenapa harus pulang, Bang? Kesepakatan awal kan enam hari kita di sini,” protesku.

 

“Jawabannya nanti saja setelah sampai di rumah orang tua Abang. Sekarang semuanya masuk ke tenda dan tidur. Karena pagi-pagi sekali kita harus keluar dari tempat ini,” ujar Bang Nyam Nyam yang memang menguasai ilmu gaib itu.

 

Tepat tengah malam, saat aku dan kawankawan telah tertidur dengan lelap, Ikhwan sahabatku rupanya belum bisa memejamkan matanya. Dia begitu gelisah dan takut yang teramat sangat. Seakan-akan ada sesuatu yang tak tampak sedang mengawasinya dari balik kegelapan, bahkan dalam jumlah yang sangat banyak.

 

Menyadari dirinya semakin jauh dari kontrol, Ikhawan pun menyambar sebatang rokok dari balik sakunya. Kemudian menyalakannya dan menghisapnya. Sesaat dirinya dapat membuang segala bentuk kegelisahan dan ketakutannya itu. Namun belum lama dirinya terlepas dari belenggu tersebut, tiba-tiba kedua matanya menangkap suatu pemandangan yang menyeramkan. Ya, Ikhawan melihat sesosok wanita bergaun putih dengan wajah menakutkan sedang asyik berjuntai di antara pohon-pohon pulai. Sesekali wanita tersebut melemparkan pandanganya pada Ikhwan, sambil perlahan perlahan mencoba mendekati tenda.

 

Tak sanggup menyaksikanya seorang diri, dengan ketakutan Ikhawan membangunkan Iwan yang ketika itu sedang tidur di sebelahnya. Saat kami semua terbangun kerena terkejut melihat tingkah laku Ikhwan, wanita misterius itu sudah hilang entah kemana. Namun, wajah Ikhawan masih terlihat sangat pucat dan berkeringat.

 

Setelah kondisinya agak stabil, Ikhwan pun menceritakan perihal kejadian yang baru di alaminya pada kami, terutama Bang Nyam Nyam. Namun tak terdengar sepatah kata pun keluar dari mulut bang Nyam Nyam.

 

Keesokan paginya, kami mulai berkemas. Kami memang merasa kecewa dengan keputusan yang Bang Nyam Nyam ambil. Namun setelah apa yang terjadi menimpa Ikhwan semalam, aku pikir memang harus secepat mungkin angkat kaki dari tempat itu.

 

Sesampainya di kediaman orang tua Bang Nyam Nyam kami pun dikumpulkan di ruang tamu pada malam harinya. Tujuannya tak lain adalah ingin menjelaskan perihal kejadian aneh yang kami alami saat berada di areal hutan konservasi. Namun sebelum memulainya, terlebih dahulu Bang Nyam Nyam menanyakan sesuatu pada kami.

 

“Apakah ada di antara kalian yang pernah menuntut ilmu gaib, karena peristiwa tersebut perhubungan dengan itu?” ucapnya.

 

Kami tak menjawab. Terus terang kami bingung dengan pertanyaan itu. Namun di tengah kebingungan itu, aku sempat melihat wajah Bang Nyam Nyam mengarah pada Ikhwan. Sementara Ikhwan sendiri tampak menundukan kepala tanpa bersuara.

 

“Aku tak memaksa kalian untuk menjawab. Namun jangan salahkan Abang bila sesuatu kembali terjadi pada kalian,” tambah Bany Nyam Nyam dengan tenang.

 

Suasana pun berubah hening. Yang terdengar hanyalah deru nafas yang tak beraturan dari masing masing kami. Menandakan kekhawatiran yang cukup mendalam.

 

Tak lama Bang Nyam Nyam pun lanjut bicara dan menjelaskan kalau hutan yang kami masuki kemarin itu adalah wilayah kerajaan gaib yang dijaga ketat oleh para prajurit di setiap penjurunya. Sementara di sekitar lokasi pendirian tenda merupakan tempat pemandian para dayang-dayang kerajaan.

 

“Jadi apa yang kalian dengar malam itu adalah suara para dayang yang sedang mandi di pemandian mereka,” jelasnya.

 

Mendengar hal itu kami tak berani bertanya, apalagi berkomentar. Yang dapat kami lakukan hanyalah menundukan kepala sambil mengenang kejadian aneh tersebut.

 

Bang Nyam Nyam pun menjelaskan kembali. Sebenarnya kedatangan kita sebelum tiba di lokasi sudah tercium oleh makhluk penghuni kerajaan. Terutama saat menginap di pantai. Ini terjadi karena ilmu yang dimiliki seseorang di antara kalian bertentangan dengan mereka. Selain memiliki energi panas, mereka juga ingin menguji kemampuan si pemegang ilmu tersebut.

 

Malam itu udara terasa agak dingin. Karena baru saja turun hujan dengan lebatnya. Meskipun demikian tak satu pun dari kami beranjak dari tempat duduk. Selain masih dicekam perasaan takut, pembicaraan pun masih terus berlanjut. Namun saat Bang Nyam Nyam menanyakan kembali tentang siapa gerangan yang memilki ilmu, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara anjing melolong tinggi, seolah menangis menyayat hati. Anehnya, suara anjing itu makin lama semakin mendekat. Ya, seperti sedang mengikuti dan mengejar sesuatu yang tak tampak.

 

Aku pun cemas dan tegang. Begitu pula kawan-kawanku yang lain tampak sangat puca Sementara, Bang Nyam Nyam hanya diam membisu.

 

Tak lama kejadian keanehan kembali terjadi. Kali langsung menyerang Ikhwan. Tatkala mendengar lolongan anjing tersebut, tubuhnya bergetar dan dari mulutnya keluar suara rintihan yang memilukan. Dia kemudian menangis.

 

Kami semua yang berada di dekatnya pun kaaet bukan main melihat perubahan yang aneh terhadap Ikhwan. Di tengah situasi yang kacau, tiba-tiba kami mendengar suara benturan yang cukup keras pada dinding kama depan. Tak lama terdengar suara anjing yang seperti menangis, kemudian terdengar pula anjing tersebut mencakar-cakar dinding kamar.

 

“Ada tamu tak diundang datang. Jangan panik, jangan pula pikiran kalian kosong. Bentengi diri kalian dengan dzikir yang pernah kuajarkan,” pesan Bang Nyam Nyam.

 

Kami pun tanpa henti mengumandangkan kalimah-kalimah suci, dilafadzkan maupun diucapkan dalam hati. Sementara konsentrasi Bang Nyam Nyam saat itu terfokus pada ikhwan. Ya, Ikhwan yang tampak ketakutan dan terus saja menangis, malah semakin menjadi.

 

Belum tuntas masalah yang satu ini, mendadak muncul masalah baru, dan itu terjadi pada Iwan dan Atika. Tubuh keduanya bergetar, lalu mereka bersamaan menangis. Itu terjadi saat salah satu tangan Ikhwan tak sengaja menyentuh Atika dan Iwan ketika mereka berusaha menenangkannya. Dari kontak tubuh yang tak sengaja itulah tiba-tiba mereka mengalami perubahan tersebut.

 

Karena takut mengalami hal serupa, aku pun tak berani menyentuh mereka. Namun suara gaduh dari orang menangis, mengerang, sampai suara tangisan maupun cakaran seekor anjing, belum juga berakhir. Tak ada jalan lain kecuali harus membuang ilmu yang ada pada diri Ikhwan. Dan itulah yang dilakukan oleh Bang Nyam Nyam.

 

Lima belas menit kemudian Bang Nyam Nyam berhasil mengeluarkan jin tersebut dari tubuh Ikhwan dan kemudian Ikhwan pingsan. Karena takut tamu-tamu tak diundang tersebut masuk ke dalam tubuh Ikhwan, Bang Nyam Nyam segera memagarnya dengan pagar gaib.

 

Aneh, situasi yang tadinya penuh keributan berubah menjadi hening. Tak ada lagi suara anjing menangis maupun mencakar dinding, dan tak ada lagi suara tangisan dari sahabatku, Atika dan Iwan. Semuanya kembali seperti sediakala.

 

Beberapa menit kemudian, setelah Bang Nyam Nyam mengusapkan air penawar pada wajahnya, Ikhwan pun sadar. Bang Nyam Nyam segera menyuruhnya untuk shalat.

 

Bang Nyam Nyam lalu menjelaskan bahwa ada sekitar belasan pengawal kerajaan yang datang. “Bukan untuk mengganggu kalian. Namun mereka merasa terusik dengan kehadiran jin yang ada dalam tubuh Ikhwan, sobat kita. Dan jin tersebut telah dibawa oleh pengawal-pengawal tersebut ke Kerajaan Paloh.”

 

Peristiwa tersebut memang aneh. Meskipun berlangsung cukup lama hingga beberapa jam namun tak satu pun penghuni rumah maupun para tetangga yang mendengarnya. Padahal suara keributan tersebut terdengar sangat kuat di telinga kami. Namun begitulah adanya… Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!