Petualangan Astral: SITUS GUNUNG PADANG
Gunung Padang… Situs megalitikum Gunung Padang terletak di desa Karyamukti, kecamatan Campaka, Kabupaten Clanjur, Jawa Barat. Luas keseluruhan area situs mencapai 3 hektar.
Ditemukan pada tahun 1891 oleh eorang Geolog dan Naturalis asal Belanda, Rogier DM Verbeek. Sayangnya keberadaan situs ini terlupakan hingga ditemukan kembali di tahun 1979.
Para arkeolog menilai bahwa bangunan yang berada di atas Gunung Padang dulunya berupa punden berundak atau teras bertingkat. Terdapat 5 teras yang masing-masing terasnya terdiri dari batuan-batuan andesit yang beratnya mencapai ratusan kilogram. Salah satu hal menarik di teras pertama adalah batu gamelan yang bisa mengeluarkan nada-nada berbeda saat dipukul.
Gunung Padang merupakan sebuah peninggalan bersejarah yang jauh lebih tua dari piramida-piramida yang ada di Giza. Bagian tertua dari Gunung Padang diperkirakan sudah ada sejak lebih dari 24.000 tahun sebelum Masehi.
Fakta ini tentu mengejutkan dan membingungkan banyak pihak. Bagaimana mungkin peradaban Gunung Padang jauh lebih tua dari keberadaan Adam yang diklaim manusia pertama di Bumi, yang diperkirakan ada di Bumi pada tahun 5872 sebelum Masehi?
Ini akan sulit dipahami jika kita menganggap bahwa diri kita hanya satu-satunya jenis manusia yang ada di planet Bumi. Berbeda halnya jika kita mau berpikiran terbuka dan menerima kemungkinan akan adanya jenis manusia lain selain kita.
Menelusuri rahasia yang ada di Gunung Padang menjadi sesuatu yang mengesankan bagiku. Pertama, karena tempat ini merupakan situs megalitikum terbesar di dunia. Kedua, tidak mudah menguak rahasia yang berada di dalamnya. Ketiga, Gunung Padang adalah salah satu motivasi terbesarku untuk mempelajari astral projection.
Aku masih ingat saat pertama kali mengunjungi Gunung Padang secara astral. Tepatnya sekitar satu bulan setelah astral sense-ku aktif. Saat itu, komunitas yang kuikuti membuat sebuah event “Astral (Va)cation” ke tempat tersebut. Cukup banyak peserta yang bergabung mengikuti event ini.
Untuk kali pertama, aku merasa kesulitan menuju suatu tempat yang ingin kudatangi secara astral. Beberapa menit setelah event dimulai, aku merasa terjebak di sebuah tempat yang gelap. Setelah mencoba menenangkan diri, aku mencoba meminta bantuan tim penyelenggara event untuk menarikku ke tempat tujuan. Seseorang datang dan mengantarkanku hingga ke tempat tujuan. Barulah aku merasa tiba di Gunung Padang secara real time.
Suasana sekitar cenderung gelap. Objek-objek yang kulihat masih bisa tampak meskipun hanya sedikit. Ada beberapa orang yang kurasa rombongan yang sama dari event ini. Kusapukan pandangan ke sekeliling, namun yang kulihat hanya bebatuan tak beraturan yang ada di tanah.
Saat aku menengadahkan kepala ke arah langit, terlihat seekor naga hijau dengan tubuhnya yang begitu panjang. Jika diperhatikan, naga hijau itu tubuhnya kurus, tapi benar-benar panjang. Aku tidak merasakan ada atensi buruk darinya, maka dari itu aku biarkan saja naga itu.
Tak berapa lama, muncul sebuah lubang pintu yang tak memiliki daun pintu dengan bagian atasnya seperti kubah. Aku pun masuk ke lubang tersebut hingga merasa tidak lagi berada di Gunung Padang secara real time.
Tampak suasana langit pagi yang cerah. Aku seperti berada di sebuah lembah dengan beberapa gerbang batu yang begitu tingginya. Di titik inilah visual yang kulihat seolah berputar-putar dan membuat kepalaku pusing dibuatnya. Aku mencoba kembali ke Kendan untuk mengakses energi kalibrasi.
Energi kalibrasi yang berasal dari Inner core Kendan memiliki fungsi mengoptimalkan energi dalam tubuh, meminimalisir faktor-faktor penghambat yang menyebabkan ketidakakuratan atau ketidaksesuaian yang tidak diharapkan.
Setelah selesai mengakses energi tersebut dan berniat untuk menelusuri kembali visual yang terakhir kudapat, lagi-lagi semuanya terasa berputar. Hatiku bertanya-tanya, kenapa bisa sampai seperti ini, padahal sebelum-sebelumnya relatif — lancar melakukan perjalanan astral. Muncul sebuah jawaban suara dalam batinku: “energi tidak stabil”.
Akhirnya kuputuskan untuk berhenti melakukan astral projection. Bukan hanya merasa pusing, tapi aku pun merasa energiku banyak sekali terkuras. Melelahkan sekali rasanya.
Jujur saja saat itu aku merasa kecewa karena tidak berhasil mengunjungi tempat yang begitu ingin kukunjungi sejak lama. Setelah event berakhir, aku membaca pengalaman peserta-peserta lainnya ternyata beberapa di antara mereka mengalami hal yang sama seperti yang kurasakan. Maka dari itu kutunda keinginanku untuk menelusurinya.
Selang kurang lebih 9 bulan lamanya, aku berniat untuk kembali melanjutkan penelusuranku ke Gunung Padang. Guru Ramadhita memberikanku sebuah cincin emas yang katanya akan bisa membantuku mengakses rahasia terdalam di situs megalitikum tersebut.
Cincin emas ini justru pertama kali kugunakan ketika melakukan perjalanan ke Borobudur. Aku tak menyangka cincin emas itu ternyata sebuah stargate yang bisa membantuku berpindah ke tempat yang kuinginkan.
Guntrasaka dan Mynthalla menemaniku menuju Gunung Padang. Kami tiba di sana secara real time tanpa kesulitan pada waktu siang hari. Kemudian kami pun menembus bagian dalam gunung ini yang ternyata terdapat sebuah ruangan di dalamnya. Aku bisa melihat sebuah ruangan yang dinding-dindingnya terbuat dari batu. Terdapat juga sebuah celah kecil yang membuat sinar matahari bisa menembus ke dalam ruangan ini.
Di bagian lantai ruangan tersebut ada sebuah tablet batu berbentuk lingkaran yang memiliki pola tertentu. Bagian terluar batu memiliki motif garisgaris seperti merepresentasikan sebuah simbol cahaya matahari. Cincin yang kudapat dari guru Ramaditha tiba-tiba membesar seukuran tablet batu dan bergerak. Seolah seperti kunci yang membukakan sebuah pintu.
Sebuah dimensi baru terbuka. Dimensi yang penuh dengan cahaya menyilaukan. Tak ada yang bisa kulihat kecuali cahaya yang memenuhi seluruh dimensi yang kami masuki. Tak lama kemudian, kami pun berada di sebuah padang rumput yang luas. Seorang pria mengenakan sebuah kain merah menutupi tubuhnya, seperti sebuah poncho yang berasal dari Meksiko. Kami pun mendekat ke arahnya, menyapa dan mengucapkan salam.
“Apakah Anda yang menjaga tempat ini?” Kulihat sikapnya begitu kaku. Tampak juga sedikit ekspresi kekhawatiran di wajahnya.
“Benar.”
“Kami ingin sekali memasuki area utama dan terpenting dari peradaban Gunung Padang ini. Apa boleh?”
“Tidak. Rahasia terdalam dari tempat ini harus kami lindungi,” katanya memberikan sedikit alasan penolakannya.
“Kenapa?”
“Kami khawatir kalian bangsa manusia Bumi akan menyalahgunakannya.”
Keningku berkerut. Memangnya rahasia apa yang ada di sini? Mengapa ia begitu khawatir kalau kami sampai mengetahuinya? Tiba-tiba saja muncul sebuah vision yang menggambarkan keadaan punden berundak di bagian atas Gunung Padang yang dihancurkan oleh seorang pria yang melayang di udara. Ia menghantamkan energi yang besar sehingga batu-batu pada punden berundak berantakan tak beraturan.
Anehnya, impresi yang terpancar darinya bukan impresi kejahatan. Aku malah merasakan ia menghancurkan bangunan yang berdiri di atas Gunung Padang atas dasar tujuan kebaikan. Aku mendapat kesan bahwa apa yang dilakukan si pria itu pun demi melindungi apa yang ada di bawah bangunan yang dihancurkannya.
“Tapi aku merasa bangsa manusia Bumi akan sangat membutuhkan apa yang ada di sini, kumohon izinkan kami bisa mengakses peradaban tertinggi yang ada di sini,” desakku pada pria yang memakai kain poncho. Namun tetap saja ia menolak permintaanku.
“Begini. Mau tidak mau, suatu hari nanti peradaban di sini akan terungkap, bukan?” tanyaku.
“Karena kurasa begitulah takdirnya. Lantas jika tidak sekarang, kapan lagi? Sementara kondisi manusia sekarang begitu menyedihkan.” Aku mencoba memberikan visual pada pria tersebut atas banyaknya kejadian mengerikan yang dilakukan oleh manusia saat ini. Pembunuhan dilakukan semakin sadis dari waktu ke waktu. Norma kemanusiaan berada di level yang begitu rendah. Banyak orang yang gelap mata, termakan oleh emosi yang berada dalam diri. Tenggelam dalam keserakahan yang membuat mereka menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang ingin mereka punya.
“Sudah saatnya manusia kembali tercerahkan sebagaimana yang dirasakan oleh peradaban di masa lalu. Peradaban bangsa Lemurian yang salah satu peninggalan terbesarnya ada di tempat ini.”
Pria itu terdiam. Sepertinya kata-kataku yang barusan bisa membuatnya mengerti pentingnya membuka akses rahasia pengetahuan peradaban dan berbagai hal yang pernah dimiliki bangsa Lemurian di masa lalu.
“Jika Anda khawatir apa yang ada di sini akan disalahgunakan oleh orang-orang yang salah, orangorang jahat, maka kita bisa membuat sistem filter agar orang-orang seperti ini tidak mampu mengakses apa pun yang berasal dari Gunung Padang ini. Bagaimana?”
“Baiklah, aku akan membuka akses tempat ini,” ungkapnya singkat.
Perjalananku ke Gunung Padang tersebut dan mendapatkan izin akses ke tempat tersebut dilakukan pada tanggal 25 Juni 2023. Menariknya sejak saat itu (setidaknya sampai catatan ini selesai ditulis di pekan ketiga bulan Juli 2023), aku selalu mendapatkan berita tentang Gunung Padang setiap hari yang muncul di feed berita browser yang ada di handphone-ku.
Dengan kejadian ini, kurasa akan semakin banyak orang dari seluruh dunia mengunjungi Gunung Padang. Suatu hari nanti, mungkin Gunung Padang akan lebih terkenal daripada Piramida Giza, Mesir.
Semoga saja bagian dalam dari Gunung Padang ini bisa diekskavasi pada tahap lanjutan. Meski tentunya akan memakan waktu yang cukup lama, serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun semuanya akan terbayar saat rahasia-rahasia teknologi luar biasa peninggalan bangsa Lemurian bisa terkuak.
Banyak yang mengatakan, Gunung Padang ini sangat berkitan dengan matahari. Setelah kucoba menelusuri maksudnya, aku mendapatkan sebuah vision orang-orang yang memanfaatkan energi matahari sebagai sumber energi utama yang dimanfaatkan oleh bangsa Lemurian. Mereka memiliki teknologi yang bisa mengubah energi matahari menjadi berbagai jenis energi yang mereka butuhkan dalam keseharian.
Matahari dipilih karena ia merupakan bintang induk dari sistem tata surya. Selain itu, matahari memiliki energi yang sangat besar, sehingga energienergi tersebut dimanfaatkan sebagai penopang kehidupan mereka.
Aku melihat batuan-batuan yang ada di Gunung Padang mampu menyerap dan menyimpan energi sehingga mampu mengeluarkan cahaya ketika di malam hari. Seperti lampu yang mampu menerangi bagian sekitarnya. Cahaya kebiruan yang keluar dari batu-batu ini yang mampu terlihat hingga puluhan kilometer. Benar-benar sebuah pemandangan yang menakjubkan!
Bangsa Lemurian membuat simbol dari bentuk matahari untuk mewakili kesadaran mereka yang sudah sangat tinggi. Mereka adalah bangsa yang memiliki peradaban modern serta nilai-nilai spiritualitas yang begitu luhur. Mereka adalah manusia-manusia yang telah tercerahkan.
Aku sangat menantikan hari di saat manusia Bumi satu per satu akan naik level kesadarannya. Semoga dengan semakin terkuaknya rahasia-rahasia di balik Gunung Padang, semakin banyak manusia yang tercerahkan. Sehingga kita pun bisa melihat kehidupan secara lebih utuh. Menciptakan kedamaian, keharmonisan, serta ketentraman di planet Bumi yang kita cintai ini.

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.
MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.
KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.
ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817
PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!