Kisah Mistis: DIBERI PUSAKA RAJA ORANG BUNIAN

0
20

Kisah Mistis: DIBERI PUSAKA RAJA ORANG BUNIAN

MAKAM TUA BERUSIA LEBIH 300 TAHUN ITU TERNYATA ADALAH KUBURAN WAN SALEH. DIA ADALAH SEORANG TOKOH SAKTI YANG BERASAL DARI MAJAPAHIT. LEWAT TAPANYA, DIA BERHASIL MENDAPATKAN KERIS DARI RAJA ORANG BUNIAN. HINGGA KINI, KERIS ITU MASIH ADA. LANTAS, SEPERTI APA KISAHNYA…

 

SEBAGIAN besar masyarakat Desa Limbung, Kecamatan Sei Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimatan Barat, tempat makam ini diketemukan belum mengetahui secara pasti siapa gerangan yang terkubur di balik makam tersebut. Buktinya, setiap kali bertanya kepada mereka tentang seluk beluk makam itu, kebanyakan warga hanya memberi jawaban: Tidak tahu.

 

“Kalau letak makam, kami semua sudah tahu. Tapi kalau ditanya makam siapa, kami benar-benar tidak tahu,” demikian ujar salah seorang warga ketika ditanyai penulis.

 

Para generasi tua yang tinggal di tempat itu merupakan saksi kunci untuk mendapatkan benang merah dari perjalanan hidup dari jasad yang terkubur itu. Namun sayang, banyak generasi tua yang telah meninggal dunia. Karena itu, tidak mengherankan jika sampai detik ini makam yang dibangun di atas tanah seluas 6 kali 8 meter persegi itu masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Makam tersebut berada sekitar tiga puluh meter dari tepian sungai Kapuas dan dikelilingi pemukiman penduduk yang cukup padat. Meski demikian, suasana yang ditampilkan begitu sepi dan lengang serta lebih memberikan kesan angker. Maklum saja, di sekitarnya memang banyak ditumbuhi pohon-pohon besar dan rindang.

 

Nisan makam tua ini terbuat dari batu yang tentu saja sangat berbeda dengan nisan-nisan pada umumnya. Karena itu dapat diperkirakan bahwa makam yang memiliki panjang kurang lebih dua meter itu sudah berumur sekitar ratusan tahun. Jelas pula bukan termasuk makam orang sembarangan. Kuat dugaan, itu adalah makam seorang pesohor atau tokoh terkemuka yang hidup di masa lampau.

 

Sayangnya, untuk menelusuri seluk beluk makam itu ibarat mencari jarum dalam jerami. Sangat sulit dan memakan waktu. Beruntung, setelah beberapa hari melakukan penelisikan, penulis bertemu dengan beberapa orang anak muda yang mengaku sebagai keturunan penduduk asli setempat. Mereka menyarankan agar penulis menemui Hajjah Nurilan. Satu satunya generasi tua yang masih tersisa di tempat itu, yang kini usianya sudah 89 tahun.

 

Saat bertemu dan berkomunikasi dengan Nek Nurilan, begitu perempuan renta itu biasa disapa, satu hal yang membuat penulis terkagum-kagum adalah ingatannya yang masit sangat tajam, meski usianya sudah tergolong uzur. Buktinya, ketika penulis mencoba mengajaknya mengenang kembali memori lam: tentang perjalanan hidupnya, dengan mudah dirinya membuka cerita. Dia menyebutkan, di masa lampau, kawasan perkampungan itu masih merupakan hutan belantara yang sangat angker.

 

Menurutnya pula, makam yang sampai detik ini masih menjadi misteri di kalangan masyarakat itu sesungguhnya adalah makam seorang pendekar pilih tanding dan juga seorang dukun sakti. Sang tokoh bernama Wan Saleh. Dia berasal dari kepulauan Belitung.

 

“Ilmunya memang terkenal sangat tinggi. Ketika itu, karena itulah dirinya begitu disegani dan ditakuti tidak saja oleh masyarakat tapi juga oleh para pendekar lainnya,” papar Nek Nurilan dalam bahasa daerah setempat.

 

Dia juga menyebutkan, bahwa sebuah makam lain yang berada di samping makam Wan Saleh adalah makam istrinya yang bernama Akim, seorang wanita keturunan Tionghoa.

 

“Kedua makam tersebut memang sudah ada sebelum tiga generasi lahir. Diperkirakan usia makam sekitar kurang lebih tiga ratus tahun. Namun karena keturunannya banyak yang telah wafat, jadi sejarahnya pun terputus. Itu sebabnya banyak orang yang tak tahu seluk belum makam tersebut,” terangnya terbata-bata.

 

Nek Nurilan mengenang jauh sebelumnya kondisi makam tersebut sangat berbeda dengan apa yang terlihat sekarang ini. Dulu, nisan makam hanya terbuat dari potongan kayu. Kemudian, oleh masyarakat setempat nisan tersebut diganti dengan batu yang dibentuk dengan sedemikian rupa hingga menyerupai sebuah nisan pada umumnya. Hal itu dilakukan kerena peristiwa aneh yang pernah terjadi di makam tersebut. Entah karena sebab apa, tibatiba, tanah di atas makam Wan Saleh tercungkil keluar hingga menyebabkan kedua nisan pun ikut tumbang.

 

Karena kejadian yang tak biasa itu hampir seluruh warga di sekitar menjadi panik. Setelah mendapat alamat lewat mimpi, barulah diketahui maksud dari peristiwa tersebut. Ternyata sang dukun marah besar karena sudah sekian puluh tahun tak ada satu warga yang mau merawat makamnya. Karena takut terjadi hal-hal yang tak dinginkan, maka, para warga pun berinisiatif untuk mengabulkan permintaan gaib sang dukun.

 

“Memang ajaib, setelah nenek merawat dan menjaga makam tersebut, tapi itu dulu, tak pernah lagi terjadi peristiwa aneh di sekitar makam tersebut,” tuturnya.

 

Berita tentang keanehan yang terjadi di makam tersebut pun menyebar sampai ke telinga masyarakat luas. Tak pelak, makam pun tak henti-hentinya didatangi orang-orang tak dikenal yang berasal dari jauh. Tujuan mereka pun bermacam-macam. Ada yang sekadar berziarah, namun tak sedikit yang mengadu peruntungan dengan menggelar ritual di tempat itu. Mulai dari masalah masalah rumah tangga sampai masalah keilmuan tak luput dari tujuan mereka yang datang ke makam tersebut.

 

“Namun berhasil tidaknya hajat itu tergantung keyakinan mereka dan kehendak Allah SWT. Tapi banyak yang mengaku berhasil. Salah satunya adalah saudara nenek sendiri yang pernah meminta ilmu perdukunan di makam tersebut,” tutur nenek yang hobinya makan sirih itu. Namun saat ditanya darimana Wan Saleh mendapatkan ilmu kanuragan dan perdukunan, Nek Nurilan tak mampu untuk menjawabnya.

 

“Nenek tak punya hak. Yang harus menjawab pertanyaan itu adalah keturunan langsung dari Wan Saleh,” dalihnya.

 

Setelah mendapatkan petunjuk dari Nek Nurilan, Misteri pun meneruskan penelisikan dengan menemui seseorang yang dikatakan merupakan satu-satunya keturunan Wan Saleh yang masih hidup. Dia bernama Siti Hawa, 79 tahun. Disebutkan, nenek ini merupakan generasi keenam Wan Saleh yang juga mempunyai kemampuan dalam hal ilmu pengobatan.

 

Dalam perbincangan dengan penulis, Nek Hawa menuturkan bahwa ketika pertama kali Wan Saleh menginjakan kakinya di tanah Kalimantan, dirinya memang sudah memiliki ilmu kanuragan. “Kalau ditanya bagaimana mendapatkannya, kemungkinan besar ada hubungannya dengan asal-usul beliau,” ucapnya.

 

Wan Saleh memang berasal dari pulau Karin, Belitung, namun siapa sangka dalam tubuhnya mengalir darah Jawa yang begitu kental. Karena jika dilihat dari silsilahnya, ternyata, tokoh ini merupakan generasi dari seorang pendekar pilih tanding yang hidup di zaman Majapahit. Hal ini terbukti dari adat istiadat yang dibawanya secara turun temurun. Salah satunya adalah kesenian wayang kulit. Bahkan, dulu, ketika masih ada perangkat wayang tersebut sangat dikeramatkan.

 

Menurut Nek Hawa, wayang tersebut bukanlah wayang sembarangan, namun memiliki kekuatan magis yang cukup besar. Maka dari itu, wayang yang merupakan peninggalan nenek moyangnya itu selalu menjadi syarat mutlak di dalam mengisi setiap perayaan besar, seperti pernikahan dan sunatan. Bagi keturunan Wan Saleh yang akan melangsungkan pernikahan, misalnya, di dalam perayaan tersebut pihak yang berhajat diharuskan mengisinya dengan pagelaran wayang kulit. Hal itu bertujuan sebagai tolak bala. Agar nantinya pasangan suami istri terhindar dari masalah masalah dan gangguan roh jahat sehingga dapat hidup langgeng sampai akhir hayat.

 

Namun bagi keturunan Wan Saleh yang tidak mampu, cukuplah mandi dan minum dengan air rendaman wayang kulit itu.

 

“Namun sayang, kerena tak pernah dirawat dengan semestinya wayang peninggalan leluhur itu pun raib entah kemana,” tutur Nek Hawa. Memang sangat disayangkan, karena hilangnya wayang kulit sebagai satu-satunya peninggalan leluhur tersebut berarti mati pula suatu tradisi.

 

Selain memiliki ilmu kanuragan yang diwariskan langsung dari orang tuanya menurut Nek Hawa, Wan Saleh juga memiliki kemampuan dalam hal ilmu pengobatan. Namun ilmu tersebut tidaklah serta merta dibawanya dari tanah kelahirannya, melainkan didapat setelah dirinya berada di Kalimantan.

 

Cerita itu berawal ketika cintanya ditolak dan bahkan dihina oleh seorang wanita keturunan Tionghoa. Hal ini mengakibatkan Wan Saleh yang memiliki tubuh kecil dan berkulit hitam dengan tampang pas-pasan itu jadi sakit hati. Dia pun bersumpah di hadapan wanita tersebut dengan berkata begini: “Hatiku sudah sangat sakit. Bagaimana pun caranya, kelak kamu akan menjadi isteriku.”

 

Kata-kata itu bukanlah sebuah gertak sambal semata, tapi benar-benar dibuktikannya. Selama beberapa waktu Wan Saleh menghilang dari perkampungan. Dia pergi ke hutan belantara yang terkenal dengan orang buniannya. Tujuannya tak lain adalah untuk melakukan tapa brata, dan menuntut ilmu perdukunan guna mewujudkan mimpinya memperisteri wanita yang telah menolak cintanya mentah-mentah.

 

Selama mengasingkan diri di dalam hutan, bermacam-macam ujian dan cobaan pun dialaminya. Namun Wan Saleh mampu melewati satu demi satu ujian tersebut. Hingga sampailah pada suatu ketika, tiba-tiba dirinya dikeiutkan oleh kedatangan seorang kakek berjubah putih dengan rambut dan jenggot yang telah memutih pula. Pada tangannya tergenggam bungkusan yang terbuat dari bahan kain berwarna kuning. Si kakek misterius yang diyakini sebagai raja Orang Bunian itu memberikan bungkusan di tangannya kepada Wan Saleh yang duduk bersila.

 

Keanehan pun terjadi tatkala Wan Saleh menerima bungkusan itu. Tubuhnya bergetar sangat hebat. Dan seketika itu juga dirinya merasakan ada suatu energi menyelinap masuk ke dalam tubuhnya. Tak lama kemudian, Wan Saleh pun jatuh tersungkur tak sadarkan diri.

 

Hari berikutnya, saat Wan Saleh sudah barda di rumahnya, alamat pun didapatkannya lewat mimpi. Dalam mimpinya si kakek misterius datang dan memberitahukan perihal barang yang ada di dalam bungkusan tersebut. Ternyata, benda itu adalah sebuah keris pusaka yang mempunyai kekuatan ganda. Selain berfungsi sebagai pemikat juga dapat dijadikar alat deteksi terhadap keberadaan penyakit pada seseorang sekaligus cara mengobatinya. Tak lupa pula si kakek mengingatkan kepada Wan Saleh agar keris pusaka tersebut dirawat dengan semestinya, dan jangan sampai diberikan kepada orang yang bukan keturunannya.

 

Setelah mengetahui kelebihan keris itu, Wan Saleh pun berniat melamar kembali wanita yanc pernah menghinanya dulu. Alhasil, lamaran pun langsung diterima tanpa menemukan kesulitan yang berarti. Akhirnya, keduanya hidup bahagia sebagai suami-istri.

 

Menurut Nek Hawa, keris yang diperoleh Wan Saleh dari tapanya itu memang memiliki kekuatan yang luar biasa. Selama berada di tangan Wan Saleh, khodam keris itu mampu memberitahukan bila ada seseorang yang tengah menderita sakit.

 

“Dulu keris itu saya yang mewarisinya. Sayang, saya tidak bisa menjaga amanat tersebut,” aku Nek Hawa dengan wajah bersemburat duka. Kabarnya, karena kelalaian si nenek, keris tersebut pernah pindah tangan pada seorang dukun yang bukan keturunan Wan Saleh. Karena itulah, khodam pada keris itu akhirnya pergi entah kemana.

 

“Saat keris itu hilang, Wan Saleh datang dalam mimpi dan marah pada nenek. Dia menyuruh nenek untuk mengambil kembali keris pusaka tersebut yang ternyata kondisinya sudah tak utuh lagi. Atas petunjuk beliau pulalah kemudian keris tersebut pun nenek serahkan kepada cucu nenek supaya dijaga dan dirawat dengan semestinya,” tuturnya.

 

Sejatinya, keris pusaka itu terbuat dari bahan besi tuang dengan panjang kurang lebih 30 centimeter. Berbadan agak lebar, dan memiliki lekuk di satu sisinya. Meski gagang dan sarungnya sudah tidak ada lagi, namun penampilannya masih tampak garang. Dan siapa sangka keris yang diperoleh dari Orang Bunian dan dinyatakan sudah tidak memiliki kekuatan lagi itu telah mengalami suatu keanehan. Anehnya lagi, hal ini baru diketahui M. Saparudin, 30 tahun, cucu Nek Hindun, saat penulis akan mengambil gambar benda yang berusia sangat tua itu.

 

Aneh, memang. Bilah keris mendadak masih terlihat utuh seperti sediakala. Padahal menurut M. Saparudin, sang pewaris yang dipercaya menjaga keris itu, semula kondisinya sudah tidak utuh lagi. Saat dikeluarkan dari dalam balutan kain kuning sebagai pembungkusnya dapat dirasakan betapa bilah keris tersebut patah menjadi beberapa bagian. Karena itulah, M. Saparudin maupun neneknya tidak berani membuka apalagi mengeluarkan benda pusaka tersebut dari dalam pembungkusnya.

 

“Memang selama keris itu berada di tangan saya, tubuh saya sering mengalami perubahan-perubahan aneh. Seperti ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuh kemudian bersemayam di dalamnya. Mulai dari situlah tiba-tiba saya memiliki kemampuan mengobati orang sakit. Dan perihal perubahan pada keris, kemungkinan besar karena faktor kembalinya keris tersebut kepada turunan Wan Saleh,” demikian tutur lelaki yang juga berprofesi sebagai guru SMP swasta itu. Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!