Kisah Mistis: PESUGIHAN SILUMAN ULAR

0
21

Kisah Mistis: PESUGIHAN SILUMAN ULAR

KARENA TERUS DIHINA OLEH KELUARGA KEKASIHNYA, SEORANG PEMUDA NEKAT BERSEKUTU DENGAN ULAR SILUMAN YANG BERNAMA DEWI SRI GUNTING, TUJUANNYA HANYA SATU, AGAR DIA BISA MEMINANG SANG KEKASIH YANG ADALAH PUTERI DARI SEBUAH KELUARGA KAYA ITU, LANTAS, APA YANG TERJADI SELANJUTNYA…

 

mendapatkan kisah ini dari seorang pemuda yang sebut saja dengan nama Rio. Karena cintanya yang teramat besar pada sang kekasih, dia nyaris menjadi abdi setan di alam kegelapan. Dan berikut rangkuman kisahnya…:

 

Dia terlahir dari kalangan keluarga yang sangat bersahaja, bahkan boleh dikatakan miskin. Namun demikian, Rio patut bersyukur sebab dianugerahi wajah yang cukup tampan, Karena itu, tidak mengherankan jika banyak anak gadis yang kepincut danjatuh cinta kepadanya. Namun, Rio bukanlah seorang yang aji mumpung. Dia tak pernah memanfaatkan gadis-gadis itu untuk memuaskan dirinya.

 

Justeru, Rio kerap merasa takut jatuh cinta, sebab dia sadar sepenuhnya bahwa cinta itu membutuhkan biaya yang besar. Terlebih di tengah situasi zaman seperti sekarang ini.

 

Walau harus menjalani keadaan yang serba kekurangan, Rio juga patut bersyukur sebab dia bisa menamatkan sekolahnya hingga SMA. Selepas SMA, Rio memilih bekerja, meski sebenarnya dia sangat ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Namun, betapapun minat masuk ke perguruan tinggi begitu menggebu-gebu, namun apa daya, kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan membuat Rio harus mengubur mimpinya itu.

 

Dia mulai menjalani hari-harinya sebagai seorang buruh kasar di sebuah pabrik. Ketika masa-masa keprihatinan menyelimuti kehidupannya, justru di saat yang sama Rio berkenalan dengan seorang gadis yang sangat cantik. Lucy, namanya.

 

Dilihat dari status sosialnya, Lucy bukanlah gadis dari kalangan biasa. Ayahnya adalah seorang pejabat pentin di sebuah intansi pemerintah, sedangkan ibunya seorang pengusaha yang cukup berha: Tak mengherankan jika keluarga Lucy hidup dalam gelimang kemewahan. Kenyataan ini jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh Ri

 

Laksana badai, cinta memang bisa datang kapan saja. Cinta juga sejatinya tak pernah memandang kasta dan status sosial. Namun itu hanyalah kata indah pelipur lara. Buktinya, cinta kedua insan yang berbeda status sosial ekonomi ini melahirkan jurang pemisah yang cukup dalam. Tidak jarang penghinaan dan sindiran-sindiran menyakitkan dilontarkan oleh orang tua Lucy yang merasa berdarah biru, terhadap kemiskinan keluarga Rio. Ini terjadi ketika Rio memberanikan diri memenuhi ajakar Lucy untuk singgah di rumahnya.

 

“Sejak kapan kau kenal dengan anak, Oom?” Tanya ayahnya Lucy sambil terus membaca koran, seolah tak menganggap Rio ada di hadapannya.

 

“Sudah lama juga, Oom!” Jawab Rio.

 

“Apa kamu pikir kamu ini pantas berteman dengan Lucy?”

 

Rio terdiam sambil merasakan dadanya yang nyeri.

 

“Untuk masuk ke rumahku yang mewah ini saja kelihatan gugup, bagaimana nanti engkau bisa membahagiakan Lucy. Asal tahu saja, anakku tak mungkin bisa tinggal di lingkungan perumahan kumuh seperti rumah orang tuamu itu!”

 

Ah, ingin rasanya Rio segera beranjak pergi dari hadapan manusia sombong itu. Tapi, dia tidak boleh mengecewakan Lucy yang waktu itu tengah membuatkan minum untuknya.

 

Tak lama kemudian Lucy muncul sambil membawa minuman di atas nampan. Sambil senyum dia menghidangkan minuman dingin itu di hadapan Rio dan menawarinya.

 

“Wah, hebat sekali! Tidak pernah Papa melihat engkau begitu hormat kepada tamu,” kata sang ayah, menyindir.

 

Lucy diam. Begitu juga Rio….

 

Itulah kejadian menyakitkan di saat pertama Rio berkunjung ke rumah kekasihnya. Lucy yang polos memang seolah menutup mata atas penghinaan orang tuanya kepada Rio.

 

Berulang kali hal itu terjadi, sampai akhirnya nestapa dan sakit hati menumbuhkan dendam kesumat yang bertubi-tubi. Hal inilah yang memutuskan Rio untuk menempuh cara-cara di luar norma-norma agama. Pilihannya adalah bersekutu dengan Dewi Sri Gunting. Dengan pesugihan ini dia berharap bisa merubah kemiskinannya menjadi orang yang kaya raya.

 

Ya, Rio memang pernah mendengar cerita tentang pesugihan ini dari salah seorang karibnya. Baginya, hanya inilah cara untuk membalaskan sakit hatinya kepada orang tua Lucy.

 

Tekad yang bulat mendorong Rio untuk menelusuri desa-desa di sepanjang Pantura, guna mencari sang kuncen Pesugihan Dewi Sri Gunting berada. Berkat bantuan seorang penduduk suatu desa, akhirnya, dia berhasil menemukan kediaman sang kuncen yang berdomisili di pingiran desa di seputar kawasan Cirebon.

 

Setelah mengutarakan maksud dan tekadnya, bersama sang kuncen Rio melaksakan ritual sambi tak lupa menyiapkan ubo rampe-nya. Namun apa mau dikata, ritual yang dilakukan sang kuncen tidak berhasil. Sang Dewi Sri Gunting menolak bersekutu dengan Rio.

 

Menurut sang kuncen, masih diperlukan waktu dan kesabaran, sebab memang belum jodohnya dengan Rio. Karena gagal, akhirnya Rio pulang ke Depok, Jawa Barat, dengan tangan hampa.

 

Kegagalan pertama tidak lantas membuat Rio berputus asa. Beberapa minggu berikutnya dia kembali menjumpai sang kuncen. Bahkan, kali ini dia tidak datang sendiri. Waktu itu, dia malam nekad mengikutsertakan Lucy. “Aku tidak tahan menghadapi penghinaan ayah, ibu, serta kakak-kakakmu, Lucy! Karena itulah kau harus membantuku,” bujuk Rio saat

 

Lucy mengetahui niatnya.

 

“Tapi ini tidak baik, Rio!” Tolak cewek berkulit putih mulus itu.

 

“Aku tahu! Tapi ini hanya sementara. Aku hanya ingin punya uang banyak dalam waktu singkat. Dengan cara itu aku bisa melamarmu!” Tandas Rio. Kali ini Lucy hanya diam dan pasrah.

 

Yang terjadi selanjutnya, dengan berbagai pernyataan Rio dan Lucy bahwa mereka sudah bertekad bulat, tidak menyesal, dan bersedia memenuhi semua persyaratan yang diminta sang Dewi Rengganis, akhirnya, dengan perantaraan sang kuncen persekutuan Rio dengan makhluk alam gaib itupun terkabul juga.

 

“Sampean sudah berjodoh. Apapun yang akan terjadi adalah urusan dan tanggung jawab sampean sendiri. Namun, demikian kalau ada sesuatu yang perlu dibantu silankan datang ke rumah saya lagi,” papar sang kuncen sebelum hari itu Rio pamit padanya. Di saat yang sama, memang ada beberapa pesan sang kuncen yang harus dilakukan Rio sesampainya di Jakarta.

 

Setibanya di Depok, persisnya di sebuah Desa tempatnya tinggal, Rio segera berupaya mengaplikasikan pesan-pesan sang kucen. Seperti, menyiapkan kamar khusus serba tertutup tanpa ventilasi, juga tanpa jendela.

 

Di kamar ini dia juga harus menyiapkan meja kecil dengan laci yang bisa ditutup dan dibuka sebagai wadah penyimpanan uang. Tak hanya itu, alas tidur yang disiapkannya juga cukup beralaskan tikar pandan saja, tidak diperlukan bantal atau kasur, apalagi cahaya lampu.

 

Setelah sarana dan prasarana yang dipesankan sang kuncen selesai, Rio pun menunggu datangnya malam Jum’at Kliwon. Seperti yang dijanjikan sang kuncen, tepat dentangan lonceng pukul dua belas malam, maka, di malam keramat itu akan datang seorang wanita cantik berkebaya. Sang Dewi muncul di ujung teras, lalu memberi salam, “Selamat malam, Kang Mas!”

 

Hal yang sejatinya musykil itu memang sungguh-sungguh terjadi. Sang Dewi memang muncul mendekati pukul 01 dinihari. Rio terkesima menatapi sang Dewi yang jelita tiada tara. Setelah itu dia lalu mempersilahkannya masuk ke kamar khusus yang memang sudah dipersiapkannya. Tentu saja, tak ada seorang pun yang tahu adegan pertemuan antara dua makhluk yang berbeda alam ini.

 

Di dalam kamar yang pekat, mereka duduk berhadapan di atas tikar pandan usang yang dibentangkan. Dewi Sri Gunting menatapi Rio dengan pandangan dan senyuman penuh arti. Bau wewangian menebar ke penjuru ruangan. Sang Dewi gaib bersimpuh, suaranya halus dan setengah mendesis.

 

“Kang Mas… apakah sampean benar-benar sudah bertekad mempersuntingku?” Begitulah sana Dewi beruran Rio hanya menganggukkan kepalanya.

 

“Coba pikirkan masak-masak, jangan sampai menyesal di belakang hari. Asal Kang Mas tahu, janji dan ikrar sampean mengabdi padaku mengikat sampai akhir zaman nanti!” Sambung sang Dewi penuh wibawa.

 

Lagi-lagi Rio hanya mengangguk.

 

“Setelah ikrar, kita akan melakukan hubungan seperti layaknya suami isteri, untuk selanjutnya sampean dipersilahkan mengambil uang dilaci meja itu sesuka hati tanpa batas!” Tambah sang Dewi dengan suara lembutnya.

 

Sesaat hati Rio berbunga-bunga. Terbayang dalam benaknya bahwa dengan uang itu, maka, dalam waktu yang singkat dia akan berubah total. Dari pemuda miskin akan menjadi pemuda kaya yang bergemilang harta. Dan yang pasti, ayahnya Lucy yang sombong itu akan bertekuk lutut di hadapannya.

 

“Bagaimana, apa kau siap, Kang Mas?” Tanya Dewi Srigunting.

 

“Ya, aku siap!” Jawab Rio dengan mulut terasa kering.

 

Mendengar jawaban ini, Dewi Sri Gunting secara perlahan membuka sanggulnya. Seketika itu rambutnya yang panjang tergerai sampai pinggul. Ah, betapa indah dan menawan. Kecantikan wajahnya yang alami semakin menggoda. Rio terpukau. Denyut jantungnya berdebar keras. Meski begitu, masih ada rasa takut dan kebingungan saat menghadapi sosok wanita yang begitu menantang itu.

 

“Biarkan orang kesayangan sampean nanti ikut bersamaku mengabdi dan mendiami istana kerajaanku di ujung Pantura!” ular sang Dewi ketika Rio bermaksud menjamah tubuhnya.

 

“Hah, apa kau bilang?” Rio terkejut.

 

“Siapa gerangan orang kesayangan yang kau maksudkan, Dewi?” Tanyanya pula.

 

“Siapa lagi, kalau bukan Bapak sampean!” tandas sang Dewi.

 

Rio terperanjat. Mengapa harus bapaknya sebagai tumbal? Bukankah papanya Lucy yang sombong itu lebih berbobot ketimbang bapaknya yang tua dan tidak punya apa-apa itu? Ah, sungguh menyakitkan bila Rio harus kehilangan bapaknya. Sang bapak adalah orang tua satu-satunya yang masih dia miliki, setelah ibunya meninggal dua tahun silam karena serangan TBC. Betapa tega dan berdosa besar bila dia harus menumbalkan bapaknya.

 

“Tidak… tidak mungkin!” Rio memekik. Tanpa pikir panjang lagi, dia melompat keluar kamar dan menerobos pintu yang hanya terbuat dari lembaran triplek, lalu menangis tersedu-sedu. Tidak itu saja, bahkan Rio berguling-guling di atas tanah berdebu.

 

“Ampun Dewi… ampun… Saya tidak sanggup mengorbankan Bapak saya. Dia satu-satunya orang tua sangat saya sayangi…” Rintih Rio dengan suara memelas.

 

“Tidak bisa! Karena sampean sudah berikrar dan berjanji di hadapan Mbah Kuncen akan sanggup memenuhi apapun permintaanku!” Tukas sang Dewi tajam.

 

Rio sudah tidak mampu lagi mengeluarkan kata sepatah pun, tenggorokannya tersedak. Tubuhnya terus berguling-guling di atas tanah dibarengi tangis berkepanjangan menyesali diri.

 

Sementara itu, sang Dewi melangkah keluar menjauh dari kamar rahasia, lalu samar-samar menghilang dari pandangan mata.

 

Setelah itu, Rio tersadar kalau sang Dewi sudah raib dari pandangan matanya. Dia pun memberanikah diri masuk kembali ke kamar khusus yang dirancang untuk bercumbu dengan sang Dewi, sesuai pesan Mbah Kuncen itu. Andaikata Rio sanggup memenuhi permintaan sang Dewi, maka tentunya dia sudah bergumul di atas tikar usang itu dengan penuh gairah membara. Setelah itu, tentulah ada setumpuk uang atau perhiasan yang akan diterimanya.

 

Begitu tersembunyinya, begitu rahasianya kamar khusus itu hingga tidak seorangpun tahu apa yang terjadi di dalamnya. Apalagi di rumah tua dan sederhana itu Rio hanya tinggal dengan ayahnya. Kamar misterius itu memang pantang dilihat orang. Siapa saja yang sengaja melihat ke dalam, nyawa taruhannya. Andaikata saja kamar itu tembus pandang, maka, yang nampak pastilah Rio yang sedang bergumul dan berpagutan dengan jilatan dan lilitan seekor ular.

 

Akhir persekutuan Rio sudah dapat dipastikan, uang berlimpah di dalam laci meja kecil itu. Namun, prosesi perkawinan Rio dengan sang ular terputus di tengah jalan karena Rio tidak sanggup mengobankan sang ayah menjadi tumbal pertama sang Dewi. Walhasil, uang yang diharapkan memenuhi laci itu tidak menjelma satu lembarpun.

 

Pagi-pagi sekali, ayah Rio terbangun untuk mempersiapkan becak yang setiap hari menemaninya mencari nafkah. Sekilas, dia menyempatkan diri berbincang-bincang dengan Rio.

 

“Rio… semalam Bapak seperti bermimpi bertemu dengan seorang wanita cantik, berkebaya, mengajak Bapak pergi. Tapi Bapak menolaknya, karena Bapak tidak mau meninggalkanmu. Yang aneh, dia tidak memaksa, hanya berjanji dia akan kembali menjemput Bapak. Heran… ada apa ya?” Cerita sang ayah.

 

Rio benar-benar terkejut. Firasat ayahnya sama persis apa yang dialami dan persyaratan yang diminta sang Dewi. Kalau saja persekutuan Rio dengan sang Dewi terjadi, maka dapat dipastikan, arwah ayahnya yang sangat disayanginya itu akan ikut mengembara ke alam gaib dan mengabdi kepada sang Dewi Rengganis di istananya.

 

Mendengar cerita bapaknya, Rio hanya diam seribu bahaya. Firasat ayahnya ditanggapi dengan rasa berdosa yang tiada terkira. Dalam hati dia bertanya, akankah perjanjiannya dengan sang Dewi belum berakhir? Ya, cepat atau lambat, sang Dewi pasti akan menjemput ayahnya.

 

Keesokan harinya, dengan tekad membaja, Rio meluncur ke pesisir Pantura menjumpai Mbah Kuncen. Dengan memohon dan bersimpuh di hadapan si Kuncen, Rio menangis tersedu-sedu seraya memohon ampunan agar perjanjian dengan Dewi Rengganis dibatalkan. Namun, secara hukum dunia gaib, biasanya seseorang yang sudah terlanjur mengadakan persekutuan dengan sang Dewi, maka, hanya kematianlah yang bisa membatalkan perjanjian.

 

Berkat permohonan Rio via Mbah Kuncen, akhirnya pembatalan perjanjian dengan sang Dewi terkabul juga. Nyatanya, hingga kini Rio masih sehat walafiat, bahkan berkesempatan menceritakan pengalamannya yang cukup mendebarkan ini kepada penulis.

 

Bagaimanapun, Tuhan jualah yang melindungi makhluk-Nya yang beriman dan mau bertaubat. Rio benar-benar sudah terbebas dari jerat duniawi. Memang, nafsu duniawi bisa membutakan mata hati seseorang sekaligus menjerumuskan dirinya ke jurang nista dan kekafiran yang nyata. Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan hamba-hamba yang sesat. Wallahu a’lam bissawab. ©️.


PENGOBATAN ALTERNATIF
"PONDOK RUQYAH"
(SOLUSI PASTI DI JALAN ILLAHI)

Kami Jasa Solusi Problem Hidup. Masalah Tuntas Tanpa Bertentangan dengan Hukum Agama dan Negara.

MACAM PROBLEM DALAM PELAYANAN KAMI:
Solusi Problem Asmara, Rumah Tangga, Back Up Karir, Back Up Usaha, Jual Beli, Aura Pemikat, Bersih Diri / Ruwat / Ruqyah / Buang Sial, dll.

KAMI TIDAK MELAYANI SEGALA HAL YANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN NEGARA.
Contoh: Bank Gaib, Uang Balik, Harta Gaib, Pesugihan, Aborsi / Menggugurkan Kandungan, Perjudian / Togel / Judi Online, Mencelakakan Orang / Santet / Teluh, dll.

ALAMAT PONDOK RUQYAH:
Dusun Kasemen, No.50, RT.05, RW.03, Desa Wangkalkepuh, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kodepos 61463.
🌐 https://pondok-ruqyah.com/
☎️ +6285708371817

PERINGATAN!
Hati-hati dan waspada terhadap penipuan online yang mengatasnamakan kami. Diutamakan datang langsung ke alamat kami untuk menghindari segala hal negatif. Terimakasih.
DATANG DENGAN NIAT BAIK
TIDAK UNTUK KEJAHATAN!